Konflik Iran Vs Israel
Iran Tegas: Rencana Bunuh Dubes Israel Fitnah, Kami Tak Akan Nodai Negeri Sahabat!
Iran bantah tuduhan AS soal rencana pembunuhan Dubes Israel di Meksiko, sebut fitnah politik dan tegaskan tak akan nodai negeri sahabat dengan darah.
Ringkasan Berita:
- Iran membantah tuduhan AS bahwa Teheran merencanakan pembunuhan Duta Besar Israel di Meksiko, menyebutnya fitnah politik dan menegaskan tak akan menodai negara sahabat.
- Operasi itu disebut digagalkan otoritas Meksiko setelah adanya komunikasi mencurigakan yang dikaitkan dengan agen Iran di Venezuela, meski Meksiko belum memberi komentar resmi.
- Kasus ini memperluas ketegangan Iran–Israel hingga Amerika Latin dan memicu kekhawatiran akan instabilitas global
TRIBUNNEWS.COM - Pemerintah Iran dengan lantang menepis tuduhan Amerika Serikat yang menuding Teheran merencanakan pembunuhan terhadap Duta Besar Israel di Meksiko.
Dalam pernyataannya, Iran menyebut tuduhan itu sebagai “fitnah politik” yang bertujuan mencoreng reputasi negara tersebut di mata dunia.
Kedutaan Besar Iran di Meksiko menegaskan bahwa negaranya tidak pernah dan tidak akan melakukan tindakan yang bisa menodai kedaulatan atau keamanan negara sahabat.
Iran juga menuding Washington menggunakan isu keamanan global untuk memperkuat narasi anti-Teheran di tengah meningkatnya konflik dengan Israel pasca pengeboman kompleks kedutaan Iran di Suriah pada 2024.
“Kami tak akan menodai tanah Meksiko dengan darah. Tuduhan ini sepenuhnya keliru dan tidak berdasar,” demikian pernyataan resmi dari pihak Kedutaan Iran, dikutip dari The Guardian.
“Kami menolak segala bentuk terorisme. Iran adalah korban teror, bukan pelakunya,” tambah pernyataan itu.
Pernyataan keras ini muncul setelah seorang pejabat AS yang enggan disebutkan namanya mengungkapkan bahwa Pasukan Quds, unit elit Garda Revolusi Iran, sejak akhir 2024 diam-diam merencanakan pembunuhan terhadap Duta Besar Israel, Einat Kranz-Neiger.
Rencana tersebut disebut melibatkan agen dari Kedutaan Besar Iran di Venezuela, negara yang memiliki hubungan erat dengan Teheran di bawah kepemimpinan Nicolás Maduro.
Namun menurut laporan pejabat keamanan, operasi tersebut terbongkar setelah otoritas Meksiko mendeteksi komunikasi mencurigakan antara sejumlah individu yang terafiliasi dengan kedutaan Iran di Venezuela.
“Koordinasi cepat antara aparat Meksiko dan badan intelijen internasional berhasil mencegah serangan sebelum tahap eksekusi,” ungkap seorang pejabat AS yang enggan disebutkan namanya.
Meksiko sendiri hingga kini belum mengeluarkan komentar resmi, namun disebut tetap menjaga hubungan diplomatik baik dengan kedua negara.
Baca juga: Trump Buka Kartu AS, Ngaku Bertanggung Jawab atas Serangan Israel ke Iran
Sementara itu, situasi di Timur Tengah terus memanas setelah serangan balasan besar-besaran antara Iran dan Israel yang telah menelan ribuan korban jiwa sejak awal 2024.
Ketegangan Global Meluas
Kasus ini menandakan bahwa ketegangan antara Iran dan Israel kini tidak hanya berpusat di Timur Tengah.
Kasus dugaan rencana pembunuhan terhadap Duta Besar Israel di Meksiko menandai babak baru dalam persaingan dua musuh lama itu, yang kini menjalar ke panggung global.
Menurut para analis, upaya ini menunjukkan bagaimana konflik geopolitik bisa berubah menjadi ancaman lintas benua, melibatkan jaringan intelijen, operasi rahasia, serta diplomasi berisiko tinggi di negara ketiga.
Sedangkan bagi Amerika Serikat, peristiwa ini menjadi pengingat bahwa meski perhatian dunia tertuju pada perang Gaza, ketegangan Iran–Israel tetap berlangsung di balik layar dengan cara yang lebih tersembunyi namun berpotensi berbahaya.
Jika tuduhan terhadap Iran terbukti benar, konsekuensinya akan sangat besar.
Langkah tersebut dapat memperburuk citra Iran di mata dunia dan memperdalam isolasi diplomatiknya dari komunitas internasional.
Amerika Serikat dan sekutu Barat kemungkinan akan meningkatkan tekanan politik dan ekonomi, sementara negara-negara di kawasan Amerika Latin akan semakin waspada terhadap infiltrasi jaringan asing di wilayah mereka.
Sementara bagi Meksiko sendiri, insiden ini menjadi ujian besar bagi diplomasi dan keamanan nasionalnya.
Sebagai negara yang selama ini berpegang pada prinsip non-intervensi dalam urusan luar negeri, Meksiko kini harus menyeimbangkan posisinya di tengah pusaran konflik global yang tak lagi mengenal batas wilayah.
Peristiwa ini juga memperlihatkan bahwa dunia pasca-perang Gaza masih diwarnai ketegangan dan ketidakpastian.
Konflik regional kini berevolusi menjadi ancaman global yang menyentuh banyak negara dan setiap langkah salah dalam diplomasi dapat memicu gelombang baru instabilitas internasional.
(Tribunnews.com / Namira)
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.