Sepak Terjang Mantan PM Bangladesh Hasina: 15 Tahun Berkuasa, Kini Dijatuhi Hukuman Mati
Mantan PM Bangladesh, Sheikh Hasina dijatuhi hukuman mati in absentia atas perintah penggunaan kekuatan mematikan terhadap demonstrasi mahasiswa 2024.
Ringkasan Berita:
- Mantan PM Bangladesh, Sheikh Hasina dijatuhi hukuman mati in absentia atas perintah penggunaan kekuatan mematikan terhadap demonstrasi mahasiswa 2024.
- Namun ia membantah tuduhan tersebut dari pengasingan di India dan menyebut putusan bermotif politik.
- Hasina memimpin Bangladesh selama beberapa dekade, dikenal sebagai tokoh dominan hingga digulingkan 2025.
TRIBUNNEWS.COM - Mantan Perdana Menteri Bangladesh Sheikh Hasina (78) dijatuhi hukuman mati in absentia pada Senin (17/11/2025) atas tindakan keras terhadap demonstrasi mahasiswa tahun lalu.
Dilansir Reuters, Hasina dinyatakan bersalah oleh pengadilan di Dhaka karena memerintahkan penggunaan kekuatan mematikan terhadap para demonstran.
Berbicara dari pengasingan di India, Hasina membantah semua tuduhan dan menyebut putusan pengadilan bermotif politik.
"Saya tidak takut menghadapi para penuduh saya di pengadilan yang adil, di mana bukti dapat dipertimbangkan dan diuji," ujarnya dalam pernyataan setelah putusan tersebut.
Sheikh Hasina pernah menjadi tokoh dominan di negara Asia Selatan itu selama setengah abad.
Ia mulai populer setelah ayahnya, pemimpin kemerdekaan Sheikh Mujibur Rahman, beserta sebagian besar keluarganya dibunuh dalam kudeta militer tahun 1975.
Hasina awalnya dikenal sebagai pejuang demokrasi.
Namun masa jabatannya yang panjang sebagai perdana menteri diwarnai penangkapan tokoh oposisi, pembatasan kebebasan berbicara, dan penindasan terhadap kritik.
Bergabung dengan Rival demi Demokrasi
Meski mendapat kritik atas gaya kepemimpinannya, Hasina juga dipuji karena berhasil memajukan perekonomian dan industri garmen Bangladesh, negara berpenduduk 170 juta jiwa dengan mayoritas Muslim.
Ia juga menuai pujian internasional atas keputusannya menampung ratusan ribu pengungsi Rohingya dari Myanmar.
Namun, ia digulingkan kurang dari tujuh bulan setelah memenangkan masa jabatan kelima.
Baca juga: Bangladesh akan Minta India untuk Ekstradisi Sheikh Hasina, Mantan PM yang Kabur Agustus Lalu
Pada awal Juli 2024, protes yang awalnya dipicu isu kuota kerja berkembang menjadi gerakan besar yang menuntut pengunduran dirinya.
Sebuah laporan PBB pada Februari 2025, menyebutkan bahwa hingga 1.400 orang mungkin tewas dalam protes, sebagian besar akibat tembakan aparat.
Laporan itu juga menyebutkan adanya bukti bahwa kekerasan terhadap demonstran merupakan kebijakan resmi negara.
Karier Politik Panjang
Lahir pada 1947 di wilayah yang saat itu bernama Pakistan Timur, Hasina adalah anak tertua dari lima bersaudara.
Setelah lulus dari Universitas Dhaka dengan gelar sastra Bengali pada 1973, ia mendapat pengalaman politik sebagai penghubung antara ayahnya dan kelompok mahasiswa.
Ia kembali ke Bangladesh pada 1981 dan terpilih sebagai ketua Liga Awami, partai politik tertua di negara tersebut.
Hasina kemudian bergabung dengan rival politiknya, Khaleda Zia dari Partai Nasionalis Bangladesh, dalam gerakan prodemokrasi yang menggulingkan penguasa militer Hossain Mohammad Ershad pada 1990.
Namun, aliansi itu hanya bertahan singkat, dan rivalitas keduanya mendominasi politik Bangladesh selama beberapa dekade.
Hasina pertama kali menjabat sebagai perdana menteri pada 1996 selama lima tahun, kemudian kembali berkuasa pada 2009 dan tidak pernah kehilangan kekuasaan hingga lengser pada 2025.
Kejatuhan Hasina
Menurut para kritikus, Hasina semakin otoriter dari waktu ke waktu.
Pemerintahannya ditandai penangkapan massal oposisi dan aktivis, penghilangan paksa, dan eksekusi di luar hukum.
