Selasa, 9 September 2025

Menjawab Tren Mindful Consumerism, Upaya Mengurangi Masalah Lingkungan dari Sektor Fashion & Tekstil

Limbah merupakan salah satu dampak terbesar industri terhadap lingkungan, terutama dari sektor fashion dan tekstil.

Penulis: Willem Jonata
Editor: Wahyu Aji
HandOut/IST
PERAJIN BATIK - Aktivitas perajin batik usai melakukan proses menghilangkan lilin dari kain batik setelah proses pewarnaan. 

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Limbah merupakan salah satu dampak terbesar industri terhadap lingkungan, terutama dari sektor fashion dan tekstil.

Pewarna tekstil yang mencemari air, bahan polyester yang terurai menjadi mikroplastik, hingga sisa produksi yang tidak terpakai menjadi ancaman nyata bagi ekosistem.

Menurut laporan Bappenas, limbah tekstil di Indonesia menjadi masalah lingkungan yang signifikan, dengan jumlah yang terus meningkat setiap tahunnya.

Diperkirakan Industri tekstil dan produk tekstil (TPT) menghasilkan 3,9 juta ton limbah pada 2030, dengan catatan jika tidak ada perubahan signifikan dalam sistem produksinya.

Dalam tekanan untuk memenuhi permintaan pasar, pendekatan reduce bagi pelaku industri memang menantang. 

Namun, prinsip reuse dan recycle bisa menjadi alternatif yang efektif. Langkah pertama adalah mengevaluasi bahan yang digunakan dan dari mana asalnya.

Gunakan sumber lokal, sisa produksi pabrik (deadstock), atau bahan daur ulang yang berdampak minim terhadap lingkungan.

"Dengan mengenal lebih dalam asal-usul bahan baku, brand bisa mengambil kontrol atas dampak produksinya. Deadstock punya potensi untuk bisa diolah kembali," ujar Abdurrahman Robbani (Rahman), Head of Emerging Brand Hypefast.

Selain lebih berkelanjutan, Rahman, sapaan akrabnya, sumber lokal juga memperpendek rantai pasok dan mendorong ekonomi kreatif di daerah.

Nona Rara, misalnya, menjalankan program reuse dengan mengubah limbah kain dan payet menjadi boneka dan bros.

Inisiatif ini berhasil mengurangi 75 persen limbah dari lini produksinya.

Inisiatif ini membuka peluang pasar baru dan menarik segmen konsumen yang lebih muda serta peduli lingkungan, sekaligus memperkuat citra brand heritage yang inovatif.

Di sisi lain, Luxcrime, brand kecantikan lokal, menggandeng Seven Clean Seas dalam inisiatif daur ulang kemasan produk sebagai bentuk komitmen terhadap circular economy.

Langkah-langkah ini menunjukkan bahwa solusi kreatif bisa ditempuh, bahkan di tengah keterbatasan produksi.

Ditambah lagi, beberapa tahun terakhir kesadaran konsumen terhadap dampak dari keputusan belanja mereka terus meningkat. 

Halaman
12
Rekomendasi untuk Anda

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
About Us Help Privacy Policy Terms of Use Contact Us Pedoman Media Siber Redaksi Info iklan