Kamis, 9 Oktober 2025

Konflik Palestina Vs Israel

Hamas Peringatkan Netanyahu Tak Sabotase Negosiasi Israel di Mesir

Hamas memperingatkan Perdana Menteri Israel Netanyahu agar tidak menyabotase negosiasi Hamas dan Israel di Mesir untuk akhiri perang di Jalur Gaza.

Telegram Brigade Al-Qassam
ANGGOTA BRIGADE AL-QASSAM - Foto ini diambil pada Jumat (15/3/2025) dari publikasi resmi Brigade Al-Qassam (sayap militer Hamas) memperlihatkan anggota Brigade Al-Qassam berpatroli dengan kendaraan dan senjatanya selama pertukaran tahanan gelombang ke-6 pada Sabtu (15/2/2025). Pada 7 Oktober 2025, Hamas memperingatkan Perdana Menteri Israel Netanyahu agar tidak menyabotase negosiasi. 

"Kita sedang menjalani hari-hari yang menentukan, dan kita akan terus bekerja untuk mencapai semua tujuan perang," kata Netanyahu, Selasa.

Ia mengklaim Israel berupaya mematahkan poros Iran, merujuk pada kelompok perlawanan di kawasan tersebut yang dituduh mendapat dukungan dari Iran.

Netanyahu mengancam pihak mana pun yang berupaya menghalanginya akan menerima balasan.

"Siapa pun yang melawan kami akan menerima pukulan telak yang belum pernah terjadi sebelumnya," katanya.

"Masih ada beberapa tugas yang tersisa, dan kita akan mencapai kehancuran total Hamas," tambahnya, lalu melanjutkan, " Hizbullah dan Houthi telah menderita pukulan berat."

Info Terbaru Serangan Israel di Jalur Gaza

Pada hari kedua negosiasi di Mesir, Presiden AS Donald Trump kembali menyatakan optimisme bahwa Israel dan Hamas akan mencapakai kesepakatan damai.

Hamas telah merinci syarat-syarat utama dalam perundingan tersebut termasuk gencatan senjata permanen, penarikan pasukan Israel dari seluruh Gaza hingga masuknya bantuan kemanusiaan.

Sementara itu, UNICEF mengatakan Israel berulang kali menolak untuk memindahkan bayi-bayi yang berada di inkubator di Gaza utara.

Bulan Sabit Merah Palestina mengatakan 29 stafnya terbunuh dalam serangan Israel ketika bertugas di Gaza sejak Oktober 2023.

Di hari yang sama, aktivis Swedia Greta Thunberg yang dideportasi dan tiba di Yunani, mengatakan bahwa para aktivis disiksa oleh militer Israel selama penahanan mereka.

"Secara pribadi, saya tidak ingin menceritakan apa yang saya alami karena saya tidak ingin menjadi berita utama dan 'Greta telah disiksa', karena bukan itu ceritanya," ujarnya.

Greta menambahkan bahwa apa yang dialami para aktivis tidak ada apa-apanya dibandingkan dengan apa yang dialami rakyat Palestina di Jalur Gaza sehari-hari, lapor Al Jazeera.

Setidaknya 341 dari 450an aktivis misi Global Sumud Flotilla telah dideportasi setelah mereka dicegat oleh militer Israel ketika berlayar dengan lebih dari 40 kapal pembawa bantuan kemanusiaan ke Gaza, pada 1-2 Oktober 2025.

Sejak Oktober 2023, Israel terus melancarkan serangan di Jalur Gaza.

Berdasarkan laporan Kementerian Kesehatan Gaza pada hari Senin, serangan tersebut telah menewaskan lebih dari 67.160 warga Palestina dan melukai sekitar 169.679 orang.

Halaman 2 dari 3
Rekomendasi untuk Anda

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved