Lestari Moerdijat Nilai Perlu Antisipasi Tepat agar Pertumbuhan Ekonomi Nasional Sesuai Target
Lestari Moerdijat menilai untuk memastikan pertumbuhan ekonomi nasional mencapai target, maka diperlukan langkah-langkah antisipasi yang tepat.
Editor:
Content Writer
Oleh karena itu, diperlukan kekuatan penyeimbang di parlemen dalam proses perbaikan kebijakan yang diperlukan.
Faisal menilai tantangan pemerintahan mendatang adalah terkait akselerasi ekonomi, pemerataan ekonomi dan perbaikan kebijakan fiskal.
Upaya mewujudkan pertumbuhan ekonomi 6-7 persen, tegas dia, harus melalui kebijakan yang tidak business as usual.
Ketika kondisi ekosistem perekonomian global dan nasional saat ini kurang mendukung, tambah Faisal, menetapkan target pertumbuhan ekonomi yang tinggi merupakan tantangan yang tidak mudah.
Mengacu pada pengalaman di masa lalu, ungkap Faisal, biasanya pertumbuhan ekonomi tinggi yang dicapai Indonesia selalu dibantu oleh booming kenaikan harga komoditas.
Faisal berpendapat perlunya kewaspadaan terhadap pertumbuhan ekonomi negara-negara mitra dagang Indonesia, seperti Tiongkok yang melambat. Kondisi tersebut menyebabkan surplus perdagangan yang dinikmati Indonesia saat ini terus tergerus.
Faisal menilai kebijakan hilirisasi yang diinisiasi pemerintah saat ini akan mendorong perkembangan industri manufaktur di tanah air. Meski begitu, dia mengingatkan, penerapan hilirisasi di sejumlah sektor harus diperhatikan dengan serius aspek lingkungan, sosial dan tata kelolanya.
Kepala Ekonom PT. Bank Central Asia, David Sumual mengungkapkan pergerakan pasar dunia saat ini menunggu The Fed menurunkan suku bunga.
Bahkan, ujar David, di negara-negara yang fundamental ekonominya lemah saat ini sudah terdampak sejumlah kebijakan yang diambil oleh The Fed, sehingga perlu dicermati kebijakan yang akan diambil bank sentral AS itu.
David berpendapat nilai tukar rupiah saat ini relatif menguat karena ada aliran dana asing yang masuk pasar modal. Para investor itu masuk, jelas dia, karena mereka menilai fundamental ekonomi dan inflasi Indonesia masih baik.
Ia turut mengingatkan potensi melemahnya nilai tukar rupiah yang disebabkan cenderung melambatnya perekonomian di Tiongkok.
Baca juga: Lestari Moerdijat: Netralitas Penyelenggara Pemilu Harus Dijamin
Sementara itu, Guru Besar Ilmu Perbankan dan Keuangan, Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, Rofikoh Rokhim mengungkapkan pascapemilu di Indonesia berlangsung dengan biasa saja.
Menurut Rofikoh, salah satu peristiwa yang di luar perkiraan terjadi pada 1997-1998, ketika pemerintahan Soeharto jatuh.
Dia menilai, perubahan pada 1998 itu banyak memberi manfaat, salah satunya adalah pergantian kekuasaan di masa-masa berikutnya berlangsung dengan damai.
Saat ini, ujar Rofikoh, yang perlu mendapat perhatian dan diwaspadai adalah perubahan iklim, perubahan aturan dan perubahan perilaku masyarakat yang dampaknya akan terlihat pada 10-20 tahun mendatang.
Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya
A member of

Follow our mission at www.esgpositiveimpactconsortium.asia
Lestari Moerdijat
Pertumbuhan Ekonomi Nasional
Pemilu
SDG08-Pekerjaan Layak dan Pertumbuhan Ekonomi
Rerie Yakin Kolaborasi Sektor Pendidikan dan Dunia Usaha Bisa Tekan Tingkat Pengangguran Usia Muda |
![]() |
---|
PKS Umumkan Struktur Baru 2025–2030, Ini Daftar Lengkap DPW se-Indonesia |
![]() |
---|
Arteria Dahlan Usul Seluruh Hakim MK Dilaporkan ke Polisi Buntut Hapus Pemilu Serentak |
![]() |
---|
Mahfud MD Sebut Putusan MK yang Berujung Perpanjangan Masa Jabatan DPRD Inkonstitusional, Tapi Final |
![]() |
---|
Pimpinan DPR Terima Surat dari Komisi III Terkait Mahkamah Konstitusi, Puan Ungkap Isinya |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.