Penanganan Covid
Orangtua Jadi Kunci Bentengi Anak dari Covid-19 Saat Mereka Tidak Divaksin
Anak-anak belum bisa mendapatkan vaksinasi Covid 19, meski mereka masuk kelompok rentan.
Penulis:
Eko Sutriyanto
Editor:
Willem Jonata
Laporan Wartawan Tribunnews.com, Eko Sutriyanto
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Pemerintah menargetkan vaksinasi ini akan menyasar 70 persen atau 181,5 juta orang, diselesaikan dalam 15 bulan.
Pertimbangannya semata-mata agar memunculkan kekebalan kelompok (herd immunity) atas Covid-19.
Namun, mengingat hingga saat ini masih belum ditemukan obatnya, maka Covid 19 masih menjadi PR besar bangsa Indonesia.
Hal lain yang juga masih menjadi perhatian adalah nasib anak-anak di tengah pandemi.
Sebagaimana diketahui, vaksin Covid-19 hanya bisa diberikan untuk usia 18 – 59 tahun.
Sementara untuk usia di bawah 18 tahun, vaksin ini belum diuji coba.
Dengan kata lain, anak-anak belum bisa mendapatkan vaksinasi Covid 19, padahal mereka merupakan kelompok usia yang rentan tertular Covid 19.
Aktivis kesehatan anak Yayasan Abhipraya Insan Cendekia (YAICI) Yuli Supriati mengatakan, kunci untuk membentengi anak-anak dari Covid 19 adalah orang tua.
Baca juga: Program Vaksinasi Covid-19 Pakai Basis Data KPU, Komisioner Anggap Cermin Kepercayaan Publik
“Peran orang tua sangat penting, apalagi orang tua yang masih harus bekerja diluar, bertemu banyak orang, ini harus waspada, jangan abai dengan protokol sehingga keselamatan keluarga juga terjamin, anak-anak terlindungi,” jelas Yuli dalam keterangannya, Minggu (24/1/2020).
Selain dengan penerapan protokol kesehatan, Yuli juga mengingatkan orang tua harus tetap memenuhi asupan gizi anak.

“Pemenuhan gizi anak harus jadi prioritas keluarga karena ini yang akan meningkatkan imunitas tubuh anak.
Khusus untuk bayi dan balita, ini juga penting sekali karena ini adalah masa penentuan masa depan anak. Jangan sampai asupan gizinya kurang, anak jadi kurang gizi dan yang paling bahaya adalah stunting,” imbuh Yuli.
Yuli mengakui, pandemi telah mengakibatkan dampak yang signifikan terhadap ekonomi keluarga. Namun, ia menegaskan bukan berarti alasan tersebut menjadi pembenaran terhadap kekurangan asupan nutrisi untuk anak.
“Dari yang sering saya temui saat berhadapan dengan masyarakat yang memiliki balita, kebutuhan untuk balita itu memang salah satu pengeluaran rumah tangga yang besar. Karena itu, di saat situasi seperti ini, tanpa disadari anak-anaklah yang paling terdampak,” jelas Yuli.