Jumat, 31 Oktober 2025

Lari Marathon Jadi Tren, Simak Tips Cegah Cedera dari Dokter Spesialis Olahraga

Untuk bisa mengikuti lari half marathon atau marathon, dokter merekomendasikan persiapan enam sampai 12 bulan.

|
Penulis: Erik S
Editor: Choirul Arifin
Tribunnews/Jeprima
PERLU PERSIAPAN MATANG - Sejumlah pelari mengikuti ajang Half Marathon 2025 di Jakarta, Minggu (15/6/2025). Untuk bisa mengikuti lari half marathon atau marathon, Dokter Spesialis Kedokteran Olahraga di Mayapada Medical Center Kuningan, dr. Elsye, SpKO merekomendasikan persiapan enam sampai 12 bulan. TRIBUNNEWS/JEPRIMA 

Ringkasan Berita:
  • Sebelum mengikuti lomba lari seorang pelari harus benar-benar mempersiapkan diri agar tidak cedera.
  • Pelari bisa menghadapi berbagai cedera kita tidak memiliki persiapan yang matang

 

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA -  Olahraga lari kini sedang menjadi tren di masyarakat. Berbagai event olahraga seperti mulai dari lari 5K, half marathon hingga full marathon sudah banyak diikuti masyarakat.

Dokter Spesialis Kedokteran Olahraga di Mayapada Medical Center Kuningan, dr. Elsye, SpKO mengatakan sebelum mengikuti lomba, seorang pelari harus benar-benar mempersiapkan diri agar tidak cedera.

"Jadi jangan sampai kita mau daftar race, seminggu sebelumnya baru latihan, itu nggak bisa. Jadi harus preparation (persiapan) minimal 2 sampai tiga bulan sebelum race," kata dr. Elsye saat peresmian Mayapada Medical Center Kuningan (MMCK), Jakarta, Selasa (28/10/2025).

Dokter Elsye mengatakan persiapan lebih matang dibutuhkan jika seseorang itu mengikuti lari half marathon atau marathon. Menurut dia, persiapan bahkan bisa membutuhkan enam sampai 12 bulan.

"Kalau yang ikut jarak jauh seperti half marathon paling lambat itu enam bulan sampai 12 bulan yang aman. Jadi memang well prepared," kata dia.

Alumnus Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana (Ukrida) itu mengatakan persiapan juga bisa dengan berkonsultasi dengan dokter spesialis olahraga.

"Jadi kita berikan program sesuai dengan kondisi fisiknya. Dengan arahan dari dokter spesialis olahraga kita berikan resep latihan yang aman sesuai kapasitas," kata dia.

Dokter Elsye melanjutkan pelari bisa menghadapi berbagai cedera kita tidak memiliki persiapan yang matang.

Cedera paling ringan adalah kram otot. Cedera lebih berat bisa terjadi jika intensitasnya lebih tinggi misalnya lebih dari satu jam. 

"Tetapi ketika kita berolahraga jarak jauh di atas satu jam, paling sering cederanya lutut. Jadi bantalan di area lutut itu sering banget robek, kalau untuk pelari," kata dia.

Cedera berikutnya adalah cedera engkel. Hal ini bisa disebabkan karena permasalahan di kaki. 

"Ternyata telapak kakinya ada problem, tapi dipaksakan lari karena tidak tahu. Ternyata kakinya flat foot, kaki datar itu rentan sekali cedera," ungkap lulusan spesialis Kedokteran Olahraga dari Universitas Indonesia (UI) itu.

Hospital Director Mayapada Hospital Kuningan, dr. Deasy Sugesty, MARS menuturkan, pihaknya ingin punya layanan yang berkembang dari layanan-layanan yang sudah ada dari rumah sakit, sekaligus bisa saling bersinergi.  

"Kita punya Sports Clinic di rumah sakit, tapi memang luasannya tidak terlalu besar. Kita mau untuk alat-alat yang advanced (canggih), kemudian dari sisi mental health juga lebih intimate," ucap dr. Deasy.

Sports Clinic didukung tim dokter multidisiplin, mencakup dokter spesialis kedokteran olahraga, dokter spesialis kedokteran fisik dan rehabilitasi, dokter spesialis ortopedi, dokter spesialis gizi klinik serta fisioterapis.

 

 

 

Rekomendasi untuk Anda

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved