Psikolog Ajak Merangkul Anak Istimewa dengan Kasih Sayang, Bukan Rasa Kasihan
Menurut Psikolog Indra Kusumawati, S.Psi.,M.Psi pendekatan terhadap anak-anak istimewa harus berbeda dan penuh cinta.
Penulis:
Aisyah Nursyamsi
Editor:
Anita K Wardhani

Laporan Wartawan Tribunnews.com, Aisyah Nursyamsi
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA – Di tengah hiruk pikuk tuntutan hidup dan ekspektasi masyarakat, hadirnya anak dengan keistimewaan sering kali mengundang tantangan tersendiri bagi para orang tua.
Namun di balik itu, tersimpan kekuatan, ketangguhan, dan kasih sayang yang luar biasa dari keluarga yang merawat mereka.
Baca juga: Dampingi Tumbuh Kembang Anak Autisme dan ADHD dengan Terapi Sensori Integrasi, Apa Manfaatnya?
Anak istimewa bukan sekadar label. Istilah ini mencakup spektrum luas, mulai dari anak dengan autisme, Attention Deficit Hyperactivity Disorder (ADHD), disabilitas intelektual, sindrom genetik tertentu, hingga mereka yang tergolong gifted atau memiliki kecerdasan luar biasa.
Menurut Psikolog Indra Kusumawati, S.Psi.,M.Psi pendekatan terhadap anak-anak ini harus berbeda dan penuh cinta.
“Bukan berarti kita mengartikan atau menamainya sebagai bentuk rasa kasian. Tetapi memang ada ciri-ciri yang unik dan pendekatan yang berbeda untuk anak-anak yang istimewa dengan lebih memberikan kasih sayang, memberikan rasa cinta dan perhatian yang lebih,” ungkapnya pada kanal live streaming Momspiration di kanal YouTube Tribun Health, Jumat (11/7/2025).
Ia menjelaskan bahwa keistimewaan bukan berarti kelemahan.
Justru, dalam keunikan itu ada potensi besar yang bisa tumbuh jika diasah dengan pendekatan yang tepat—terutama pendekatan emosional yang hangat.
Bahasa Cinta yang Dipahami Anak Istimewa
Lebih lanjut ia menekankan pentingnya penggunaan "bahasa kasih sayang" saat mendampingi anak berkebutuhan khusus.
Bukan tanpa alasan, sebab mereka dikenal memiliki kepekaan emosional yang tinggi terhadap lingkungan sekitar.
Baca juga: Aaliyah Massaid Dikabarkan Idap ADHD, Begini Kata Thariq Halilintar
"Bahasa kasih sayang ini merupakan bahasa yang paling mudah yang bisa diterima oleh siapapun. Termasuk anak-anak dengan kebutuhan khusus," tuturnya.
Tak jarang, anak-anak istimewa bisa langsung menangkap apakah mereka diterima atau ditolak hanya dari ekspresi wajah, nada bicara, hingga atmosfer sosial di sekitarnya.
Rasa aman yang tumbuh dari penerimaan ini menjadi pondasi utama dalam proses tumbuh kembang dan pembentukan rasa percaya diri mereka.
Tantangan Luar dan Dalam: Ketangguhan Orang Tua Diuji
Namun, mendampingi anak dengan keistimewaan tentu tidak mudah.
Selain urusan teknis seperti terapi atau pendidikan khusus, tantangan utama justru datang dari lingkungan sosial.
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.