Kelompok HAM memperingatkan risiko pemerintahan satu partai di bawah Liga Awami.
Hasina menyebut, era kepemimpinannya sebagai masa stabilitas dan pembangunan, dan menilai bahwa pemerintahan kuat dibutuhkan untuk menjaga kemajuan Bangladesh.
Rivalnya, Khaleda Zia, dipenjara pada 2018 atas tuduhan korupsi yang disebut partainya sebagai rekayasa politik.
Khaleda Zia dibebaskan setelah Hasina digulingkan.
Kedua tokoh tersebut, saling menuduh mencoba merusak demokrasi yang masih rapuh di Bangladesh.
Baca juga: Muhammad Yunus: Mantan PM Hasina "Hancurkan Institusi dan Ekonomi Bangladesh"
Perekonomian Bangladesh yang sebelumnya tumbuh pesat, melambat tajam sejak invasi Rusia ke Ukraina pada 2022 yang memicu kenaikan harga energi dan pangan, memaksa pemerintah meminta pinjaman IMF senilai 4,7 miliar dolar AS pada 2024.
Bangladesh setelah Hasina Melarikan Diri
Pada Agustus tahun lalu, Hasina melarikan diri bersama saudara perempuannya menggunakan helikopter militer.
Massa kemudian menyerbu kediaman resminya dan menjarah furnitur serta barang-barang mewah di dalamnya.
Video penjarahan tersebut, viral di media sosial saat itu.
Bangladesh kini dipimpin pemerintahan sementara di bawah tokoh Nobel Perdamaian Muhammad Yunus, yang sebelumnya pernah dijerat kasus korupsi di era Hasina.
Liga Awami dilarang ikut pemilu parlementer yang dijadwalkan awal Februari.
India Tidak Akan Mengekstradisi Hasina, Kata Pakar
Mengutip Al Jazeera, menurut Sreeradha Datta, profesor Studi Asia Selatan di Universitas Global Jindal, putusan pengadilan terhadap Hasina sudah dapat diperkirakan.
Namun, India dipastikan tidak akan mengekstradisi mantan PM Bangladesh tersebut.
India selama 15 tahun menjadi pendukung utama Hasina, termasuk saat ia menjalani pengasingan setelah keluarganya dibunuh pada 1975.
Hubungan diplomatik dan perdagangan India–Bangladesh sangat erat di bawah Hasina.
Ia dipandang sebagai sekutu penting bagi PM India Narendra Modi, terutama karena komitmen Liga Awami terhadap demokrasi sekuler yang dianggap melindungi minoritas Hindu Bangladesh.
“Dalam keadaan apa pun, India tidak akan mengekstradisinya,” ujar Datta.
“Selama satu setengah tahun terakhir, hubungan Bangladesh dan India cukup rapuh, tetapi tetap tidak ada indikasi India akan menyerahkannya.”
Menurut Datta, pengadilan di Bangladesh mengikuti sistem hukum nasional.
Baca juga: Keanehan Jet Tempur Buatan China yang Tabrak Sekolah di Bangladesh, 31 Orang Tewas
“Tidak ada yang meragukan bahwa kejahatan dilakukan terhadap mahasiswa tak bersenjata."
"Ada bukti bahwa perintah tembak datang langsung dari Hasina,” katanya.
“Liga Awami akan mencoba membangun narasi tandingan, tetapi mayoritas rakyat Bangladesh percaya bahwa kejahatan terhadap kemanusiaan dilakukan oleh Hasina.”
(Tribunnews.com, Tiara Shelavie)
| Nafkah dari Indra Adhitya Mandek, Chikita Meidy Akui Berita Perceraian Berimbas ke Pekerjaan Mantan |
|
|---|
| Bappeda DKI Jakarta Buka Seleksi Tenaga Ahli Pemerintahan 2026: Formasi, Persyaratan hingga Jadwal |
|
|---|
| Hubungan dengan Ruben Onsu Memanas, Sarwendah Unggah Kalimat Menyentuh soal Rasa Sayang ke Anak |
|
|---|
| Kuasa Hukum Ungkap Kemungkinan Perceraian Raisa dan Hamish Daud Diputus Verstek |
|
|---|
| Bicara Asmara Fuji, Haji Faisal Akui Pernah Jodohkan sang Anak: tapi Dia Nggak Mau |
|
|---|
:quality(30):format(webp):focal(0.5x0.5:0.5x0.5)/tribunnews/foto/bank/originals/mantan-PM-Bangladesh-Sheikh-Hasina-dalam-sebuah-wawancarWQ.jpg)
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.