Sabtu, 1 November 2025

Konflik Rusia Vs Ukraina

Ukraina Tak Dapat Tomahawk, Zelensky Pilih Beli Sistem Rudal Patriot AS

Presiden Ukraina Zelensky mengatakan akan membeli sistem pertahanan udara Patriot AS, klaim kunjungannya ke AS sukses meski gagal dapat Tomahawk.

Facebook Zelenskyy
ZELENSKY TEMUI TRUMP - Foto diambil dari Facebook Zelenskyy, Rabu (24/9/2025) memperlihatkan Presiden Ukraina Zelensky (kiri) berfoto bersama Presiden AS Donald Trump (kanan) setelah keduanya menghadiri pertemuan di PBB, New York pada Selasa (23/9/2025). Pada 20 Oktober 2025, Zelensky mengatakan Ukraina akan membeli sistem pertahanan udara Patriot dari AS. 
Ringkasan Berita:
  • Presiden Ukraina Zelensky sebut negaranya akan membeli sistem pertahanan udara Patriot dari Amerika Serikat.
  • Zelensky mengklaim pertemuannya dengan Presiden AS Donald Trump berlangsung positif.
  • Setelah gagal mendapat rudal Tomahawk dari AS, Zelensky berpaling ke Eropa untuk mencari lebih banyak dukungan.

TRIBUNNEWS.COM - Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky menyebut pertemuannya dengan Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump pekan lalu sebagai sukses, dengan kemajuan dalam pembelian sistem pertahanan udara baru. 

Meskipun tidak memperoleh rudal jelajah Tomahawk, Ukraina kini bersiap menandatangani kontrak pembelian 25 sistem pertahanan udara Patriot. 

Zelensky menggambarkan sikap Trump sebagai positif, meski laporan lain menyebut pertemuan itu berlangsung tegang.

Pernyataan Zelensky kontras dengan laporan bahwa Trump telah mencaci-makinya dengan kata-kata kasar di Gedung Putih dan mendesak Ukraina untuk menyerahkan wilayahnya kepada Rusia.

Kabar Terbaru Perang Rusia-Ukraina

Perang Rusia dengan Ukraina memasuki hari ke-1.336 pada Selasa (21/10/2025), memperpanjang perang sejak invasi Rusia ke Ukraina pada 24 Februari 2022.

Serangan pesawat tak berawak menghantam wilayah Voronezh dan Rostov di Federasi Rusia pada dini hari.

Sebelumnya, otoritas setempat melaporkan intersepsi 4 UAV di distrik Rossoshansky dan Bogucharsky.

Tidak ada korban jiwa dalam serangan tersebut.

Sementara itu di Kharkiv, koresponden Suspilne di Ukraina melaporkan serangkaian ledakan pada tengah malam hingga dini hari.

Perang antara Rusia dan Ukraina berawal dari ketegangan lama sejak bubarnya Uni Soviet pada tahun 1991.

Baca juga: Trump Usulkan Pembagian Wilayah Donbas di Ukraina untuk Akhiri Perang Usai Bertemu Zelensky

Setelah menjadi negara merdeka, Ukraina sering berselisih dengan Rusia mengenai batas wilayah, identitas nasional, dan arah politiknya.

Ketegangan semakin memuncak pada tahun 2014 saat terjadi Revolusi Maidan yang menggulingkan Presiden Viktor Yanukovych, pemimpin yang dikenal dekat dengan Rusia.

Pemerintah baru Ukraina kemudian memilih menjalin hubungan lebih erat dengan negara-negara Barat. Langkah ini dianggap Rusia sebagai ancaman terhadap pengaruhnya.

Sebagai tanggapan, Rusia merebut wilayah Krimea dan mendukung kelompok separatis di Donetsk dan Luhansk. Hal itu memicu konflik bersenjata di kawasan Donbas.

Situasi tersebut akhirnya berkembang menjadi perang besar pada Februari 2022, ketika Presiden Vladimir Putin memerintahkan pasukannya menginvasi Ukraina.

Putin beralasan bahwa invasi dilakukan untuk memerangi kelompok neo-Nazi di Kyiv, melindungi warga keturunan Rusia di Donbas, dan mencegah Ukraina bergabung dengan NATO yang dianggap mengancam keamanan Rusia.

Sementara itu, Ukraina mendapat dukungan senjata dan bantuan militer dari Amerika Serikat serta negara-negara anggota NATO di Eropa.

