Penyakit Cacar Monyet
WHO Cabut Status Darurat Global Mpox, Kasus Masih Tinggi di Afrika
WHO resmi mencabut status darurat kesehatan global atau Public Health Emergency of International Concern (PHEIC) untuk wabah mpox.
Penulis:
Aisyah Nursyamsi
Editor:
Anita K Wardhani
Laporan Wartawan Tribunnews.com, Aisyah Nursyamsi
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA – Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) resmi mencabut status darurat kesehatan global atau Public Health Emergency of International Concern (PHEIC) untuk wabah mpox.
Keputusan ini diumumkan langsung oleh Direktur Jenderal WHO, Tedros Adhanom Ghebreyesus, pada Jumat (5/9/2025).
Baca juga: WHO Masukkan Vaksin LC16m8 Mpox Dalam Daftar Penggunaan Darurat
"Keputusan ini didasarkan pada penurunan kasus dan kematian yang berkelanjutan di Republik Demokratik Kongo dan negara-negara lain yang terdampak, termasuk Burundi, Sierra Leone, dan Uganda," kata Tedros dalam konferensi pers dilansir dari STAT, Minggu (7/9/2025).
WHO sebelumnya menetapkan status darurat mpox pada Agustus 2024, menyusul lonjakan kasus, potensi penyebaran lintas negara, serta munculnya varian baru virus.
Namun, seiring menurunnya angka penularan dan meningkatnya kapasitas negara-negara dalam melakukan deteksi serta respons, status tersebut resmi dicabut.
Kasus di Afrika Masih Tertinggi
Meski status darurat telah dicabut, mpox tetap menjadi ancaman serius di Afrika.
Data WHO mencatat lebih dari 34.000 kasus terkonfirmasi secara global sejak awal tahun hingga 31 Juli 2025, dengan 138 kematian. Republik Demokratik Kongo menjadi episentrum dengan lebih dari 15.000 kasus, termasuk 30 kasus meninggal dunia.

Dalam enam pekan terakhir, 21 negara Afrika masih melaporkan penularan aktif dengan berbagai jenis virus. Uganda, Burundi, dan Sierra Leone juga mencatat jumlah kasus yang signifikan.
"Mencabut deklarasi darurat tidak berarti ancaman telah berakhir, atau respons kita akan berhenti," tegas Tedros.
Ancaman Belum Berakhir
Mpox diketahui menular melalui kontak erat dengan penderita maupun hewan pengerat kecil yang menjadi reservoir virus di beberapa wilayah Afrika.
Penyakit ini menyebabkan ruam menyakitkan, demam, nyeri otot, sakit kepala, hingga gangguan pernapasan.
Anak-anak dan penderita dengan imunitas lemah berisiko mengalami gejala parah, bahkan berujung kematian.
Dimie Ogoina, pakar penyakit menular asal Nigeria sekaligus ketua Komite Darurat Mpox WHO, menegaskan bahwa meskipun status darurat telah berakhir, strategi jangka panjang harus terus dijalankan.
“Mpox masih menjadi masalah kesehatan masyarakat, secara global dan khususnya di Afrika, dan kita harus tidak berpuas diri dengan strategi respons dan tidak menyia-nyiakan apa yang telah kita peroleh,” ujarnya.
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.