Sabtu, 23 Agustus 2025

Virus Monkeypox

BERITA TERBARU Virus Monkeypox, Batam Siapkan 6 Ruang Isolasi hingga Perbedaannya dengan Cacar Biasa

Virus semakin mengkhawatirkan, Batam siapkan 6 ruang isolasi hingga cari tahu apa perbedaannya dengan cacar biasa.!

Penulis: Bunga Pradipta Pertiwi
CDC/The Star
Pasien monkeypox di Republik Demokratik Kongo saat wabah pada tahun 1997. Virus semakin mengkhawatirkan, Batam siapkan 6 ruang isolasi hingga cari tahu apa perbedaannya dengan cacar biasa? 

Virus semakin mengkhawatirkan, Batam siapkan 6 ruang isolasi hingga cari tahu apa perbedaannya dengan cacar biasa? Simak selengkapnya di sini!

TRIBUNNEWS.COM- Virus cacar monyet atau Monkeypox menyebar di Singapura.

Pemerintah Singapura telah mengonfirmasi adanya virus tersebut di negara mereka.

Awal mula virus monkeypox atau cacar monyet ini menyebar dari seorang warga Nigeria yang sedang berkunjung ke Singapura.

Baca: Lakukan Hal Ini untuk Hindari Virus Monkeypox Seperti yang Terjadi di Singapura

Ilustrasi monkeypox atau cacar air
Ilustrasi monkeypox atau cacar air (precisionvaccinations.com)

Mengutip dari Kompas.com, menurut siaran pers yang dikeluarkan oleh Kementrian Kesehatan Singapura pada Kamis (9/5/2019) pasien tersebut kini menempati ruang isolasi di National Centre for Infectious Diseases (NCID).

Kini kondisi pasien berusia 38 tahun itu terbilang cukup stabil.

Apa sebenarnya virus monkerypox ini?

Apakah perbedaannya dengan cacar air biasa?

Berikut ini kumpulan fakta-fakta tentang virus monkeypox yang telah dirangkum Tribunnews.com dari berbagai sumber pada Selasa (14/5/2019).

Baca: Apa Sebenarnya Monkeypox atau Cacar Monyet? Berikut Cara Penularan hingga Mengancam Indonesia

Baca: Singapura Yakin Risiko Penyebaran Virus Monkeypox di Negaranya Rendah

1. Penularan Virus

Virus Monkeypox, Penyakit Cacar Monyet yang Pertama Kali Muncul di Singapura
Virus Monkeypox, Penyakit Cacar Monyet yang Pertama Kali Muncul di Singapura (PUBLIC HEALTH IMAGE LIBRARY/CDC)

Cacar monyet merupakan penyakit langka yang disebabkan oleh virus, dan ditularkan pada manusia melalui hewan, terutama di kawasan Afrika Tengah dan Barat.

Umumnya penularan diakibatkan oleh kontak dengan hewan terinfeksi, seperti tikus atau hewan pengerat lain.

“Pasien melaporkan bahwa sebelum kedatangannya ke Singapura, ia menghadiri pernikahan di Nigeria."

"Ia mengonsumsi daging hewan liar (bushmeat), yang dapat menjadi sumber penularan virus cacar monyet”, terang Kementrian Kesehatan Singapura, seperti yang dilansir Channel News Asia, Kamis (9/5/2019).

Penularan dari manusia ke manusia juga dapat terjadi lewat kontak dekat dengan sekresi saluran pernapasan yang terinfeksi, luka pada kulit penderita, atau objek yang telah terkontaminasi cairan tubuh penderita.

Meski demikian, situs resmi Badan Kesehatan Dunia (WHO) menulis bahwa penularan pada manusia ini sangatlah terbatas.

Transmisi melalui partikel cairan pernapasan membutuhkan kontak antar muka jangka panjang sehingga penyakit ini biasanya hanya menular kepada anggota keluarga.

Baca: Kasus Monkeypox atau Cacar Monyet di Afrika 2018: 42 Kematian Tercatat di Republik Demokrasi Kongo

2. Gejala Virus Monkeypox

Masih dilansir dari laman yang sama, secara umum gejala penyakit cacar monyet antara lain termasuk demam, nyeri, pembengkakan nodus limfa, dan ruam pada kulit.

