Sate Beracun
Apa Itu Kalium Sianida? Kandungan Racun di Bumbu Sate yang Tewaskan Bocah asal Bantul, Ini Bahayanya
Simak penjelasan mengenai apa itu kalium sianida (KCN), racun berbahaya yang menewaskan anak pengumudi ojek online di Kabupaten Bantul, Jogjakarta.
Penulis:
Suci Bangun Dwi Setyaningsih
Editor:
Sri Juliati
"Korban juga bisa kejang, kerusakan paru, gagal napas yan akhirnya akan meninggal. Dosis letalnya 1,5mg/kg berat badan," kata dr Lipur.
Ia menambahkan, dosis letal merupakan dosis yang sudah di ambang batas atas tubuh orang yang mengonsumsi.
Hitungannya, jika si anak memiliki berat badan 30 kg, maka dosis letalnya sekitar 45 gram.
"Si ibu yang juga menyantap sate, kemungkinan dia makan dengan porsi sedikit sehingga, ibu selamat," tambah dr Lipur.
Baca juga: FAKTA Pengirim Paket Sate Beracun: Beli Sianida secara Online, Motif hingga Berujung Salah Sasaran
Pertolongan Pertama bila Terkena Racun Sianida
Menurut Dosen Fakultas Farmasi Universitas Gadjah Mada (UGM), Dr Arief Nurrochmad MSi MSc Apt memberikan penjelasan tentang pertolongan pertama bila terpapar racun sianida.
Sianida diyakini sebagai racun jenis C.
Dijelaskan, racun jenis C kebanyakan merujuk pada unsur kimia CN atau sianida.
Adapun tindakan pertolongan pertama jika orang terpapar sianida, bisa dilakukan dengan beberapa cara.
"Jika terjadi kebakaran, jauhi area tersebut agar tidak menghirup udara yang sudah tercemar," kata Arief, dikutip Tribunnews.com dari TribunJogja.com.
Kemudian, segera keluar dari ruangan yang terkontaminasi gas sianida dan cari udara segar.
Jika tidak bisa keluar ruangan saat terjadi kebakaran, tiarap sedekat mungkin dengan tanah dan lindungi pernapasan Anda.
Jika mata terasa panas dan pandangan kabur akibat kebakaran, aliri mata Anda dengan air selama 10–15 menit.
Lalu, cuci rambut dan tubuh Anda dengan air dan sabun selama 20 menit dan bilas.
"Jika Anda tidak sengaja menelan sianida, jangan minum sesuatu dan jangan berusaha membuat diri Anda muntah," jelas pria yang bertugas di Laboratorium Farmakologi dan Toksikologi, Departemen Farmakologi dan Farmasi Klinik, Fakultas Farmasi UGM itu.