Kamis, 28 Agustus 2025

Cyber

Chrome Open Spaces Awasi Konten Berbau SARA

Chrome Open Spaces, layanan terbaru Google Indonesia, menampilkan karya seni jalanan atau street art, mengawasi setiap konten yang masuk.

Penulis: Agustina Rasyida
zoom-inlihat foto Chrome Open Spaces Awasi Konten Berbau SARA
TRIBUN JAKARTA/AGUSTINA N.R
Google Indonesia segera meluncurkan Chrome Open Spaces. Ini diklaim sebagai aplikasi pertama yang dibuat dan untuk masyarakat Indonesia.

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA
Chrome Open Spaces, produk terbaru dari Google Indonesia yang menampilkan karya seni jalanan atau street art akan mengawasi setiap konten yang masuk.

Hal ini dijelaskan oleh Sandy Tantra, Consumer Marketing Manager Google Indonesia, Senin (22/10/2012), di Jakarta.

Sebelum pengguna Open Spaces memajang atau men-share hasil kreasi ke galeri, mereka terlebih dulu menyetuji syarat dan ketentuan yang berlaku.

"Ada persyaratan dan ketentuan, ada satu klausal yang menyatakan konten apa saja yang boleh di-publish, list-nya sangat terperinci," ujar Sandy.

Google juga menyediakan fitur ada Flag atau bendera, seperti di Youtube, bagi konten yang mengandung unsur SARA dan pornografi. Pengguna lain pun dapat melaporkan ke admin bahwa ada konten yang menyinggung hal tersebut.

"Konten SARA, pornografi, dan originalitas karya juga akan dipilah-pilah oleh kurator."

Sedangkan untuk hak ciptanya, lanjut Khrishna, hak cipta ada di tangan sang creator, tetapi Google dapat memasukkan ke gallery Open Spaces. Karena ketika seseorang mengunggah karya di sini, orang tersebut telah mengijinkan Google untuk menampilkan karya di situs tersebut.

"Kami selalu ikut peraturan-peraturan lokal, konten yang melanggar berdasarkan peraturan tidak diperbolehkan, termasuk gedung-gedung yang akan kami gunakan sudah legal, dapat ijin," imbuh Krishna Zulkarnain, Country Marketing Manager Google Indonesia.

Di sisi lain, Open Spaces juga mengadakan kompetisi yang akan memilih sembilan karya terbaik. Karya akan dinilai oleh voting pengunjung lain dan juri seniman Darbotz dan David Bayu, serta kurator Farah Wardani. Bagi yang beruntung, karya akan diwujudkan di secara real di dinding bagunan di Jakarta dan Bandung.

"Penilaian dilihat dari estetika, kualitas, unik, inovatif, dan apa yang ingin disampaikan melalui kontennya," ujar salah satu juri, Farah Wardani.

Bagi Farah, street art yang masuk di dunia teknologi digital adalah menarik. Saat ini, gaya hidup anak muda terbagi dua, virtual dan maya. Mereka ingin membuat kreasinya, tetapi di dunia nyata tidak bisa sembarangan.

"Kompetisi ini sebagai trigger buat anak muda untuk melakukan street art, dimulai di versi digitalnya dulu," tambah direktur Indonesia Visual Art Archive (IVAA). (Agustina N.R)

Baca artikel menarik lainnya

Berita Terkait
AA

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
About Us Help Privacy Policy Terms of Use Contact Us Pedoman Media Siber Redaksi Info iklan