Kamis, 4 September 2025

Virus Corona

7 Hal yang Perlu Diketahui soal Vitamin D yang Banyak Dicari Saat Pandemi Covid-19

Untuk menjaga kesehatan dan imun tubuh, dosis vitamin D yang disarankan per hari yakni antara 400IU hingga 1000IU.

Editor: Hasanudin Aco
Warta Kota/Henry Lopulalan
Suasana masyarakat berbelanja obat dan peralatan medis di Pasar Pramuka, Jalan Pramuka, Matraman, Jakarta Timur, Rabu(30/5/2021). Meningkat virus Covid 19 menimbulkan meningkatnya permintaan multi vitamin dan beberapa jenis obat lainnya. Banyaknya permintaan membuat harga menjadi naik bahkan obat jenis antibiotik langka. Begitu juga persedian tabung Oksigen mulai tipis persediaanya. (Warta Kota/Henry Lopulalan) 

"Vitamin D larut dalam lemak, jika dosisnya terlalu tinggi maka akan sulit dieliminasi dalam tubuh. Sama dengan vitamin C yang larut dalam air, jika terlalu banyak akan dikeluarkan melalui urin, dan bisa terdeposit terlalu lama dalam tubuh," papar Prof Zullies.

Prof Zullies menyarankan sebagai langkah preventif yakni mencegah penyakit dan menjaga kesehatan serta menjaga imun, maka dosis vitamin D yang disarankan sekitar 400IU sudah cukup.

Namun, untuk terapi penyembuhan sakit, seperti pada pasien Covid-19, dosis vitamin D yang dikonsumsi bisa 1000IU hingga 5000IU.

Benarkah bisa obat infeksi Covid-19?

Berbagai studi terkait vitamin D dilakukan oleh para ahli untuk menemukan manfaatnya dalam mengobati infeksi Covid-19.

Temuan dari penelitian kecil yang hasilnya diterbitkan di The Journal of Steroid Biochemistry and Molecular Biology mengungkap tentang hal ini.

Disebutkan, vitamin D bisa memberi hasil pengobatan lebih baik bagi pasien virus corona.

Para peneliti dari Universitas Cordoba, Spanyol, meneliti 76 pasien Covid-19 yang dirawat di Reina Sofia University Hospital.

Semua pasien menerima pengobatan terbaik. Namun, di antara mereka ada 50 pasien yang menerima kalsifediol.

Kalsifediol adalah bentuk metabolisme vitamin D3 yang dapat meningkatkan kadar vitamin D dengan cepat pada pasien.

Nah, penelitian ini menemukan, pasien yang menggunakan kalsifediol mempunyai kemungkinan lebih kecil untuk masuk dalam perawatan intensif.

Lebih dari itu, tidak ada dari pasien-pasien tersebut yang akhirnya meninggal dunia.

Sedangkan, pada kelompok kontrol (yang tidak mengonsumsi kalsifediol) yang berjumlah 26 pasien, ada 13 pasien dirawat di unit perawatan intensif, dan dua orang meninggal dunia.

Tiga dosis kalsifediol dalam studi ini (0,532 mg di hari pertama, dan 0,266 mg di hari ketiga dan ketujuh) dapat mengurangi infeksi parah Covid-19.

Selain itu, disimpulkan pula bahwa dosis tersebut pun bisa menurunkan risiko komplikasi.

Halaman
1234
Berita Terkait
AA

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
About Us Help Privacy Policy Terms of Use Contact Us Pedoman Media Siber Redaksi Info iklan