Jumat, 22 Agustus 2025

Cegah Penularan HIV, Sifilis, dan Hepatitis C Sejak Dini dengan Pemeriksaan IMS

IMS atau Infeksi Menular Seksual adalah penyakit yang utamanya ditularkan melalui hubungan seksual. 

Penulis: Aisyah Nursyamsi
Editor: Willem Jonata
freepik.com
PENYAKIT KELAMIN - Ilustrasi terkena infeksi menular seksual (IMS). Kementerian Kesehatan (Kemenkes) mencatat kasus IMS di Indonesia melonjak dalam tiga terakhir, khususnya pada kelompok remaja usia 15 hingga 19 tahun.  

Laporan Wartawan Tribunnews.com, Aisyah Nursyamsi

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA – Pemeriksaan Infeksi Menular Seksual (IMS) menjadi langkah penting yang perlu diperhatikan semua kalangan, khususnya bagi pasangan yang akan menikah. 

Pemeriksaan IMS bertujuan mencegah penularan penyakit seksual seperti HIV, sifilis, hingga hepatitis C.

Hal ini diungkapkan oleh dr. Alessandro Alfieri, M.Med.Sc., Sp.D.V.E dari Rumah Sakit Sardjito. 

Dr. Alfieri menjelaskan bahwa IMS atau Infeksi Menular Seksual adalah penyakit yang utamanya ditularkan melalui hubungan seksual. 

Baca juga: Targetkan Eliminasi HIV dan IMS Tahun 2030, Kasus Sifilis Meningkat di Kelompok Usia Muda

Dalam istilah internasional, IMS disebut Sexually Transmitted Diseases (STD). Penyakit ini juga bisa menular lewat kontak darah.

"IMS itu sesuai namanya, berarti itu adalah penyakit-penyakit yang memang ditularkan utamanya lewat kontak seksual. Tapi tidak sedikit juga yang lewat kontak darah," ungkapnya dalam talkshow kesehatan yang diselenggarakan oleh Kementerian Kesehatan, Rabu (2/6/2025). 

Gejala IMS bisa berupa cairan yang keluar dari kelamin (discharge), luka yang tidak terasa sakit, hingga munculnya kutil kelamin. 

Salah satu penyakit yang umum dalam kelompok IMS adalah sifilis.

Sifilis, dari Luka Hingga Risiko Serius

Kasus sifilis disebut sedang meningkat, khususnya pada kelompok usia remaja dan dewasa muda. 

Sifilis umumnya diawali dengan luka di area yang bersentuhan saat kontak seksual, baik di kelamin, mulut, maupun anus.

Yang mengejutkan, luka akibat sifilis biasanya tidak terasa nyeri. 

"Kalau lukanya sifilis ini biasanya nggak nyeri. Sehingga kalau nggak nyeri itu orang sering nggak tau kalau ada luka di kelaminnya," jelas Dr. Alfieri.

Jika dibiarkan tanpa pengobatan, sifilis bisa berkembang menjadi sifilis laten yang tidak menimbulkan gejala tapi tetap aktif dalam tubuh dan berlanjut ke sifilis tersier.

Halaman
12
Berita Terkait

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
About Us Help Privacy Policy Terms of Use Contact Us Pedoman Media Siber Redaksi Info iklan