Senin, 13 Oktober 2025

Tren Diet Ala Artis Korea Ditiru Warga Indonesia, Dokter Ingatkan Jangan Sampai Kelaparan

Alih-alih tiru pola makan ekstrem artis Korea langkah yang lebih bijak yakni mencari pendampingan ahli, memahami tubuh sendiri, dan memilih pola makan

Penulis: Aisyah Nursyamsi
Editor: willy Widianto
MyFitnessPal
DIET ALA ARTIS KOREA - Ilustrasi menu diet. Beberapa artis Korea melakukan program diet ketat dan menurunkan berat badan hingga 30 kilogram.Sebut saja artis Park Ji Hyun. Selain itu ada juga komedian Lee Se Young yang menjalani makan tanpa karbohidrat sama sekali. 

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Beberapa artis Korea melakukan program diet ketat dan menurunkan berat badan hingga 30 kilogram. Sebut saja artis Park Ji Hyun. Selain itu ada juga komedian Lee Se Young yang menjalani makan tanpa karbohidrat sama sekali.

Baca juga: Binaragawan Monster Mati Mendadak di Usia 36 Tahun, Diet Ketat Dianggap Penyebabnya

Tidak hanya itu ada juga artis Choi Hwa Jung yang menjalani diet tujuh hari tanpa makan dan hanya minum air putih.

Tren tersebut kini mulai diikuti warga di Indonesia mulai anak muda hingga dewasa. Demi mencapai tubuh ideal mereka rela menahan rasa lapar berhari-hari.

Terkait hal tersebut Certified Obesity and Weight Management Consultant dr Guadelupe Maria Melissa menjelaskan, setiap diet seharusnya disesuaikan dengan kondisi dan kebutuhan tubuh seseorang, bukan sekadar meniru apa yang viral di media sosial.

“Diet itu pertama harus sesuaikan kondisi dan kebutuhan masyarakat, dan yang kedua kalau misalkan kita jangan kelaparan,” ujarnya, Minggu(12/10/2025).

Menurutnya, tubuh manusia membutuhkan “bensin” berupa energi dari makanan.  Jika asupan terlalu sedikit, tubuh akan merasa kekurangan dan akhirnya menurunkan laju metabolisme agar bisa bertahan.

“Kalau badan kita makan cuma satu kali dengan volume yang sangat kecil, badan kita akan merasa kita kekurangan makanan dan kekurangan bensin. Lama-lama badan kita akan mirip bensin, kalau bahasanya metabolisme kita lama-lama menyesuaikan akan melambat,” jelasnya.

Awalnya, berat badan memang bisa turun karena defisit kalori yang ekstrem. Namun, kondisi itu tidak bisa berlangsung lama. 

Setelah tubuh beradaptasi, proses metabolisme menjadi lebih lambat, dan penurunan berat badan pun terhenti. Bahkan, sebagian orang mengalami efek sebaliknya, berat badan kembali naik lebih tinggi dari sebelumnya, atau yang dikenal dengan istilah yo-yo effect.

Baca juga: Influencer China Tewas saat Jalani Diet Ketat, Ingin Turunkan Berat Badan 90 Kg

Lebih lanjut, dr. Melissa menegaskan, apapun jenis dietnya, entah itu intermittent fasting, low carbo, keto atau diet Korea​ pada dasarnya semua kembali pada keseimbangan energi.

“Mau apapun nama dietnya, itu pasti akan terjadi. Kemudian tadi, kalau dari kami, bila itu kita pakai bensin bagi kalori, jadi sebenarnya peserta itu boleh makan apapun, selagi masih dalam batas bensin kalori,” katanya.

Konsep “bensin bagi kalori” yang disebutkan dr. Melissa menekankan keseimbangan antara energi yang masuk dan yang keluar. Tubuh tetap membutuhkan bahan bakar untuk bergerak, berpikir, dan memperbaiki jaringan. 

Maka, menurunkan berat badan tidak berarti menghilangkan asupan sepenuhnya, melainkan mengatur porsinya dengan cerdas. Ia menyarankan agar masyarakat memilih diet yang kenyangkan, yaitu diet yang membuat perut terasa penuh namun rendah kalori. 

Caranya dengan mengkonsumsi makanan tinggi serat dan volume besar seperti sayur, buah, dan protein tanpa lemak. “Jadi memilih makanan yang volume besar, tapi kalorinya kecil. Jadi dietnya itu menyenangkan dan kenyangkan,” tambahnya.

Selain itu, penting untuk memperhatikan aspek psikologis saat berdiet.​ Banyak orang terjebak dalam tekanan sosial, merasa harus memiliki tubuh langsing demi diterima lingkungan. 

Halaman 1 dari 2
Rekomendasi untuk Anda

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved