Konflik Rusia Vs Ukraina
Pusing Hadapi Proposal 28 Poin Trump, Zelensky Telepon Pemimpin Eropa untuk Cari Solusi
Pusing hadapi proposal damai 28 poin Trump, Ukraina mulai telepon pemimpin Eropa cari solusi. Eropa khawatir isi proposal terlalu menguntungkan Rusia
Ringkasan Berita:
- Kyiv panik setelah proposal damai 28 poin Donald Trump menuntut penyerahan Krimea dan Donbas ke Rusia, pembatasan militer, dan larangan bergabung NATO.
- Zelenskyy dan Menlu Sybiha intens menghubungi pemimpin Eropa untuk mencari dukungan dan solusi diplomatik.
- Eropa menunjukkan kegelisahan dan belum sepenuhnya mendukung, menyebut isi proposal terlalu menguntungkan Moskow, menilai rencana ini sebagai “momen berbahaya” dan menegaskan bahwa keputusan akhir harus di tangan Ukraina.
TRIBUNNEWS.COM - Pemerintah Ukraina semakin tertekan setelah Amerika Serikat (AS) mengajukan proposal perdamaian 28 poin untuk mengakhiri perang dengan Rusia.
Menteri Luar Negeri Ukraina Andrii Sybiha mengakui bahwa Kyiv kini intens melakukan komunikasi dengan negara–negara Eropa guna merumuskan langkah politik selanjutnya tentang rencana damai yang dinilai kontroversial tersebut.
Dalam keterangan resmi yang dikutip dari BBC International, Sybiha mengatakan telah melakukan diskusi via telepon dengan para pejabat Eropa
Mereka di antaranya Menteri Luar Negeri dari Prancis, Inggris, Polandia, dan Finlandia, serta Kepala Kebijakan Luar Negeri Uni Eropa Kaja Kallas dan perwakilan Italia serta Jerman.
“Kami membahas secara rinci unsur-unsur proposal perdamaian yang diajukan Amerika Serikat dan kerja sama kami untuk membuka jalan menuju perdamaian yang adil,” ujar Sybiha.
Diskusi ini digelar setelah proposal damai 28 poin usulan AS yang bocor disebut memasukkan poin yang sebelumnya ditolak Kyiv.
Termasuk penyerahan wilayah timur Ukraina, yakni Krimea dan Donbas sebagai wilayah sah Rusia.
Tak hanya itu, AS juga turut mendesak Volodymyr Zelensky untuk membatasi jumlah militer hingga 600.000 personel serta melarang Ukraina bergabung dengan NATO, tuntutan yang sejak awal menjadi syarat Kremlin.
Guna mempercepat perdamaian, Trump memberi Ukraina waktu untuk menjawab secara resmi proposal itu hingga 27 November mendatang.
Sekutu Ukraina Pasang Badan
Baca juga: Trump Patok Tanggal, Kamis Depan Ukraina Harus Setujui Proposal AS-Rusia
Meski rencana ini diklaim dapat mendorong tercapainya kerangka perdamaian yang dapat mengakhiri perang lebih dari dua tahun, namun proposal 28 point gagasan Trump memicu kekhawatiran bagi sejumlah pihak.
Secara umum, negara–negara Eropa tidak sepenuhnya mendukung proposal 28 poin Donald Trump, karena dianggap beresiko terlalu menguntungkan Rusia.
Meski Eropa mendukung upaya perdamaian, mereka menegaskan bahwa Ukraina lah yang berhak menentukan syarat akhir, bukan AS atau Rusia.
Sikap ini terlihat dari sejumlah pernyataan resmi pejabat tinggi Uni Eropa yang mengekspresikan kegelisahan dan kekhawatiran terhadap isi proposal yang dianggap memberi konsesi besar kepada Moskow.
Bahkan Kepala Kebijakan Luar Negeri Uni Eropa Kaja Kallas menyebut proposal tersebut sebagai "momen yang sangat berbahaya".
Ia menegaskan bahwa Rusia tidak memiliki dasar hukum untuk menuntut konsesi dari negara yang diserbu, dan keputusan akhir tetap berada di tangan Ukraina.
Beberapa pemimpin Eropa juga menegaskan bahwa cara mengakhiri perang sama pentingnya dengan akhir itu sendiri.
Sementara itu, Perdana Menteri Inggris Sir Keir Starmer mengatakan bahwa para pemimpin dunia akan membahas proposal perdamaian yang saat ini berada di atas meja, sekaligus mencari cara memperkuatnya menuju negosiasi berikutnya.
Pernyataan itu diungkap menjelang pertemuan G20 yang berlangsung di Johannesburg Expo Centre (NASREC), Afrika Selatan, pada 22–23 November 2025.
Ia menekankan bahwa Ukraina telah terbuka untuk dialog sejak lama, sedangkan Rusia terus menunda dan melanjutkan agresi militernya.
Menurutnya, upaya bersama diperlukan untuk memastikan perdamaian yang adil dan abadi, bukan perdamaian yang mengorbankan korban invasi.
Siapa Yang Akan Diuntungkan?
Sejauh ini rancangan proposal perdamaian 28 poin pemerintahan Trump untuk mengakhiri perang Rusia-Ukraina dinilai membawa konsekuensi besar bagi para pihak.
Rusia menjadi pihak yang paling diuntungkan karena menerima pengakuan de facto atas Krimea, Luhansk, dan Donetsk, serta peluang reintegrasi ekonomi ke pasar global melalui proyek bersama dengan AS dan Eropa.
Meski harus memberikan konsesi berat seperti menyerahkan wilayah dan membatasi kekuatan militer, namun Ukraina tetap mendapatkan manfaat terbatas berupa jaminan keamanan internasional dan dukungan rekonstruksi ekonomi berjangka panjang.
Sementara Amerika Serikat dan sekutu Eropa memperoleh keuntungan strategis berupa peningkatan pengaruh diplomatik serta peluang ekonomi besar dari pembangunan kembali Ukraina dan kerja sama investasi.
(Tribunnews.com / Namira)
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.