Senin, 25 Agustus 2025

Efek Polusi Udara pada Kesehatan Kulit yang Perlu Diwaspadai

Tingkat polusi udara yang tinggi memiliki dampak negatif yang signifikan pada kesehatan kulit, ini efek polusi udara bagi kesehatan kulit.

Tribunnews/Irwan Rismawan
Aktivis yang tergabung dalam Koalisi Ibu Kota melakukan aksi sebelum sidang pembacaan putusan gugatan terkait polusi udara di wilayah DKI Jakarta, di Pengadilan Negeri Jakarta Pusat, Kamis (16/9/2021). Majelis hakim Pengadilan Negeri Jakarta Pusat memutus Presiden RI Joko Widodo (tergugat I) hingga Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan (tergugat V) melakukan perbuatan melawan hukum terkait pencemaran udara di wilayah DKI Jakarta. Tingkat polusi udara yang tinggi memiliki dampak negatif yang signifikan pada kesehatan kulit, ini efek polusi udara bagi kesehatan kulit. Tribunnews/Irwan Rismawan 

"Hal ini dapat menyebabkan memudahkan timbulnya masalah bintik/bercak gelap pada kulit yang terpapar secara langsung dengan polutan," ungkap dokter Arini

Seseorang berjalan di dekat Lincoln Memorial di bawah selimut kabut di Washington, DC, pada 8 Juni 2023. Asap dari kebakaran hutan Kanada telah menyelimuti Pantai Timur AS dalam kabut asap yang memecahkan rekor, memaksa kota-kota untuk mengeluarkan peringatan polusi udara dan ribuan lainnya. Kanada untuk mengosongkan rumah mereka. Kebakaran dahsyat telah menelantarkan lebih dari 20.000 orang dan menghanguskan sekitar 3,8 juta hektar (9.390.005 hektar) tanah. Perdana Menteri Justin Trudeau menggambarkan musim kebakaran ini sebagai yang terburuk di negara itu. (Photo by Mandel NGAN / AFP)
Seseorang berjalan di dekat Lincoln Memorial di bawah selimut kabut di Washington, DC, pada 8 Juni 2023. Asap dari kebakaran hutan Kanada telah menyelimuti Pantai Timur AS dalam kabut asap yang memecahkan rekor, memaksa kota-kota untuk mengeluarkan peringatan polusi udara dan ribuan lainnya. Kanada untuk mengosongkan rumah mereka. Kebakaran dahsyat telah menelantarkan lebih dari 20.000 orang dan menghanguskan sekitar 3,8 juta hektar (9.390.005 hektar) tanah. Perdana Menteri Justin Trudeau menggambarkan musim kebakaran ini sebagai yang terburuk di negara itu. (Photo by Mandel NGAN / AFP) (AFP/MANDEL NGAN)

3. Menghalangi Fungsi Alami Kulit

Paparan polutan seperti hidrokarbon aromatik polisiklik (PAH) dan senyawa organik volatil (VOC) dapat mengganggu fungsi penghalang alami kulit

Hal ini mengompromikan kemampuannya untuk menjaga kelembapan, menyebabkan kulit kering, iritasi, dan penghalang kulit yang terganggu yang rentan terhadap kerusakan lebih lanjut dari faktor eksternal.

4. Tingkatkan Risiko Penuaan Dini

Kualitas udara yang buruk juga berkontribusi pada peningkatan risiko penuaan dini dan kerusakan kulit.
Polutan udara, seperti partikel halus (PM2.5) dan polutan oksidatif, dapat merusak kolagen dan elastin dalam kulit, menyebabkan keriput, garis halus, dan kehilangan kekencangan kulit.

Ia pun menyoroti pentingnya inisiatif publik dan pemerintah dalam menangani masalah-masalah kulit terkait polusi

Mendorong pengurangan emisi dan regulasi yang lebih ketat terhadap polutan industri dapat membantu mengurangi dampak merugikan polusi terhadap kesehatan lingkungan dan kulit.

"Sangat penting untuk memahami bahwa polusi tidak hanya mempengaruhi lingkungan kita, tetapi juga memberi dampak buruk pada kesehatan dan penampilan kulit kita," harap Dosen dan peneliti Fakultas Kedokteran UKRIDA - Departemen Kulit ini.

Baca juga: Industri dan Transportasi Penyebab Utama Polusi Udara di Jakarta

Lebih jauh terdapat pula efek gabungan polusi dan sinar UV pada kesehatan kulit di era perubahan iklim, yang membuat masalah kesehatan kulit semakin meningkat. 

Ia menjelaskan bahaya potensial yang disebabkan oleh kombinasi faktor ini, dengan menekankan perlunya peningkatan kesadaran dan langkah-langkah perlindungan.

Polusi telah lama diakui sebagai ancaman terhadap kesehatan kulit.

Namun, penelitian terbaru telah mengungkap bahwa interaksi antara polusi dan radiasi UV memperburuk efek merugikan pada kulit.

Kombinasi polusi dan radiasi UV menyebabkan produksi radikal bebas, sangat reaktif yang merusak komponen seluler, termasuk DNA, protein, dan lipid. 

Kerusakan ini dapat menyebabkan penuaan dini, melemahnya barrier (sawar) kulit, peningkatan sensitivitas kulit, dan risiko lebih tinggi kambuhnya masalah kulit sebelumnya seperti jerawat, eksim/dermatitis, rosacea, dan lainnya.

Baca juga: Soroti Risiko Polusi Udara, Anggota Komisi IX DPR RI Minta Pemerintah Siapkan Solusi Jangka Pendek

Halaman
123
Berita Terkait

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
About Us Help Privacy Policy Terms of Use Contact Us Pedoman Media Siber Redaksi Info iklan