Said Didu: Langkah Mentan Amran Sejalan dengan Arah Presiden Prabowo Berantas Serakahnomics
Said Didu menilai langkah Mentan Amran membongkar praktik Serakahnomics sejalan dengan arahan Presiden Prabowo.
TRIBUNNEWS.COM - Aktivis nasional sekaligus mantan Sekretaris Kementerian BUMN, Said Didu, kembali mengingatkan bahaya praktik ekonomi rakus atau Serakahnomics yang menurutnya sudah mencengkeram sektor-sektor penting.
Ia menilai Presiden Prabowo dalam berbagai kesempatan telah memberi sinyal kuat agar Indonesia berani menghentikan dominasi oligarki ekonomi, sebuah agenda yang menurutnya sejalan dengan langkah tegas Menteri Pertanian (Mentan) Andi Amran Sulaiman dalam membongkar permainan harga dan manipulasi komoditas pangan.
Said menjelaskan, akar dari carut-marut tata kelola perekonomian adalah dengan hilangnya ruang usaha kelompok kecil yang tak bisa dilepaskan dari menguatnya budaya ekonomi serakah yang mengorbankan rakyat oleh para pelaku besar.
“Saya ingin mengingatkan bahwa sebenarnya Presiden Prabowo sudah menyuarakan suatu istilah yang seharusnya mahasiswa dan kita semua mengejar ini namanya Serakah-nomics. Ini sebenarnya pernyataan yang mengundang kita semua,” kata Said, di Jakarta, Selasa (18/11/2025).
Said menyebut bahwa mahasiswa dan kampus seharusnya menjadi kekuatan moral untuk menagih komitmen pemberantasan praktik ekonomi rakus ini.
“Nah, ini keterlambatan mahasiswa mengambil. Saya berharap dari kampus, suarakan kami melawan Serakahnomics. Supaya menjadi agenda utama Presiden Prabowo,” jelas Said.
Said menegaskan bahwa Serakahnomics membuat oligarki mampu membeli apa saja: partai, hukum, bahkan ruang demokrasi.
“Karena dengan dia menguasai ekonomi, maka dia mau membeli ketua partai politik, dia membeli aparat hukum, dia membeli semua. Untung masih ada kampus yang tidak dibeli,” ucap Said.
Pernyataan Said Didu tersebut sejalan dengan langkah Menteri Pertanian (Mentan) Amran Sulaiman yang kini secara terang-terangan membongkar strategi pelaku besar dalam menguasai rantai pasok pangan, terutama gabah dan beras.
Baca juga: Kementan Pastikan Swasembada Beras Tercapai, Produksi Nasional Sentuh Rekor Tertinggi
Mentan Amran menjelaskan bahwa praktik Serakahnomics di sektor pangan membuat ribuan penggilingan kecil mati perlahan karena tidak bisa mengakses bahan baku.
Para pemain besar sengaja membeli Gabah Kering Panen (GKP) sedikit di atas harga pasar, bukan untuk membantu petani, tetapi untuk menyapu habis semua pasokan sehingga pelaku kecil tidak memiliki ruang bertahan.
Menurutnya, pola tersebut sudah berlangsung lama namun baru hari ini pemerintah mulai membongkarnya karena Presiden Prabowo menaruh perhatian besar pada keadilan ekonomi.
“Ini adalah lama, sudah lama yang tumbuh di Indonesia. Tetapi mungkin baru saatnya hari ini kita membongkar dan berpihak pada rakyat kecil,” ujar Mentan Amran.
Mentan Amran bahkan membuka temuan mengejutkan terkait manipulasi kualitas beras premium yang beredar di pasaran, salah satu indikator Serakahnomics yang ada di praktik perberasan. Ia menyebut ada produk beras bermerek yang mengaku premium, tapi setelah diuji ternyata memiliki tingkat patahan (menir) hingga 59 persen, jauh dari standar maksimum 14 persen untuk kualitas premium.
“Pecahannya 59 persen. Artinya menir, makanan ayam, dikemas bahwa ini adalah premium,” jelas Mentan Amran.
| Bamsoet Apresiasi Presiden Prabowo Anugerahkan Gelar Pahlawan Nasional kepada Soeharto |
|
|---|
| Anugerah Gelar Pahlawan Nasional Wujud Penghormatan atas Jasa Tokoh Bangsa |
|
|---|
| Profil Arif Satria, Rektor IPB yang Dilantik Jadi Kepala BRIN oleh Presiden Prabowo |
|
|---|
| Soeharto & Gus Dur Jadi Pahlawan Nasional, Golkar Puji Prabowo: Simbol Persaudaraan dan Penghormatan |
|
|---|
| Memperingati Hari Pahlawan, Presiden Prabowo Pimpin Upacara dan Renungan Suci di TMP Kalibata |
|
|---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.