Rabu, 27 Agustus 2025

Bukan Lelah Biasa, Ketahui Penyakit Autoimun Langka Myasthenia Gravis

Tak banyak orang menyadari bahwa rasa lelah bisa jadi sinyal bahaya dari penyakit autoimun langka yaitu Myasthenia Gravis (MG). 

Penulis: Aisyah Nursyamsi
Editor: Willem Jonata
Tribunnews.com/ Aisyah
DISKUSI KESEHATAN - Dokter Spesialis Saraf RS Brawijaya Saharjo Zicky Yombana, SpS dalam diskusi kesehatan (Health Talk) yang mengangkat tema "Myasthenia Gravis: Lebih dari Sekadar Lelah" bersama di Jakarta Selatan, Sabtu (12/7/2025). 

“Pada saat ini banyak masyarakat yang mengabaikan gejala seperti kelopak mata yang sering turun atau suara yang tiba-tiba menjadi sengau, lalu menganggapnya hanya sebagai kelelahan biasa akibat tuntutan pekerjaan," sambung dr Zicky. 

Di era digital ini, banyak yang terjebak dalam 'Jebakan Dr. Google', mencoba mendiagnosis diri sendiri dan menunda konsultasi medis yang krusial. 

"Sebagai dokter sekaligus pasien, saya tahu persis betapa pentingnya diagnosis dini. Jika Anda merasakan kelemahan otot yang hilang timbul," lanjutnya. 

Ia mengimbau untuk segera berkonsultasi dengan dokter saraf. 

Langkah ini menjadi kunci untuk mencegah komplikasi berbahaya seperti krisis miastenik dan memungkinkan untuk kembali hidup secara produktif. 

Perspektif pasien juga menjadi bagian penting dalam upaya edukasi. 

Salah satunya datang dari Annisa Kharisma, penyintas MG dan anggota YMGI. 

Ia mengaku bahwa masa awal diagnosis dipenuhi kebingungan. 

“Bagian terburuknya adalah kebingungan. Saya diberi tahu bahwa saya 'hanya lelah,' 'stres karena pekerjaan,' atau 'mungkin hanya butuh lebih banyak tidur.' Saya pun mulai meragukan diri saya sendiri,” tutur Annisa. 

Ia berharap masyarakat lebih peka terhadap keluhan yang mungkin tampak ringan namun bisa jadi tanda penyakit serius.

Komitmen Menarini Indonesia dalam kampanye ini juga menjadi sorotan. 


Presiden Direktur Menarini Indonesia, Idham Hamzah, menjelaskan bahwa kegiatan ini adalah bagian dari upaya untuk menghadirkan perubahan nyata bagi pasien MG di Indonesia. 


Tak hanya lewat terapi medis, namun juga melalui peningkatan kesadaran masyarakat. 


“Kegiatan ini merupakan bagian dari upaya kami untuk meningkatkan kesadaran masyarakat terhadap penyakit MG, agar pasien tidak terlambat didiagnosis dan dapat segera mendapatkan terapi yang tepat,” ujar Idham. 


Ke depan, kolaborasi lintas sektor menjadi kunci. 

Halaman
123
Berita Terkait

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
About Us Help Privacy Policy Terms of Use Contact Us Pedoman Media Siber Redaksi Info iklan