Konflik Palestina Vs Israel
Hamas: Israel Sabotase Kesepakatan Gencatan Senjata di Gaza
Hamas mengatakan Israel menyabotase rencana perdamaian Presiden AS Donald Trump di Jalur Gaza setelah meluncurkan serangan mematikan.
Ringkasan Berita:
TRIBUNNEWS.COM - Gerakan Perlawanan Islam (Hamas) menuduh Israel berupaya untuk menyabotase rencana perdamaian yang diusulkan oleh Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump di Jalur Gaza.
Hamas menyebut Israel bertanggung jawab penuh atas serangan berbahaya yang terjadi di Jalur Gaza.
Israel meluncurkan rentetan serangan mematikan yang menewaskan lebih dari 100 orang sejak gencatan senjata berlaku pada 10 Oktober lalu.
Hamas menganggap serangan tersebut sebagai upaya Israel untuk menggagalkan perjanjian gencatan senjata.
"Perlawanan, dengan semua faksi yang telah mematuhi perjanjian dan masih mematuhinya, tidak akan membiarkan musuh memaksakan realitas baru di bawah tembakan," kata Hamas dalam pernyataannya, Rabu (29/10/2025).
Hamas mengimbau para mediator dan negara penjamin untuk mewujudkan tanggung jawab mereka dan menekan Israel agar menghentikan pembantaian di Jalur Gaza serta mematuhi perjanjian.
"Eskalasi berbahaya terhadap rakyat kami di Gaza menunjukkan niat Israel untuk melemahkan perjanjian gencatan senjata dan memaksakan persamaan baru dengan kekerasan," tambahnya.
Hamas menyebut posisi AS sangat bias karena mendukung Israel yang melanjutkan agresinya.
Israel meluncurkan serangan di sejumlah wilayah di Jalur Gaza dengan dalih membalas Hamas yang dituduh melanggar perjanjian.
Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu pada Selasa (28/10/2025) menggelar rapat dengan petinggi militernya, yang akhirnya sepakat untuk menyerang Jalur Gaza.
Netanyahu menuduh Hamas melanggar perjanjian karena tidak segera menyerahkan seluruh jenazah tawanan yang masih ada di Jalur Gaza.
Baca juga: Gencatan Senjata Israel-Hamas Hancur, Netanyahu Luncurkan Serangan Udara Besar-besaran ke Jalur Gaza
Pada hari Rabu, Israel mengumumkan kembali berlakunya gencatan senjata di Jalur Gaza setelah mereka meluncurkan serangan yang diklaim menargetkan 30 pimpinan faksi Palestina.
Militer Israel mengatakan mereka akan menanggapi setiap pelanggaran.
Hamas mengembalikan 16 jenazah dari 28 jenazah tawanan yang tersisa, namun Israel mengonfirmasi satu jenazah bukan milik tawanannya.
Israel menuduh Hamas sengaja memperlambat penyerahan jenazah-jenazah tersebut untuk mengulur diskusi tahap kedua, sementara Hamas mengatakan mereka kesulitan mengevakuasi jenazah dari reruntuhan.
Tim Mesir dan tim Komite Palang Merah Internasional (ICRC) membantu Hamas dalam mengevakuasi jenazah-jenazah tersebut dengan mengerahkan alat berat.
Qatar Menekan Hamas agar Melucuti Senjatanya
Perdana Menteri Qatar Sheikh Mohammed bin Abdulrahman Al Thani mengatakan negaranya berusaha menekan Hamas agar mengakui perlunya pelucutan senjata.
Ia mengatakan Hamas siap menyerahkan kekuasaannya atas Jalur Gaza.
Dalam pernyataannya pada hari Rabu, ia menjelaskan peristiwa kemarin di Gaza sangat membuat Qatar frustrasi, dan menambahkan bahwa serangan terhadap tentara Israel merupakan pelanggaran gencatan senjata di Gaza.
Sebelumnya, ia meramalkan gencatan senjata akan tetap berlaku meski ada pelanggaran setelah Israel kembali menyerang kawasan itu.
"Untungnya, saya rasa kedua pihak utama menyadari perlunya gencatan senjata dan perlunya mereka mematuhi perjanjian tersebut," katanya kepada Dewan Hubungan Luar Negeri saat berkunjung ke New York, Rabu (29/10/2025).
Pada hari yang sama, Netanyahu mengatakan Israel dan AS berupaya untuk melucuti senjata Hamas.
"Kami sedang mengerjakan pelucutan senjata secara bertahap, bersamaan dengan pengerjaan elemen-elemen lain dari rencana tersebut," kata Netanyahu dalam kunjungannya ke markas besar AS di Kiryat Gat.
Ia mengatakan tujuan ini merupakan implementasi dari kesepakatan yang dibuatnya dengan Presiden AS Donald Trump.
Perdana Menteri itu mencatat hal ini dilakukan secara bertahapa dan paralel dengan elemen-elemen lain dari rencana tersebut.
Sementara itu, WAFA Agency melaporkan setidaknya 68.531 warga Palestina tewas dan 170.402 lainnya terluka dalam serangan Israel di Jalur Gaza sejak Oktober 2023, menurut data per 28 Oktober 2025.
Israel menyalahkan Hamas atas kematian dan kehancuran di Jalur Gaza, menyebutnya sebagai balasan atas Operasi Banjir Al-Aqsa yang diluncurkan Hamas dan faksi Palestina lainnya pada 7 Oktober 2023.
Hamas dan faksi lainnya menangkap 250 orang setelah membobol pertahanan Israel di perbatasan selatan, sebagai perlawanan terhadap pendudukan Israel di Palestina sejak tahun 1948.
Setelah serangan mematikan Israel yang berlangsung sejak Oktober 2023 di Jalur Gaza, Presiden AS Trump mengusulkan proposal gencatan senjata untuk Israel dan Hamas pada akhir September lalu.
Gencatan senjata itu berlaku pada 10 Oktober setelah diskusi yang ditengahi oleh Mesir dan Qatar dengan partisipasi AS dan Turki di Sharm el-Sheikh, Mesir pada 6-10 Oktober.
Namun, Israel dan Hamas saling tuduh atas pelanggaran gencatan senjata yang membahayakan kelanjutan diskusi tahap kedua.
(Tribunnews.com/Yunita Rahmayanti)
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.