Senin, 6 Oktober 2025

Terapi SABA Tunggal Tidak Lagi Direkomendasikan untuk Pengobatan Asma, Ini Alasannya

Sejumlah studi menunjukkan bahwa penggunaan SABA jangka panjang dapat meningkatkan risiko eksaserbasi hingga kematian

|
Penulis: Choirul Arifin
Editor: Eko Sutriyanto
DOK. Humas Kemenkes
PENANGANAN PASIEN ASMA - Direktur Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Tidak Menular Kementerian Kesehatan RI Siti Nadia Tarmizi. Kementerian Kesehatan RI bersama Perhimpunan Dokter Paru Indonesia (PDPI) dan AstraZeneca memberikan edukasi tata laksana asma pada tenaga kesehatan, pasien dan masyarakat. 

“Melalui edukasi yang berkelanjutan kepada tenaga medis, kami berharap pengenalan gejala, diagnosis dini, hingga pemilihan terapi, khususnya terapi yang tepat dapat dilakukan secara lebih akurat,” kata dia.

Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) di 2019 menyatakan, asma dialami oleh sekitar 262 juta orang di seluruh dunia dan menjadi penyebab sekitar 455 ribu kematian.

Baca juga: Cegah Serangan Akut, Ini Terapi yang Dianjurkan untuk Pasien Asma

Di Indonesia, prevalensi asma yang didiagnosis oleh dokter tercatat sebesar 1,6 persen, dengan hampir 58,3 persen pasien mengalami kekambuhan dalam kurun waktu 12 bulan terakhir.

Jika tidak dikenali dan ditangani sejak dini, asma bisa berkembang menjadi kondisi yang lebih berat dan berdampak besar bahkan kematian. (tribunnews/fin)

 

Rekomendasi untuk Anda

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved