Kenali 4 Masalah Pencernaan yang Paling Sering Dialami Anak, dari Diare hingga Muntah
Anak yang kerap mengeluh sakit perut, rewel, atau mudah lemas, bisa saja mengalami gangguan pada saluran cernanya.
Penulis:
Aisyah Nursyamsi
Editor:
Willem Jonata
Laporan Wartawan Tribunnews.com, Aisyah Nursyamsi
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA – Kesehatan saluran cerna anak kerap menjadi perhatian utama orang tua.
Sebab, saluran pencernaan yang sehat sangat berpengaruh terhadap tumbuh kembang anak secara keseluruhan, termasuk berat badan, tinggi badan, hingga perkembangan keterampilan motorik.
Menurut dokter spesialis anak subspesialis gastrohepatologi dr. Himawan Aulia Rahman, Sp. A, Subsp. G.H pertumbuhan dan perkembangan anak yang baik sebenarnya bisa menjadi indikator bahwa sistem pencernaannya juga bekerja dengan optimal.
Baca juga: Berikut Langkah-langkah Penanganan Anak yang Alami Muntah dan Diare
“Kalau anak makannya cukup, tumbuhnya baik, duduk usia 6 bulan, berdiri 1 tahun, jalan 1,5 tahun, berarti tumbuh kembangnya bagus dan itu menunjukkan sistem cerna pun sehat,”ungkapnya pada media briefing yang diselenggarakan oleh RS Pondok Indah di Jakarta Pusat, Rabu (18/6/2025).
Sebaliknya, anak yang kerap mengeluh sakit perut, rewel, atau mudah lemas, bisa saja mengalami gangguan pada saluran cernanya.
Empat Masalah Pencernaan yang Sering Terjadi pada Anak
Lebih lanjut ia menyebutkan ada empat masalah saluran cerna yang paling sering ditemukan pada anak, yaitu:
1. Diare
Diare ditandai dengan buang air besar lebih sering dari biasanya dan konsistensi feses yang lebih cair.
Meskipun umumnya bisa sembuh sendiri dalam waktu kurang dari satu minggu, yang paling ditakutkan dari diare adalah dehidrasi
“Seringkali diare diawali muntah dulu, lalu anak jadi tidak bisa minum. Ini yang bisa berbahaya,” ujarnya.
Orang tua sebaiknya mengenali tanda-tanda dehidrasi, seperti:
* Anak tampak lebih lemas
* Air mata berkurang saat menangis
* Mata cekung
* Frekuensi dan volume kencing menurun (popok kering)
Jika sudah menunjukkan tanda-tanda tersebut, anak bisa diberikan oralit dan makanan dalam porsi kecil tapi sering.
Namun, jika diare disertai muntah hebat, demam tinggi, atau darah pada feses, maka anak perlu segera dibawa ke dokter.
2. Sembelit (Konstipasi)
Sembelit terjadi ketika frekuensi buang air besar anak jarang dan fesesnya keras, sehingga menyebabkan nyeri saat dikeluarkan.
Gejala yang sering terlihat termasuk anak menangis saat BAB, menahan-nahan buang air, atau bahkan feses keluar tanpa sadar di celana (encopresis).
“Kalau anaknya sampai suka mojok, menyilangkan kaki, atau keluar kotorannya di celana, itu tanda sembelit berat,”terang dr. Himawan.
Penanganan tidak cukup hanya dengan memberi pepaya.
Sebaiknya, anak dibawa ke dokter agar bisa dilakukan evaluasi menyeluruh dan mendapat penanganan yang tepat.
Jika tidak ditangani, sembelit bisa menjadi siklus yang memperparah kondisi anak.
3. Sakit Perut
Sakit perut pada anak bisa sangat luas penyebabnya, mulai dari infeksi saluran cerna, batuk-pilek, infeksi saluran kencing, hingga infeksi telinga.
Namun, karena anak-anak belum bisa menjelaskan keluhannya, tanda paling umum adalah anak rewel atau menangis terus-menerus.
Menurut dr. Saisa, yang perlu diwaspadai adalah jika sakit perut:
* Terjadi berulang
* Disertai muntah-muntah dan demam
* Mengganggu aktivitas (anak sering absen sekolah atau pulang lebih awal)
* Terlokalisasi (misalnya nyeri di kanan bawah, yang bisa mengarah ke usus buntu)
Jika ditemukan gejala seperti ini, anak perlu segera dibawa ke fasilitas kesehatan.
4. Muntah dan Gumoh
Perbedaan utama gumoh dan muntah terletak pada prosesnya.
Gumoh terjadi tanpa dorongan, umumnya setelah menyusu, dan biasa dialami bayi di bawah 9 bulan.
Sementara itu, muntahdisertai dorongan kuat dan refleks muntah.
Muntah paling sering disebabkan oleh infeksi saluran cerna, dan jika terjadi berulang, bisa menyebabkan dehidrasi seperti halnya diare.
“Kalau muntahnya banyak dan anak tidak bisa minum, ini berbahaya karena bisa cepat dehidrasi,”kata dr. himawan
Muntah juga bisa menjadi gejala dari kondisi lain seperti GERD (Gastroesophageal Reflux Disease).
Oleh karena itu, penting bagi orang tua untuk mencermati apakah anak hanya gumoh biasa atau mengalami muntah yang perlu penanganan medis.
Di sisi lain, dr Himawan menegaskan bahwa orang tua tidak perlu langsung melakukan tes laboratorium atau pemeriksaan feses untuk mengetahui kondisi pencernaan anak.
Dengan mengamati pola makan, kebiasaan BAB, aktivitas sehari-hari, dan tanda-tanda seperti yang disebutkan di atas, banyak gangguan pencernaan bisa dikenali sejak dini.
Jika gejala terus berlangsung, mengganggu aktivitas, atau disertai tanda-tanda bahaya, segera konsultasikan ke dokter anak.
Dukung Anak Tumbuh Aktif & Kreatif, LACTOGROW Hadirkan LACTOGROW PLAYWORLD di Bandung |
![]() |
---|
Jaga Badan Agar Tetap Sehat Bukan Hanya Olahraga dan Makan, Rawat Juga Saluran Pencernaan |
![]() |
---|
Bisa Pengaruhi Mood dan Otak, Dokter Bagikan Tips Jaga Kesehatan Pencernaan Anak |
![]() |
---|
Ini Makanan yang Sebaiknya Dihindari Pasien Gangguan Pencernaan Irritable Bowel Sydrome |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.