Terapi SABA Tunggal Tidak Lagi Direkomendasikan untuk Pengobatan Asma, Ini Alasannya
Sejumlah studi menunjukkan bahwa penggunaan SABA jangka panjang dapat meningkatkan risiko eksaserbasi hingga kematian
“Melalui edukasi yang berkelanjutan kepada tenaga medis, kami berharap pengenalan gejala, diagnosis dini, hingga pemilihan terapi, khususnya terapi yang tepat dapat dilakukan secara lebih akurat,” kata dia.
Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) di 2019 menyatakan, asma dialami oleh sekitar 262 juta orang di seluruh dunia dan menjadi penyebab sekitar 455 ribu kematian.
Baca juga: Cegah Serangan Akut, Ini Terapi yang Dianjurkan untuk Pasien Asma
Di Indonesia, prevalensi asma yang didiagnosis oleh dokter tercatat sebesar 1,6 persen, dengan hampir 58,3 persen pasien mengalami kekambuhan dalam kurun waktu 12 bulan terakhir.
Jika tidak dikenali dan ditangani sejak dini, asma bisa berkembang menjadi kondisi yang lebih berat dan berdampak besar bahkan kematian. (tribunnews/fin)
Profil Afriansyah Noor, Calon Wamenaker Baru Pengganti Immanuel Ebenezer, Bakal Dilantik Sore Ini? |
![]() |
---|
Tito Karnavian Datangi Istana Jelang Reshuffle Kabinet, Benarkan Prabowo Sudah Tunjuk Menkopolkam |
![]() |
---|
Kronologi Siswa Pukul Wakasek di SMAN 1 Sinjai: Pelaku Dikeluarkan, Korban Alami Trauma |
![]() |
---|
Dari Panggung ke Kampus, Arzeti Bilbina Resmi Sandang Status Dosen Tetap |
![]() |
---|
5 Personel Brimob Pelindas Ojol Affan Belum Disidang Etik, Ini Penjelasan Polri |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.