Terapi di Rel Kereta Api
Rel Kereta Api Dipercaya Bisa Menyembuhkan Berbagai Penyakit
Percaya atau tidak, tetapi sejumlah masyarakat telah merasakan sejumlah khasiat therapi dengan tiduran di rel kereta api.
Penulis:
Adi Suhendi
Editor:
Johnson Simanjuntak
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Percaya atau tidak, tetapi sejumlah masyarakat telah merasakan sejumlah khasiat therapi dengan tiduran di rel kereta api. Orang-orang yang ditemui wartawan yang melakukan therapi di rel kereta api aktif dekat stasiun Rawa Buaya, Cengkareng, Jakarta Barat, mengaku sakitnya bisa sembuh dengan melakukan therapi rutin di rel kereta yang mengandung listrik tersebut.
Santi (43) awalnya menderita penyakit penyempitan atau pengapuran syaraf di bagian leher sehingga untuk membalikan kepala saja ia susah. Jutaan rupiah pun habis untuk mengobati penyakitnya.
"Saya mengalami pengapuran syaraf di bagian leher. Saya pun telah berobat ke rumah sakit, setiap kali berobat uang ratusan ribu pun saya harus keluarkan. Tetapi hasilnya tetap begitu-gitu saja tidak ada kemajuan dengan penyakit saya," kata Santi saat ditemui di dekat stasiun kereta api Rawa Buaya, Jakarta Barat (20/7/2011) sore.
Setelah melakukan therapi selama satu minggu di rel kereta api tersebut, kini ia merasa lebih baik dan sehat. Sakit di lehernya akibat penyempitan syaraf sudah dinyatakan sembuh secara medis. "Baru saya melakukan therapi satu minggu sudah sembuh," ucapnya.
PNS di Jakarta ini pun mengaku, setelah melakukan therapi di rel kereta api tersebut jumlah kolesterolnya berkurang, begitu juga lemak, sehingga dirinya menjadi merasa lebih langsing.
"Kolestrol saya asalnya 250, sekarang sudah normal menjadi 170-an. Begitu juga dengan lemak saya menurun drastis. Aslanya kadar lemak saya 180, kini menurun menjadi 130," ucapnya.
Memang daya listrik di rel tersebut cukup besar, masyarakat yang ingin melakukan therapi tinggal tiduran menyandarkan tangan dan kepala di rel sebelah kanan dan meletakan kaki di rel sebelah kiri. Spontan tubuh mereka terlihat bergetar seperti orang yang terstrum.
Begitu wartawan mencobanya, memang benar hentakan strum yang tidak terlalu kuat terasa ke seluruh tubuh. Hanya dengan therapi 1 jam sambil melihat pemandangan kebun yang tidak terlalu luas, rasanya kepengatan kita berkurang.
Bukan hanya Santi saja yang datang sore itu ke rel kereta api tersebut, sejumlah masyarakat lainnya pun berdatangan. Mereka berjejer di rel kereta dengan berbagai harapan supaya penyakit yang dideritanya bisa sembuh.
Mereka yang melakukan therapi mengaku bila setelah melakukan therapi di rel maka tidur pun akan terasa nyenyak, segala sakit badan, masuk angin pun akan hilang hanya dengan melakukan therapi di rel kereta api tanpa harus meregoh sepeser uang pun.
Kebanyakan yang datang adalah orang-orang yang lanjut usia yang rata-rata mengidap penyakit asam urat, diabetes, reumatik dan darah tinggi. Budi (51) mengaku mempunyai darah tinggi dan hidung sering meler-meler pun sekarang merasa lebih baik.
"Sekarang sudah lumayan, enak banget tidak seperti biasanya sering pusing," ucapnya.