Dampak Radiasi Cs-137 Seperti di Cikande Banten Pada Kesehatan Anak, Orang Dewasa hingga Ibu Hamil
Kasus paparan radiasi Cesium-137 atau Cs-137 di Cikande, Banten tak hanya akan berdampak pada kesehatan saja tetapi memiliki efek jangka panjang.
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA – Kasus paparan radiasi Cesium-137 atau Cs-137 di Cikande, Kabupaten Serang Banten menjadi perhatian pemerintah.
Kasus cemaran radiasi ini telah ditetapkan sebagai kejadian khusus oleh pemerintah.
Baca juga: Efek Radiasi Belum Terasa, Tawa Anak-anak Cikande ‘Diselimuti’ Radioaktif C-137
Cesium-137 merupakan unsur radioaktif yang dihasilkan dari reaksi fisi nuklir yang mudah larut dalam air, sehingga jika mengkontaminasi lingkungan.
Zat ini akan larut dan dapat masuk ke rantai makanan maupun tubuh makhluk hidup.
Jika tidak ditangani, kasus cemaran ini bukan berdampak pada kesehatan saja tetapi memiliki dampak jangka panjang yang mempengaruhi generasi mendatang.
Dosen Fakultas Kedokteran IPB University, dr Laila Rose Foresta, SpRad (K) NKL, mengatakan, ada dua kelompok yang paling rentan terkena paparan radiasi tersebut.
Baca juga: Mengenal Radioaktif Cesium 137 yang Viral di Cikande Banten, Apakah Berbahaya? Ini Kronologinya
Mereka adalah anak-anak dan ibu hamil
Hal ini karena sel dalam tubuh seorang anak masih dalam masa pertumbuhan.
“Paparan radiasi berulang dapat menyebabkan gangguan pada proses pertumbuhan tersebut, keterlambatan perkembangan otak, hingga masalah hormonal pada anak,” kata dia dikutip dari laman IPB, Senin (6/10/2025).
Selain itu, radiasi juga menimbulkan risiko tinggi pada sistem reproduksi dimana dapat menurunkan kesuburan akibat kerusakan produksi sel sperma atau ovum.
Pada ibu hamil, terutama trimester pertama, paparan radiasi bisa meningkatkan risiko keguguran, kelahiran prematur, cacat bawaan, hingga retardasi mental pada bayi.
Ia menjelaskan, radiasi tidak punya bau, rasa, atau warna.
Jika jumlah paparan radiasi sangat tinggi, tubuh bisa langsung memberi tanda misalnya luka bakar pada daerah kulit yang terkena, atau rasa mual, muntah, atau lemas hanya beberapa jam setelah terpapar.
“Gejala ini disebut acute radiation syndrome (ARS). Tapi kalau jumlahnya kecil dan berulang, tubuh tidak langsung memberi sinyal bahaya. Radiasi bisa diam-diam mengendap di organ, lalu merusak sel sedikit demi sedikit,” paparnya.
Meski demikian, efek paparan radiasi dapat berbeda pada setiap orang atau efek stokastik.
Pada jangka pendek, paparan radiasi tinggi bisa menyebabkan gangguan saluran cerna hingga menurunkan sel darah putih.
Namun dalam jangka panjang, resikonya lebih serius: kanker, katarak, hingga menyebabkan kerusakan sumsum tulang belakang yang menimbulkan anemia, leukopenia, hingga leukemia.
Pertolongan Pertama saat Terpapar Radiasi
dr Laila menjelaskan, saat seseorang terpapar radiasi tinggi, tindakan pertama adalah dekontaminasi eksternal, yakni melepaskan pakaian dan mencuci tubuh secara menyeluruh menggunakan sabun dan air mengalir.
Jika pasien sudah menunjukkan gejala, maka dilakukan perawatan suportif, seperti pemberian cairan, obat anti mual, hingga antibiotik profilaktik bila jumlah sel darah putih menurun.
“Kalau dekontaminasi internal, kami memberikan obat-obatan yang dapat mengikat zat radioaktif dalam tubuh agar bisa dikeluarkan lewat ekskresi. Contohnya, tabletKI untuk mengikat I-131 supaya tidak menumpuk di tiroid, atau prussian blue dan Zn-DTPA untuk jenis zat tertentu,” jelasnya.
Segera mandi dan ganti pakaian untuk membersihkan sisa radiasi, konsumsi obat yang dianjurkan dokter seperti tablet iodium, yang bisa melindungi tiroid serta secepatnya mencari pemeriksaan dan perawatan medis.
Sebelumnya, Kementerian Kesehatan telah memeriksa 1.562 pekerja yang beraktivitas di kawasan industri dan wilayah sekitarnya hingga radius 5 kilometer.
Dari jumlah tersebut 15 diantaranya terindikasi terpapar radiasi.
Mereka telah diberikan obat prussian blue, penawar racun yang berfungsi mengeluarkan radionuklida Cs-137 dari dalam tubuh dan menerima perawatan dari RS Fatmawati, Jakarta Selatan.
Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya
A member of

Follow our mission at www.esgpositiveimpactconsortium.asia
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.