Rabu, 8 Oktober 2025

Konflik Palestina Vs Israel

Kekuasaan Netanyahu di Ujung Tanduk, Oposisi Satukan Kekuatan Jegal PM Israel Jelang Pemilu 2026

Politik Israel memanas akibat retaknya hubungan antara kabinet keamanan dan PM Netanyahu, perbedaan arah kebijakan militer di Jalur Gaza jadi pemicu

MNA/screenshot
PM ISRAEL NETANYAHU - Politik Israel memanas akibat retaknya hubungan antara kabinet keamanan dan PM Netanyahu, perbedaan arah kebijakan militer di Jalur Gaza jadi pemicunya. Oposisi menilai Netanyahu gagal menunjukkan strategi yang jelas untuk mengakhiri konflik, bahkan dianggap memperpanjang perang demi kepentingan politik. 

Tak dirinci apa yang dibahas keduanya dalam pertemuan tersebut, tetapi pertemuan antara Lapid dan Bennett menjadi bentuk nyata upaya memperkuat blok perubahan, yang terdiri dari partai-partai lintas ideologi mulai dari kanan moderat, tengah, hingga kiri liberal.

Meski memiliki perbedaan pandangan dalam sejumlah isu, mereka sepakat bahwa masa kepemimpinan Netanyahu harus diakhiri demi menyelamatkan kredibilitas politik Israel.

Ini menjadi sinyal kuat bahwa blok oposisi mulai merapatkan barisan, dilandasi oleh kekecewaan mendalam terhadap arah pemerintahan Netanyahu yang dinilai semakin otoriter dan gagal mengelola krisis nasional

Netanyahu Dihantam Krisis Kepercayaan

Sejalan dengan mencuatnya isu penjagalan jabatan, Survei terbaru dari Israel Democracy Institute (IDI) dan The Jerusalem Post menunjukkan hanya sekitar 40 persen warga Israel yang masih menaruh kepercayaan pada Netanyahu.

Angka ini menurun drastis dibandingkan masa sebelum perang Gaza, di mana tingkat dukungan masih berada di kisaran 55 hingga 60 persen.

Sementara itu, lebih dari separuh responden atau sekitar 52 persen menyatakan sudah tidak percaya pada kemampuan Netanyahu untuk memimpin negara di tengah krisis yang semakin memburuk

Penurunan ini mencerminkan meningkatnya rasa frustrasi publik terhadap kepemimpinan Netanyahu yang dinilai terlalu berfokus pada kekuasaan pribadi dan kurang memberikan solusi konkret terhadap berbagai persoalan nasional.

Di tengah perang berkepanjangan di Gaza, banyak warga Israel mulai mempertanyakan arah kebijakan pemerintah.

Mereka menilai Netanyahu gagal menunjukkan strategi yang jelas untuk mengakhiri konflik, bahkan dianggap memperpanjang perang demi kepentingan politik.

Di luar isu militer, tekanan ekonomi juga memperburuk posisi Netanyahu. Inflasi yang meningkat, harga kebutuhan pokok yang melonjak, serta beban fiskal akibat biaya perang membuat masyarakat menilai pemerintah gagal menjaga stabilitas ekonomi.

Pada saat yang sama, laporan media internasional menggambarkan Israel semakin terisolasi di panggung diplomatik.

Hal itu lantaran sejumlah negara Barat yang dulu menjadi sekutu utama kini mulai bersikap dingin dan secara terbuka mengecam tindakan militer Israel di Gaza.

Alasan itu yang mendorong tingkat kepercayaan masyarakat kepada Netanyahu menurun.

Para pengamat memperkirakan bahwa jika tren penurunan kepercayaan ini terus berlanjut hingga awal 2026, Netanyahu akan menghadapi tantangan berat dalam mempertahankan posisinya pada pemilu mendatang.

(Tribunnews.com / Namira)

Halaman 2 dari 2
Rekomendasi untuk Anda

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved