Kamis, 28 Agustus 2025

Lestari Moerdijat Ajak Upaya Bersama Atasi Dampak Konflik Global

Lestari Moerdijat ajak upaya bersama atasi dampak konflik global, bahas prospek perdamaian Rusia-Ukraina dan pengaruhnya pada Indonesia.

Editor: Content Writer
istimewa
UPAYA BERSAMA - Lestari Moerdijat saat membuka diskusi daring bertajuk Prospek Perdamaian Rusia-Ukraina dan Dampaknya bagi Indonesia yang digelar Forum Diskusi Denpasar 12, Rabu (27/8). 

TRIBUNNEWS.COM – Wakil Ketua MPR RI, Lestari Moerdijat, mendorong upaya bersama untuk mengatasi tantangan dampak konflik global yang mempengaruhi berbagai sektor.

“Dampak konflik global ke sejumlah sektor harus menjadi kepedulian bersama untuk segera diatasi dengan berbagai upaya, demi mewujudkan perdamaian di kawasan yang mampu mendukung pertumbuhan perekonomian nasional,” ujar Lestari saat membuka diskusi daring bertajuk Prospek Perdamaian Rusia-Ukraina dan Dampaknya bagi Indonesia yang digelar Forum Diskusi Denpasar 12, Rabu (27/8).

Diskusi tersebut dimoderatori Luthfi Assyaukanie, Ph.D, Tenaga Ahli Wakil Ketua MPR RI, dengan menghadirkan narasumber Dandy F. Soeparan (Direktorat Eropa II Kemenlu RI), Prof. Evi Fitriani, Ph.D (FISIP UI), dan Dr. Hendra Manurung (Universitas Pertahanan RI). Pengamat Hubungan Internasional Shofwan Al Banna Choiruzzad, Ph.D turut menjadi penanggap.

Lestari menekankan pentingnya langkah konkret menghadapi dampak konflik Rusia-Ukraina yang mempengaruhi ekonomi global, termasuk Indonesia. “Ikut melaksanakan ketertiban dunia berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi, dan keadilan sosial merupakan amanat konstitusi UUD 1945,” tegasnya.

Baca juga: Wakil Ketua MPR RI Lestari Moerdijat: Generasi Cerdas Tentukan Daya Saing Bangsa di Masa Depan

Guru Besar Ilmu Hubungan Internasional UI, Evi Fitriani, menyebut konflik Rusia-Ukraina terjadi di tengah pergeseran kekuatan global. “Kekuatan baru seperti China, India, dan Brasil berupaya mengubah sistem kekuatan dunia yang sebelumnya bipolar menjadi unipolar,” ujarnya.

Sementara itu, Dandy F. Soeparan menjelaskan bahwa konflik memuncak pada Februari 2022 ketika Rusia menyerang wilayah Donbas. “Indonesia perlu mencermati potensi dari kedua negara, baik sumber daya alam seperti migas dan phospat, maupun posisi Rusia dalam pengembangan SDM nasional,” jelasnya.

Hendra Manurung menambahkan bahwa konflik berdampak pada krisis pangan dan energi global serta menimbulkan krisis kemanusiaan. Ia menekankan perlunya strategi diplomasi berbasis politik, ekonomi, sosial, dan budaya dengan tetap mengutamakan kepentingan Indonesia.

Shofwan Al Banna Choiruzzad menilai peran China sangat memengaruhi proses perdamaian. Ia mengingatkan bahwa konflik yang berlarut-larut berpotensi menciptakan instabilitas baru di kawasan.

Wartawan senior Saur Hutabarat menutup dengan pandangan bahwa karakter dominan Presiden AS Donald Trump dan Presiden Rusia Vladimir Putin dapat menjadi tantangan sekaligus peluang. “Jika dua pemimpin ini bisa menghasilkan kesepakatan damai, itu akan menjadi sejarah,” ujarnya.

Baca juga: Perang Rusia-Ukraina Hari ke-1.281: Zelensky Jajaki Turki & Negara Teluk Jadi Tuan Rumah Perundingan

 

Berita Terkait

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
About Us Help Privacy Policy Terms of Use Contact Us Pedoman Media Siber Redaksi Info iklan