Penyakit ini juga dapat menyebabkan komplikasi serius seperti pneumonia atau bahkan kematian.

Sebelum menunjukkan gejalanya, cacar monyet biasanya diawali dengan periode inkubasi selama 6-16 hari.

Infeksinya kemudian bisa dibagi menjadi dua periode:

Periode Invasi

Selama 5 hari sejak gejala dimulai, pasien mengalami demam, sakit kepala intens, pembengkakan nodus limfa atau limfadenopati, nyeri punggung, nyeri otot hingga kekurangan energi.

Kondisi bocah Afrika yang badannya terserang virus cacar monyet atau monkeypox.
Kondisi bocah Afrika yang badannya terserang virus cacar monyet atau monkeypox. (360nobs.com)

Periode Erupsi Kulit

Periode ini terjadi 1-3 hari setelah demam dimulai.

Pada periode inilah, ruam mulai muncul dari area wajah dan menyebar ke seluruh tubuh.

Pada 95 persen kasus, wajah pasien menjadi bagian yang paling banyak mengalami ruam, disusul dengan telapak tangan dan kaki (75 persen kasus).

Ruam ini bermula dari luka datar di area membran mukosa oral (70 persen kasus).

Selain itu, luka juga bisa terjadi pada area kelamin (30 persen), kelopak mata (20 persen) dan kornea atau bola mata.

Dalam waktu 10 hari, luka kemudian berevolusi menjadi lepuhan kecil berisi cairan, bintil, dan akhirnya kerak.

WHO menulis bahwa untuk menghilangkan kerak ini sepenuhnya, diperlukan setidaknya waktu tiga minggu, meskipun pasien telah menjalani perawatan untuk cacar monyet.

Sebelum ruam menghilang, pasien juga biasanya menunjukkan kembali gejala khas cacar monyet, yaitu pembengkakan nodus limfa.

Baca: Berita Terkini Cacar Monyet atau Monkeypox: Sudah Mengancam Batam, Dinkes Riau Minta Pengawasan

Baca: Setiap Berobat, Pasien BPJS Kesehatan Sekarang Wajib Finger Print, Ini Tujuannya

3. Belum Ditemukan Vaksin Virus Monkeypox

Ilustrasi vaksin
Ilustrasi vaksin (Tribun Batam )

Sayangnya belum ada perawatan atau vaksin khusus untuk menangani cacar monyet.

Studi menunjukkan bahwa vaksin variola 85 persen efektif dalam mencegah cacar monyet.

Namun, vaksin ini sudah tidak lagi diproduksi untuk khalayak umum menyusul eradikasi variola global.

Oleh sebab itu, cara terbaik untuk menghentikan penyebaran cacar monyet adalah mencegah infeksinya.

WHO menghimbau pihak-pihak yang berwenang untuk meningkatkan kesadaran akan faktor risiko cacar monyet dan cara-cara untuk mengurangi paparan terhadap virus ini.

Pemerintah juga dituntut untuk mengidenftifikasikan kasus baru secepatnya sebagai upaya untuk menghentikan wabah.

Untuk masyarakat, pencegahan infeksi cacar monyet adalah dengan mengurangi transmisi hewan ke manusia.

Baca: Tak Hanya Cacar Monyet, Ini 4 Penyakit Berbahaya yang Ditularkan dari Binatang ke Manusia

Baca: Beragam Penyakit Dalam Jadi Penyebab Meninggalnya Ratusan Petugas KPPS

4. Perbedaannya dengan Cacar Air Biasa

Penyakit yang disebabkan virus cacar air (chickenpox) dan cacar monyet (monkeypox) terlintas memiliki kesamaan tanda.

Sama-sama ada benjolan-benjolan berair yang menyebar di seluruh tubuh.

Namun untuk monkeypox tampilannya terlihat lebih ekstrem karena hingga membuat kulit terkelupas atau berisi cairan nanah.

Cacar Air

Ilustrasi cacar air
Ilustrasi cacar air (kompasiana.com)

Melansir dari World Health Organization (WHO) menjelaskan kalau cacar air disebabkan oleh infeksi primer dengan virus varicella-zoster (VZV).

