Mikroplastik di Air Hujan
Apa Dampak Hujan Mikroplastik Pada Ibu Hamil, Benarkah Bisa Pengaruhi Janin? Ini Penjelasan Dokter
Ramai hujan mikroplastik. Apakah mikroplastik yang terhirup atau tertelan dapat membahayakan janin di dalam kandungan?
Laporan Wartawan Tribunnews.com, Aisyah Nursyamsi
Ringkasan Berita:
- Hujan di Jakarta mengandung mikroplastik yang berasal dari degradasi limbah plastik akibat aktivitas manusia.
- Kekhawatiran pun muncul, terutama di kalangan ibu hamil.
- Apakah mikroplastik yang terhirup atau tertelan dapat membahayakan janin di dalam kandungan?
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA – Baru-baru ini, penelitian Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) menemukan bahwa air hujan di Jakarta mengandung mikroplastik yang berasal dari degradasi limbah plastik akibat aktivitas manusia.
Partikel mikroplastik ini dapat terbawa ke atmosfer, lalu turun kembali ke bumi bersama hujan melalui proses yang disebut deposisi atmosfer.
Baca juga: Mikroplastik di Air Hujan Bisa Menempel di Kulit, Ini Dampak Jangka Panjang
Kemudian berpotensi mencemari air permukaan dan masuk ke rantai makanan.
Kekhawatiran pun muncul, terutama di kalangan ibu hamil, apakah mikroplastik yang terhirup atau tertelan dapat membahayakan janin di dalam kandungan?
Dokter Spesialis Obstetri dan Ginekologi sekaligus Konsultan Laktasi Internasional (IBCLC), dr Amarylis Febrina Choirin Nisa Fathoni, SpOG, IBCLC, beri penjelasan.
Meski riset terkait dampak langsung mikroplastik pada kehamilan masih berkembang, ada beberapa hal penting yang perlu diperhatikan oleh ibu hamil.
Paparan Mikroplastik dan Risiko pada Ibu Hamil
Ketika fenomena “hujan mengandung mikroplastik” mencuat, masyarakat tentu cemas.
Namun menurut dr Amarylis, bukti ilmiah yang spesifik terkait pengaruh langsung mikroplastik pada janin belum tersedia.
Baca juga: Warga Perkotaan Padat Penduduk Rentan Terpapar Mikroplastik
“Waduh ini harus research dulu ya. Tapi kan mikroplastik itu kan berarti bisa terserap, bisa termakan gitu. Tentunya padahal kalau kita lagi hamil kita harus menjaga. Perokok pasif aja bisa berefek prematuritas pada bayi. Bisa meningkatkan resiko preeklampsia pada bayi,” ujarnya Sahabat Peduli Journalist Club Edisi 2, RSV: Risiko dan Perlindungan untuk Bayi Melalui Imunisasi Ibu Hamil yang diselenggarakan Pfizer di Jakarta Pusat, Selasa (18/11/2025).
Artinya, meski belum ada bukti konkret bahwa mikroplastik secara langsung menimbulkan cacat maupun kelainan bawaan, prinsip kehati-hatian tetap diperlukan.
Ibu hamil perlu meminimalkan paparan lingkungan yang berpotensi mengganggu kesehatan.
Mengapa Ibu Hamil Harus Waspada?
Kehamilan adalah kondisi yang sensitif. Sistem tubuh ibu bekerja lebih keras untuk menjaga stabilitas hormon, metabolisme, dan kesehatan organ vital.
Paparan zat asing seperti polutan, logam berat, atau partikel mikroplastik berpotensi memperberat beban tubuh jika jumlahnya cukup besar.
Dr Amarylis mengingatkan bahwa faktor lingkungan kerap menjadi pemicu masalah kehamilan tanpa disadari.
Misalnya, polusi udara telah terbukti berkaitan dengan risiko tekanan darah tinggi pada kehamilan serta kelahiran prematur.
Oleh karena itu, meskipun belum terbukti secara langsung, mikroplastik yang masuk melalui makanan atau udara dapat menimbulkan iritasi pencernaan atau mempengaruhi sistem imun.
“Dan itu dari segi nutrisi tentunya malah justru bisa membahayakan kepencernaan. Jadi kalau seperti ini ya tentunya harus dihindariin sih,” tambahnya.
Menurutnya, bukan hujan yang harus dihindari, melainkan paparan terhadap tubuh yang perlu diminimalkan.
Masker, makanan bersih, air minum aman, serta membatasi penggunaan plastik sekali pakai dapat membantu mengurangi risiko paparan mikroplastik.
Benda Asing pada Tubuh Ibu Bisa Memicu Infeksi
Meski mikroplastik belum tentu langsung menyebabkan penyakit, kehadirannya sebagai “benda asing” dapat memicu iritasi atau peradangan yang berujung pada infeksi.
Dan infeksi, apa pun jenisnya, adalah salah satu penyebab utama kelahiran prematur.
“Pada dasarnya semua infeksi itu menjadi pathway ke prematuritas juga. Jadi yang bisa bikin prematur, bayi prematur itu dari penyakit ibu. Contohnya dengan tadi ya, preeklampsi. Ibunya ada infeksi. Misalnya infeksi saluran kemi atau dia ada ketuban pecah dini. Itu bisa bikin prematuritas,” jelas dr Amarylis.
Infeksi kecil sekalipun, mulai dari Infeksi Saluran Kemih (ISK), keputihan infeksius, hingga radang pencernaan, dapat memicu reaksi sistemik yang berdampak pada janin.
Jika mikroplastik yang tertelan atau terhirup menyebabkan iritasi hingga infeksi, potensi terjadinya prematuritas tetap ada.
Kapan Paparan Mikroplastik Bisa Menjadi Bahaya Nyata?
Menurut dr Amarylis, risiko meningkat jika paparan mikroplastik menimbulkan gejala klinis pada ibu, seperti:
1. Diare atau gangguan pencernaan
2. Peradangan saluran napas
3. Demam berulang
4. Tanda-tanda infeksi pada pemeriksaan laboratorium
“Mungkin kalau aku mau ngasih berlebih, terus bikin pencernaannya error atau seperti apa, mengarah ke infeksi dan sampai ada gejala klinis pada ibu, ya pastinya bisa bikin kearah prematuritas juga,” ujarnya.
Dengan kata lain, bukan mikroplastiknya semata yang berbahaya, tetapi dampak inflamasi dan infeksi yang mungkin ditimbulkannya pada ibu hamil.
:quality(30):format(webp):focal(0.5x0.5:0.5x0.5)/tribunnews/foto/bank/originals/Hujan-Jakarta-Mengandung-Mikroplastik_20251103_162919.jpg)
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.