  • Zelensky akan Hadiri Pertemuan dengan Para Pemimpin Eropa

The Coalition of the Willings, yang terdiri dari negara-negara pendukung Ukraina, akan mengadakan pertemuan sebelum Trump bertemu dengan Presiden Rusia Vladimir Putin di Hongaria.

Zelensky akan pergi ke London, Inggris, untuk menghadiri pertemuan The Coalition of the Willings dengan harapan mendapat jaminan keamanan dari Eropa setelah gagal mendapatkan rudal Tomahawk dari AS.

Selain ke London, Zelensky akan pergi ke Brussels pada hari Kamis untuk menghadiri KTT Dewan Eropa, lapor Reuters.

  • Trump: Mungkin Ukraina Bisa Kalahkan Rusia, tapi Bukan Sekarang

Presiden AS Trump mengatakan dia pikir ada kemungkinan Ukraina dapat mengalahkan Rusia tetapi dia sekarang ragu itu akan terjadi dalam waktu dekat.

"Mereka masih bisa memenangkannya. Saya tidak berpikir mereka akan melakukannya, tetapi mereka masih bisa memenangkannya," kata presiden AS kepada wartawan di Gedung Putih pada hari Senin (20/10/2025).

Keraguan Trump terhadap Ukraina muncul ketika ia sedang berencana untuk bertemu lagi dengan Putin.

Bulan lalu, Trump yakin Ukraina bisa menang tanpa harus menyerahkan wilayahnya, namun setelah panggilan telepon dengan Putin minggu lalu, Trump mengatakan Ukraina dan Rusia harus mengakhiri pertempuran mereka.

"Saya tidak pernah mengatakan mereka akan memenangkannya - saya mengatakan mereka bisa. Apa pun bisa terjadi. Anda tahu perang adalah hal yang sangat aneh," kata Trump.

  • Uni Eropa akan Beri Pinjaman Lagi ke Ukraina

Negara-negara Uni Eropa berencana untuk memberikan pinjaman baru senilai 140 miliar Euro kepada Ukraina, yang bersumber dari aset Rusia yang dibekukan.

"Sangat penting bagi kita untuk membuat kemajuan dalam menangani modalitas hukum dan fiskal," ujar kepala kebijakan luar negeri Uni Eropa, Kaja Kallas pada Senin.

Sebelumnya, Komisi Eropa mengajukan rencana pinjaman reparasi untuk terus membiayai Ukraina dan berupaya meyakinkan Belgia, yang merupakan tempat sebagian besar aset Rusia disimpan.

  • Inggris Siap-siap Boncos Demi 'Pasukan Perdamaian' Ukraina

Menteri Pertahanan Inggris John Healey mengatakan biaya kontribusi Inggris untuk pasukan stabilisasi pasca-gencatan senjata bagi Ukraina akan mencapai lebih dari 100 juta poundsterling.

John Healey sebelumnya mengajukan anggaran jutaan poundsterling agar "pasukan multinasional Ukraina" yang dipimpin oleh Inggris dan Prancis dapat segera dikerahkan jika perundingan damai menghasilkan gencatan senjata. 

"Perdamaian itu mungkin, dan jika Presiden Trump dapat menjadi perantara perdamaian, maka kami akan siap membantu mengamankan perdamaian itu untuk jangka panjang. Hal itu mengharuskan kami untuk berinvestasi dan mempersiapkan pasukan kami agar siap dikerahkan," kata John Healey, lapor The Guardian.

  • Uni Eropa Setujui Mekanisme RePowerEU, Larang Impor Gas Rusia Mulai 2028

Dewan Uni Eropa menyetujui mekanisme RePowerEU yang menargetkan penghentian total impor bahan bakar fosil dari Rusia, dengan suara mayoritas pada 20 Oktober. 

Hanya Hongaria dan Slovakia yang menolak keputusan tersebut.

Aturan baru melarang semua impor gas Rusia, termasuk LNG, mulai 1 Januari 2028, dengan tahap awal berlaku 2026 bagi kontrak yang masih berjalan. 

Negara-negara yang tidak memiliki akses laut, seperti Hongaria dan Slovakia, akan mendapat kelonggaran tertentu.

UE juga memperkenalkan sistem pra-persetujuan impor gas, mekanisme pemantauan tambahan, serta kewajiban bagi negara anggota untuk menyerahkan rencana diversifikasi energi nasional. 

Keputusan ini masih menunggu pembahasan final dengan Parlemen Eropa, lapor Pravda.

(Tribunnews.com/Yunita Rahmayanti)

Rekomendasi untuk Anda

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved