Jangan Makan dan Minum Saat Serangan Jantung! Ini Bahayanya
Ketika terjadi serangan jantung, jantung tidak bisa memompa darah dengan baik, akibatnya darah itu tidak bisa dipompa dan akhirnya membanjiri paru-par
Editor:
Anita K Wardhani
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Ketika terjadi nyeri dada, yang terpikirkan adalah mendapat serangan jantung.
Apakah anda atau anggota keluarga yang mendapat nyeri dada menjadi panik? Hal yang lumrah dan tak terhindarkan.
Mendapat serangan jantung bagaikan berpacu dengan malaikat pencabut nyawa.
Sebanyak 50 persen terkena serangan jantung meninggal sebelum mendapat perawatan di rumah sakit.
Walaupun panik hal yang lumrah, namun sangat disarankan ketenangan sambil menuju ke rumah sakit terdekat.
“Ketika terjadi serangan harus tenang dulu enggak boleh banyak gerak. Tiduran setengah duduk dan jangan lakukan aktivitas apapun termasuk batuk. Jangan juga diberi makan dan minum. Segera saja dibawa ke rumah sakit terdekat,” kata Dr dr Ismoyo Sunu SpJP(K) FIHA FasCC kepada wartawan saat diskusi tentang Kenali Faktor Risiko Penyakit Jantung dan Pencegahannya di kantor Direktorat P2PTM Ditjen P2PL Kemenkes RI Jalan Percetakan Negara, Kamis (22/9/2016).
Ia menjelaskan, memberikan minum dan makan ketika terjadi serangan jantung sangat berbahaya.
“Tidak boleh aktivitas apapun, makan dan minum itu aktivitas. Dikhawatirkan juga paru-parunya bisa terjadi ‘kebanjiran’,” kata dokter Ismoyo.
Ketika pasien minum, otomatis volume darah meningkat.
Padahal, ketika terjadi serangan jantung, jantung tidak bisa memompa darah dengan baik, akibatnya darah itu tidak bisa dipompa dan akhirnya membanjiri paru-paru.
Nyeri dada menjadi salah satu tanda serangan jantung, ciri lainnya terjadi rasa mual, keringat dingin.
Serangan jantung dengan nyeri yang tidak biasa ini sebenarnya tidak terjadi mendadak.
Sebelumnya ditandai dengan nyeri yang ringan atau tanda lain namun kerap diabaikan.
Oenedo Gumarang (60), terkena serangan jantung tahun 2013 lalu diusia 57 tahun. Ternyata itulah serangan jantung yang ketiga.
“Ketika dibawa ke Rumah sakit, dan dilakukan kateterisasi ternyata sudah banyak sumbatan, dan harus diopersi, dokter melihat sudah terjadi serangan jantung yang sebelumnya setidaknya 3 kali,” kata pria yang disapa Edo yang juga berprofesi sebagai dokter.