Senin, 17 November 2025

Jangan Baca Manga Jepang dari Situs Bajakan, Ini Alasannya

Motivasi yang menurun bukan mustahil menghentikan lahirnya karya-karya baru, pada akhirnya juga merugikan pembaca

Editor: Eko Sutriyanto
Richard Susilo
MANGA JEPANG - Atsushi Ito, 60, yang bekerja 38 tahun buat Shueisha di bagian hukum, dan Kepala Humas ABJ (Authorized Books of Japan) 

Laporan Koresponden Tribunnews.com, Richard Susilo dari Jepang

TRIBUNNEWS.COM, TOKYO —  Pihak penerbit manga Jepang berharap masyarakat Indonesia tidak membaca manga dari situs bajakan karena banyak merugikan semua pihak termasuk si pembaca sendiri nantinya kalau kegiatan tersebut malahan terus-menerus dilakukannya.

“Kami menghimbau kepada pembaca manga Indonesia untuk tidak membaca dari situs bajakan manga karena tiga hal,” ungkap Atsushi Ito Kepala Humas Authorized Books of Japan (ABJ) yang juga kepala bagian legal dari penerbit Shueishia khusus kepada Tribunnews.com, Senin (10/11/2025).

Apa itu 3 Alasan Utama?

1. Melanggar hukum & menyuburkan pembajakan.

Akses yang makin besar ke situs bajakan justru mendorong pelaku memperluas jangkauan dan meningkatkan keuntungan ilegal mereka.

2. Merugikan penerbit komik Jepang.

Pembaca yang menikmati konten bajakan ikut memperbesar kerugian industri, dari biaya produksi hingga distribusi.

3. Mematahkan motivasi para kreator.

“Pengarang merasa dirugikan dan akan merasa tidak dihargai lagi karena karya mereka dibaca gratis oleh pembajak,” tegas Ito lagi.

Motivasi yang menurun bukan mustahil menghentikan lahirnya karya-karya baru, pada akhirnya juga merugikan pembaca yang kehilangan komik berkualitas di masa depan.

Baca juga: 17 Perusahaan Penerbit Manga di Jepang Layangkan Surat Peringatan ke Open AI terkait Aplikasi Sora

Perkiraan Kerugian Global (Manga Daring Bajakan)

"Indonesia berada di posisi teratas dengan perkiraan kerugian 92,3 miliar YEN bagi penerbit manga Jepang  atau setara dengan hampir 185 juta buku atau sekitar 92,26 juta jam waktu baca ilegal, " kata Ito.

Kemudian disusul Jepang dan Amerika Serikat dengan total tiga negara tersebut mencapai kerugian 254,8 miliar yen.

Dari 15 negara teratas, 7 di Asia—mengindikasikan pusat kerugian terbesar berada di Asia dan Amerika.

“Kalau pembajakan terus dinikmati, ekosistem manga akan runtuh dari hulu ke hilir—kreator, penerbit, hingga pembaca akan dirugikan pada akhirnya,” kata Ito.

Apa yang Bisa Dilakukan Pembaca?
Halaman 1/3
Rekomendasi untuk Anda

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved