Demonstrasi di Berbagai Wilayah RI
Mengapa Mata Perih, Bersin, dan Sesak Saat Terpapar Gas Air Mata? Ini Penjelasan Dokter
Usai terpapar gas air mata hampir pasti mengalami gejala khas, mata perih, hidung berair, tenggorokan panas, hingga batuk tak tertahan.
Penulis:
Aisyah Nursyamsi
Editor:
Anita K Wardhani
Laporan Wartawan Tribunnews.com, Aisyah Nursyamsi
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA – Penggunaan gas air mata oleh aparat dalam aksi demonstrasi kembali menjadi sorotan publik usai demo besar-besaran yang terjadi baru-baru ini.
Saat gas air mata ditembakkan, orang yang terpapar hampir pasti mengalami gejala khas.
Baca juga: Kisah Friskila Warga Salatiga Lahirkan Bayi Usai Terpapar Gas Air Mata: Saya Takut Sekali
Seperti mata perih, hidung berair, tenggorokan panas, hingga batuk tak tertahan.
Lantas kenapa hal ini bisa terjadi?
Health Management Specialist Corporate HR Kompas Gramedia Dokter Santi memberikan penjelasan terkait gas air mata.
Baca juga: Bahaya Gas Air Mata: Kandungan, Efek Kesehatan, dan Cara Penanganannya
Menurutnya, reaksi ini sering dianggap tanda bahaya, padahal sejatinya tubuh sedang melakukan mekanisme perlindungan alami.
Dokter Santi menjelaskan, zat kimia dalam gas air mata bersifat iritan.
Tubuh mengenali zat tersebut sebagai ancaman, lalu berusaha mengusirnya melalui cairan atau kontraksi otot pernapasan.
“Kenapa kena gas air mata jadi batuk, bersin, atau bahkan muntah? Itu adalah cara tubuh melontarkan partikel berbahaya keluar dari saluran napas dan pencernaan,” ujar dr. Santi pada kanal YouTube Sonora FM dilansir, Rabu (3/8/2025).
Mata berair deras bukan sekadar gejala, melainkan cara tubuh mencegah partikel kimia masuk lebih dalam.
Demikian pula hidung yang mendadak meler adalah mekanisme alami agar zat asing ikut keluar bersama ingus.
Bahkan rasa sesak muncul karena saluran pernapasan menyempit untuk mencegah partikel berbahaya masuk lebih jauh ke paru-paru.

Gejala umumnya berlangsung 15–30 menit, namun bisa lebih lama jika seseorang terpapar dalam jarak dekat atau memiliki penyakit penyerta.
Perokok aktif dan penderita asma termasuk kelompok yang lebih rentan.
Bagi masyarakat, penting untuk tidak panik ketika terkena gas air mata.
Langkah pertama adalah menjauh dari sumber paparan, lalu membiarkan tubuh melakukan mekanisme pertahanannya.
Air mata, batuk, hingga bersin justru menjadi bagian dari cara tubuh melindungi diri.
Jejak Gas Air Mata di Tubuh dan Lingkungan
Gas air mata memang senjata non-mematikan, namun paparan zat kimianya bisa menimbulkan berbagai dampak kesehatan, baik jangka pendek maupun jangka panjang.
Dokter Santi, menjelaskan bahwa gas air mata di Indonesia umumnya menggunakan jenis CS (Chlorobenzylidenemalononitrile).
Zat ini sebenarnya berbentuk padat, bukan gas, namun dapat terdispersi ke udara dalam partikel kecil layaknya debu halus.
“Gas air mata itu sebenarnya bukan gas, tapi partikel padat yang ditembakkan dengan tekanan. Efeknya biasanya hilang dalam 15 sampai 30 menit setelah orang menjauh dari sumber dan membersihkan diri,” kata dr. Santi pada kanal YouTube Sonora FM, Rabu (3/9/2025).
Tubuh manusia merespons paparan gas air mata dengan mekanisme pertahanan alami.
Air mata yang mengalir, hidung yang berair, hingga batuk dan sesak napas merupakan cara tubuh menghalau zat asing.
Menurut dr. Santi, reaksi itu justru tanda bahwa sistem imun sedang bekerja.

Selain menyerang indera pernapasan dan penglihatan, paparan langsung di kulit dapat menimbulkan rasa panas, kemerahan, bahkan lepuhan seperti luka bakar.
Pada individu dengan penyakit penyerta seperti asma atau diabetes, dampak bisa lebih berat dan bertahan lebih lama.
Gas air mata juga meninggalkan residu di lingkungan.
Partikel padatnya bisa menempel di tanah, bangunan, atau terbawa angin hingga keesokan harinya.
Itu sebabnya, seseorang masih dapat merasakan perih atau sesak meski tidak berada di lokasi saat tembakan pertama.
Masyarakat diimbau untuk segera mencuci wajah dan kulit dengan air bersih setelah terpapar.
Jangan mengucek mata karena partikel kimia bisa melukai kornea.
Penggunaan masker atau kacamata pelindung juga bisa membantu mengurangi risiko saat berada di dekat kerumunan.
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.