Generasi Alpha Berisiko Kurang Gerak, Kurang Gizi, atau Justru Obesitas
Anak-anak zaman sekarang, yang dikenal sebagai generasi Alpha, tumbuh dengan gaya hidup yang sangat berbeda dibandingkan orang tua mereka
Penulis:
Aisyah Nursyamsi
Editor:
Facundo Chrysnha Pradipha
Laporan Wartawan Tribunnews.com, Aisyah Nursyamsi
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA – Anak-anak zaman sekarang, yang dikenal sebagai generasi Alpha, tumbuh dengan gaya hidup yang sangat berbeda dibandingkan orang tua mereka.
Telepon genggam, game online, film streaming, dan makanan praktis seolah sudah menjadi bagian dari keseharian.
Generasi Alpha adalah orang-orang yang lahir mulai tahun 2010 hingga sekitar tahun 2024,
Namun, di balik itu semua, ada ancaman serius yang jarang diperhatikan: krisis gizi yang menghantui masa depan mereka.
Dokter Spesialis Anak Dr. S Tumpal Andreas, M.Ked, Sp.A, menegaskan bahwa pola hidup generasi Alpha menimbulkan risiko gizi ganda.
“Dampak negatif yang kita takutin adalah ada dua. Underweight atau overweight. Jadi kekurangan atau kelebihan nutrisi. Itulah masalah yang paling besar di negara Indonesia,” ujarnya dalam konferensi pers Diamond Milk UHT Raising Alpha Generation di Sceinta Square Park, Tangerang Selatan, Sabtu (27/9/2025).
Ancaman Ganda: Kekurangan dan Kelebihan Gizi
Jika pada masa lalu isu gizi di Indonesia didominasi oleh kekurangan nutrisi, kini masalahnya semakin kompleks.
Anak-anak tidak hanya menghadapi risiko underweight, tetapi juga overweight akibat pola makan berlebih.
Perubahan gaya hidup yang lebih sedentari membuat anak-anak kurang bergerak, sementara konsumsi makanan instan terus meningkat.
Baca juga: Tumbuh di Era Gadget, Ini Saran Mendidik Generasi Alpha Menurut Psikolog
Fenomena “ngemil sambil layar” menjadi salah satu penyebab.
Anak bisa makan tanpa sadar saat menonton film atau bermain game.
Hasilnya, berat badan naik drastis tanpa kontrol, atau sebaliknya, anak justru kekurangan nutrisi penting karena makanan yang dikonsumsi tidak bergizi seimbang.
Kurangnya Kesadaran Akan Mikronutrien
Menurut Dr. Tumpal, salah satu masalah besar adalah fokus yang berlebihan pada makronutrien seperti karbohidrat, protein, dan lemak.
Sementara mikronutrien yang penting bagi pertumbuhan otak, imunitas, dan metabolisme sering diabaikan.
“Orang bikinnya makro, makro, makro, makro, makro, yang gede kelihatan, yang kecil sepele gitu. Dan akhirnya ya, dia tetap under way atau stunting atau kekurangan nutrisi,” ungkapnya.
Padahal, mikronutrien seperti zat besi, zinc, kalsium, vitamin A, dan vitamin D punya peran krusial.
Kekurangannya dapat menghambat konsentrasi belajar, melemahkan daya tahan tubuh, hingga menurunkan kualitas hidup di masa depan.
Pentingnya Mindful Parenting
Masalah gizi pada anak sebenarnya bisa dicegah dengan pendampingan orang tua yang lebih sadar dan penuh perhatian.
Konsep mindful parenting dalam pola makan anak menjadi semakin relevan.
Bukan hanya mengatur menu sehari-hari, tetapi juga mendidik anak untuk mengenal rasa kenyang, memilih makanan sehat, dan membatasi screen time.
Jika gaya hidup digital tidak diimbangi dengan pola makan sehat, maka generasi Alpha bisa menjadi generasi yang rapuh secara kesehatan.
Kesadaran bersama antara orang tua, sekolah, dan pemerintah diperlukan agar krisis gizi ganda ini tidak berlarut.
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.