Siaga Perang , Taiwan Rilis Buku Panduan Hadapi Serangan dari China
Taiwan edarkan buku panduan darurat untuk hadapi ancaman invasi China, di tengah meningkatnya tekanan militer dan serangan siber yang makin agresif
Taiwan berharap masyarakat semakin siap menghadapi kondisi darurat apa pun, baik yang bersumber dari alam maupun akibat meningkatnya ancaman dari Tiongkok.
Tekanan Militer China Jadi Pemicu
Pemerintah Taiwan menilai penerbitan panduan ini diperlukan karena meningkatnya tekanan militer, diplomatik, dan ekonomi dari Tiongkok.
Mengingat beberapa bulan terakhir Pesawat tempur Angkatan Udara Tiongkok rutin memasuki Zona Identifikasi Pertahanan Udara (ADIZ) Taiwan.
Kapal perang China juga kerap berlayar dekat perairan Taiwan, melakukan manuver yang dianggap sebagai latihan operasi pengepungan. Selain aksi militer konvensional,
Tak sampai disitu, Beijing juga melancarkan tekanan non-militer berupa kampanye disinformasi, serangan siber, hingga ancaman ekonomi yang menargetkan sektor strategis Taiwan.
Mempertegas ancaman yang menurut Taiwan dapat berubah menjadi tindakan militer nyata.
Pemerintah Taiwan melihat pola ancaman tersebut sebagai bagian dari strategi “zona abu-abu” China, yang bertujuan melemahkan moral publik dan menciptakan ketidakpastian tanpa memicu perang langsung.
Karena itu, buku panduan darurat dianggap sebagai elemen penting dalam memperkuat ketahanan nasional berbasis sipil, memastikan warga memahami risiko dan mampu mengambil keputusan yang cepat serta tepat jika terjadi krisis.
Baca juga: Trump Kirim Senjata Rp5,51 Triliun ke Taiwan, Penjualan Militer Perdana di Era Kekuasaan Barunya
Akar Mula Konflik China–Taiwan
Adapun ketegangan antara kedua negara ini terjadi sejak beberapa dekade terakhir dimulai ketika Perang Dingin dimana Amerika Serikat memberi perlindungan militer kepada Taiwan.
Beijing, sebaliknya, bersikeras bahwa Taiwan adalah bagian tak terpisahkan dari wilayahnya dan menolak segala bentuk upaya kemerdekaan.
Situasi semakin rumit setelah Taiwan bertransisi menjadi demokrasi penuh pada 1990-an, sementara China menegaskan “Prinsip Satu Tiongkok” dan menyatakan siap memakai kekuatan bila diperlukan.
Dalam beberapa tahun terakhir, konflik memasuki fase baru. China meningkatkan aktivitas militernya di sekitar Taiwan.
Termasuk pengerahan jet tempur melewati median line Selat Taiwan, latihan pendaratan amfibi, hingga blokade simulatif.
Beijing juga menekan Taiwan di ranah diplomatik dengan menarik negara-negara kecil agar memutus hubungan formal dengan Taipei.
Taiwan menilai langkah tersebut sebagai bentuk intimidasi dan ancaman terhadap stabilitas kawasan.
:quality(30):format(webp):focal(0.5x0.5:0.5x0.5)/tribunnews/foto/bank/originals/Kapal-Perang-China-Angkatan-Laut-Tiongkok.jpg)
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.