Rabu, 20 Agustus 2025

Kemenkes Ungkap Data Provinsi dengan Kasus Covid-19 Tinggi Juga Meningkat Angka Penderita DBD

Kementerian Kesehatan menjelaskan soal bahayanya penyakit demam berdarah (DBD) di masa pandemi Covid-19 yang masih berlangsung ini.

Penulis: Reza Deni
Warta Kota/Henry Lopulalan
Petugas Puskesmas melakukan fogging di Jalan Mampang Prapatan V, Mampang Prapatan, Jakarta Selatan, Selasa (16/6/2020). Pelaksanaan fogging atau pengasapan dilakukan terkait dengan adanya warga yang positif terkena demam berdarah dengue (DBD). Warta Kota/Henry Lopulalan 

Laporan Wartawan Tribunnews.com, Reza Deni

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA- Kementerian Kesehatan menjelaskan soal bahayanya penyakit demam berdarah (DBD) di masa pandemi Covid-19 yang masih berlangsung ini.

Dari catatan Kemenkes, provinsi yang memiliki kasus Covid-19 tinggi juga memiliki kasus demam berdarah yang juga tinggi.

"Kalau kita lihat saat ini yang tinggi adalah provinsi Jawa Barat, Lampung, NTT, Jawa Timur, kemudian Jawa Tengah, Yogyakarta, dan Sulawesi Selatan yang kita tahu secara jumlah kasus Covid-19 tinggi" kata Direktur Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Tular Vektor dan Zonotik Kemenkes, dr. Siti Nadia Tarmizi dalam siaran BNPB, Senin (22/6/2020).

Adapun total kasus DBD, menurut Nadia, sebanyak 68 ribu kasus dengan kasus per hari sejumlah 100-500 kasus per hari.

"Biasanya kasus demam berdarah terjadi setahun itu pada bulan Maret. Namun mengapa kami melihat tahun berbeda, di mana pada bulan Juni kami masih mendapatkan kasus DBD yang cukup banyak. Ini berbeda dari tahun-tahun sebelumnya," lanjut Nadia.

Di sisi lain, Nadia mengatakan kasus DBD di Indonesia menyebabkan kematian yang cukup tinggi.

Baca: Di NTT Angka Kematian Akibat DBD Lebih Tinggi Daripada Covid-19

Baca: Dexamethasone Obat Murah untuk Pasien Kritis Covid-19, Pemakaiannya Tak Bisa Dihentikan Tiba-tiba

nadiamkemenkes
Direktur Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Tular Vektor dan Zonotik Kemenkes, dr. Siti Nadia Tarmizi dalam siaran BNPB, Senin (22/6/2020).

"Jadi angka kematian kita saat ini sudah mencapai pada angka 346, dan itu sama gambaran-gambaran adalahnya provinsi yang tadi," ujarnya.

Pada awalnya, angka kematian akibat DBD dikatakan Nadia secara persentase adalah 50 persen.

Namun, lambat laun Indonesia berhasil menekan angka kesakitan dan kematian tersebut.

"Bahkan, angka kematian yang tadinya 50 persen, sekarang bisa turun dengan angka di bawah 1 persen. Target kita tentunya tak ada kematian lagi," kata Nadia

Sementara itu, Nadia mengungkap kesakitan karena DBD sifatnya masih fluktuatif.

"Angka kesakitannya masih cukup tinggi, yang tadi di bawah 20 persen. Saat ini masih terus dipertahankan, tetapi jangan sampai di tahun 2016 itu terjadi lagi," kata Nadia

"Fenomena inilah yang terjadi. Artinya, memungkinkan seseorang kalau dia terinfeksi Covid-19, dia juga dapat berisiko terinfeksi demam berdarah. Pada prinsipnya sama, DBD juga penyakit yang belum ada obat dan vaksinnya belum efektif.salah satu upaya mencegahnya adalah kita mengindari gigitan nyamuk," pungkasnya

Berita Terkait
AA

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
About Us Help Privacy Policy Terms of Use Contact Us Pedoman Media Siber Redaksi Info iklan