Cacar air sangat mudah ditularkan melalui pernapasan atau kontak langsung dengan lesi kulit orang yang menderita.

Gejala-gejala pertama yang muncul setelah masa inkubasi 10-21 hari seperti demam, malaise hingga ruam gatal yang khas.

Cacar air umumnya sembuh sendiri secara bertahap, yang menghilang selama 7-10 hari.

Selama proses penyembuhan yang nantinya ruam akan berubah menjadi ruam ini masih bisa menularkan virus.

Cacar air dapat dicegah dengan imunisasi dan berbagai formulasi vaksin yang berfungsi sebagai antigen tunggal dan dalam kombinasi dengan vaksin campak, gondok dan rubela.

Cacar Monyet

Ilustrasi - Monkeypox
Ilustrasi - Monkeypox (RRI)

Masa inkubasi virus monkeypox dari terinfeksi hingga timbulnya gejala berkisar 5 hingga 21 hari.

Ada dua periode invasi yaitu pada lima hari pertama ditandai demgan demam, sakit kepala hebat, dan pembekuan kelenjar getah bening (limfadenopati), nyeri punggung, nyeri otot, hingga kekurangan energi.

Kemudian periode kedua adalah periode erupsi kulit, pada tiga hari pertama akan munculnya ruam pada wajah hingga ke bagian tubuh lainnya seperti telapak tangan ataupun kaki.

Bentuk ruamnya ada yang berisi cairan kecil, melepuh yang diikut kerak sekitar 10 hari dengan jumlah yang cukup banyak.

Monkeypox biasanya merupakan penyakit yang sembuh sendiri dengan gejala yang berlangsung dari 14 hingga 21 hari.

Kasus yang parah lebih sering terjadi pada anak-anak, kelompok usia yang lebih muda tampaknya lebih rentan terhadap penyakit monkeypox.

Monkeypox hanya dapat didiagnosis secara pasti di laboratorium dengan berbagai tes mulai dari darah ataupun serum.

Baca: Mengenal Tanda-tanda Virus Monkeypox seperti yang Dialami Warga Nigeria di Singapura

Baca: WHO: 34.000 Orang di Eropa Terinfeksi Campak Hanya Dalam Kurun Waktu Dua Bulan

5. Batam dan Riau Waspada

Batam dan Riau waspada
Batam dan Riau waspada (Kompas.com)

Berkaitan dengan hal tersebut pun sejumlah wilayah yang menjadi perbatasan dengan Indonesia pun mulai di perhatikan.

Kantor Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) Batam telah memasang 2 thermal detection (pemindai suhu) di Pelabuhan Ferry Internasional Batam Centre, Batam, Kepulauan Riau.

Hal ini dilakukan untuk membantu Dinas Kesehatan Kota Batam dalam menimalisir masuknya virus cacar monyet yang sedang hangat dibicarakan di Singapura.

Menurut Koordinator Kantor KKP wilayah kerja Batam dr Tiara Sesialia, hingga saat ini, kondisi Batam masih terbilang aman dan nihil temuan.

"Jangan cemas, Batam aman dan nihil temuan," kata dr Tiara, melalui telepon, Senin (13/5/2019).

6. Batam Sediakan 6 Ruang Isolasi

Batam sediakan 6 ruang isolasi
Batam sediakan 6 ruang isolasi (kompas.com)

Selain memasang thermal detection, Dinkes Batam juga telah menyiapkan 6 ruang isolasi bagi penumpang yang terindikasi terjangkit cacar monyet.

Ada 2 ruangan di RSUD Embung Fatimah dan 4 di RSBP Sekupang.

"Mudah-mudahan wabah ini tidak masuk ke Batam," kata Kepala Dinas Kesehatan Batam, Didi Kusmarjadi.

Pihaknya juga tetap bersiaga dan terus memeriksa setiap penumpang yang masuk melalui pelabuhan feri internasional.

Selain warga luar, warga Batam yang ingin berpergian atau masuk ke Batam dari Singapura dan Malaysia juga tetap diperiksa.

(Tribunnews.com/Bunga)

Sumber: TribunSolo.com
Berita Terkait
AA

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
About Us Help Privacy Policy Terms of Use Contact Us Pedoman Media Siber Redaksi Info iklan