Dukung Penyiapan Generasi Emas Indonesia 2045 melalui Program Pengentasan Stunting
Pemicu stunting bisa juga dipicu rendahnya akses pelayanan kesehatan, kesehatan lingkungan dan ketersediaan pangan.
Editor:
Eko Sutriyanto
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Stunting atau pendek masih menjadi masalah gizi utama bagi balita di Indonesia, yang harus segera dientaskan untuk mempersiapkan generasi emas Indonesia 2045.
Merujuk hasil analisis data Indonesian Family Life Survey (IFLS), kemungkinan anak dari keluarga perokok menjadi stunting lebih besar dari anak keluarga tanpa perokok.
Berdasarkan studi dari Pusat Kajian Jaminan Sosial (PKJS) Universitas Indonesia, anak-anak dari keluarga perokok kronis memiliki kecenderungan untuk tumbuh lebih pendek dan lebih ringan dibandingkan dengan anak dari keluarga tanpa perokok .
Umi Fahmida, peneliti utama South East Asia Ministers of Education Organization (SEAMEO) RECFON (Regional Center for Food and Nutrition) mengatakan, akar persoalan stunting bisa dilihat dari 3 hal.
Pertama, yang langsung itu karena asupan gizi anak jelek atau kurang.
Kedua, dipengaruhi oleh seringnya anak sakit sehingga penyerapan zat gizi tidak optimal.
Baca: Alumni Darunnajah Di Mesir Pupuk Kebersamaan Lewat Program Pendekar Ramadan
"Ketiga, adalah pengaruh pola pengasuhan keluarga. Keluarga ini bukan cuma ibu. Tetapi juga bapaknya“, ujar Umi.
Dikatakannya, faktor keluarga berpengaruh cukup besar namun ada faktor-faktor lain di tingkat komunitas antara lain seperti akses pelayanan kesehatan , kesehatan lingkungan dan ketersediaan pangan.
SEAMEO RECFON merupakan organisasi bidang pangan dan gizi kerjasama menteri-menteri pendidikan se-Asia Tenggara dengan pengampuan dari Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan RI terus berkontribusi dalam program-program pengentasan stunting.
Salah satunya, SEAMEO RECFON bekerjasama dengan The Union-Bloomberg dalam melakukan studi untuk menilai potensi peningkatan pajak dan cukai rokok dan pemanfaatannya untuk program gizi terkait stunting di Indonesia.
Umi Fahmida menambahkan, belanja rokok di Indonesia menjadi pengeluaran terbesar ketiga dalam rumah tangga (12,4 % dari pengeluaran rumah tangga).
“Ini setara dengan dengan jumlah uang yang dikeluarkan untuk membeli sayur-mayur (8.1%) serta telur dan susu (4.3%)”, ujar Umi.
Baca: Ada Peluang Untuk Mempercepat Pencapaian Target Penurunan Prevalens Stunting Pada Anak Indonesia
“Bayangkan, kalau yang 12 % itu disisihkan, akan sangat berkontribusi untuk keragaman pangan yang bermanfaat bagi peningkatan gizi anak. Uang itu bisa dibelikan sesuatu yang berguna, mungkin dibelikan telur, ikan sayur dan buah,” tegasnya.
Sementara menurut Grace Wangge, manajer riset dan konsultasi SEAMEO RECFON, dalam jangka panjang, stunting tidak hanya mengakibatkan masalah pada masa depan balita stunting itu sendiri.
“Stunting akan menjadi masalah trans-generasi, dimana ibu yang pendek, cenderung akan mempunyai juga anak yang stunting”, ujar peneliti yang juga dokter lulusan UI ini.
Grace menambahkan, saat usia produktifnya kelak, balita stunting akan mempunyai daya saing yang lebih rendah dibandingkan sumber daya manusia (SDM) negara lain yang memiliki balita sehat karena rendahnya fungsi kognitif mereka.
Baca: Perokok Aktif dan Perokok Pasif Memiliki Tingkat Risiko Kena Kanker yang Sama
"Untuk mengatasi masalah stunting, pendidikan gizi kepada publik menjadi sangat penting untuk dilakukan mencegah stunting sejak dini. Untuk itu diperlukan support system, termasuk lewat pendidikan anak usia dini (PAUD) dan sekolah," ujarnya.
Bersama mitranya, SEAMEO RECFON terus mengembangkan berbagai program pendidikan gizi yang turut berkontribusi pada pengentasan stunting.
Salah satu program unggulan SEAMEO RECFON adalah “Anakku Sehat dan Cerdas”.
Program ini menterjemahkan konsep PAUD Holistik Integratif (PAUD-HI) yang telah dicanangkan oleh Kemdikbud. Mitra SEAMEO RECFON untuk program unggulan ini antara lain adalah SEAMEO center lainnya yaitu SEAMEO Regional Centre for Early Childhood Care Education and Parenting (CECCEP) di Bandung untuk bidang pendidikan anak usia dini dan parenting serta SEAMEO Regional Centre for Tropical Medicine (TROPMED) di Bangkok untuk bidang kesehatan masyarakat.
Selain itu, didukung oleh organisasi profesi seperti Himpunan Pendidik dan Tenaga Kependidikan Anak Usia Dini Indonesia (HIMPAUDI), SEAMEO RECFON telah melakukan pemetaan kompetensi gizi para guru PAUD seluruh Indonesia.
SEAMEO RECFON juga melakukan pelatihan untuk guru PAUD mengenai penyampaian materi pendidikan gizi untuk orang tua, baik melalui media on-line dan off-line.
Semua program menjadi bagian dari strategi penting untuk meningkatkan peran keluarga serta PAUD dalam mengoptimalkan tumbuh kembang anak Indonesia.