Selasa, 19 Agustus 2025

Bacaan Doa

Doa Rabu Wekasan, Apakah Ada Tuntunannya Menurut Islam?

Doa Rabu Wekasan dibaca pada malam Rabu terakhir di bulan Safar. Apakah ada tuntunan beribadah pada Rabu Wekasan menurut Islam dan ajaran Rasulullah?

|
Canva/Tribunnews
DOA RABU WEKASAN - Gambar dibuat di Canva, Selasa (19/8/2025). Doa Rabu Wekasan dibaca pada malam Rabu terakhir di bulan Safar. Apakah ada tuntunan beribadah pada Rabu Wekasan menurut Islam dan ajaran Rasulullah? 

TRIBUNNEWS.COM - Doa Rabu Wekasan pada dasarnya adalah doa tolak bala untuk memohon perlindungan Allah dari segala marabahaya.

Tradisi Rabu Wekasan dikenal di Indonesia, terutama di kalangan masyarakat Jawa, dan merupakan hasil perpaduan antara budaya Jawa dengan nilai-nilai Islam.

Rabu Wekasan dipandang sebagai bagian dari warisan budaya yang sudah lama dijalankan secara turun-temurun. 

Di dalamnya terdapat amalan doa-doa yang bernuansa Islami, mirip dengan tradisi slametan atau doa bersama lainnya yang berkembang di masyarakat.

Namun, perlu dipahami bahwa dalam ajaran Islam sendiri tidak ada tuntunan khusus tentang Rabu Wekasan.

Tradisi ini murni lahir dari budaya masyarakat Jawa di Indonesia, kemudian diberi sentuhan nilai-nilai Islam sehingga tetap bertahan hingga sekarang.

Kepercayaan tersebut berangkat dari masyarakat Arab jahiliyah yang menganggap bulan Safar sebagai bulan kesialan.

Seorang ahli hadis, Sulaimān alAsh’at atau yang dikenal sebagai Imam Abu Dawud meriwayatkan sebuah hadis dalam Kitab Sunan Abī Dāwud bab Ṭiyarah nomor 3913 - 3915:

Telah menceritakan kepada Kami Muḥammad bin Ali Muṣaffā telah  menceritakan kepada kami Baqiyyah ia berkata: Aku tanyakan kepada Muḥammad bin Rashid: “Bagaimana dengan kata Hāma?” Ia menjawab: “Orang-orang jahiliah dulu mengatakan: “Tidaklah orang yang meninggal kemudian dikubur melainkan keluar serangga berbisa dari kuburnya””. Aku tanyakan lagi: “Bagaimana dengan kata Safar?” Ia menjawab: “Aku pernah mendengar bahwa orang-orang jahiliah menisbatkan kesialan kepada bulan Safar”. Kemudian Nabi Ṣallā Allāhu ‘Alayhi wa Sallam bersabda: “Tidak ada Safar”. Muhammad berkata: Aku mendengar orang yang mengatakan: “Itu adalah suatu penyakit yang bertempat di dalam perut. Dahulu mereka mengatakan: “Penyakit tersebut menular”. Maka beliau bersabda: “Tidak ada Safar.” (HR. Bukhari no. 5757, Muslim no. 2220, Abu Dawud no. 3911–3915)

Berdasarkan hadis di atas, masyarakat Arab jahiliyah (sebelum Islam) mempercayai bulan Safar mampu mendatangkan bencana dan malapetaka, bahkan kepercayaan itu mengakar hingga generasi-generasi berikutnya.

Rasulullah diutus untuk memberikan pencerahan kepada masyarakat Arab jahiliyah, yaitu dengan menjelaskan bahwa tidak ada kesialan atau penyakit menular pada bulan Safar.

Baca juga: Doa Angin Kencang agar Terlindung dari Musibah dan Azab

"Tidak ada ‘Adwa (keyakinan akan penyakit yang menular), tidak ada Ṭiyarah (beranggapan sial karena melihat burung atau lainnya), tidak ada Safar (menganggap bulan Safar sebagai bulan keramat dan penuh dengan malapetaka), dan tidak ada Hāmmah (keyakinan akan adanya reinkarnasi).” (HR. Bukhari)

Rasulullah mengajarkan kepada umatnya untuk selalu berdoa dan memohon perlindungan kepada Allah dari segala marabahaya, sebagaimana disebutkan dalam skripsi berjudul TRADISI DOA TOLAK BALA MALAM REBO WEKASAN Studi Living Qur`an di Pondok Pesantren Al-Anwar Karangmangu Sarang Rembang oleh Anif Musyafa’ah Harnianti dari Program Studi Ilmu Al-Quran dan Tafsir di Sekolah Tinggi Agama Islam Al-Anwar Sarang Rembang tahun 2022.

Sejalan dengan anjuran Rasulullah, tradisi Rabu Wekasan dalam akulturasi budaya Jawa dan Islam dilakukan dengan memperbanyak doa untuk memohon perlindungan Allah agar terhindar dari marabahaya.

Sumber rujukan tradisi ini disebutkan dalam kitab Kanzu al-Najah wa al-Surur karya Syekh 'Abdul Hamid bin Muhammad 'Ali bin 'Abdu al-Qadir Quds al-Makki al-Shafi'i yang berbunyi:

"Sebagian orang ma’rifat dari ahli Kashaf dan Tamkn menyebutkan bahwa setiap tahun akan turun 320.000 bala atau bencana. Semua itu ada pada hari Rabu akhir bulan Safar, maka pada hari itu akan menjadi hari paling sulit dalam satu tahun. Barang siapa yang pada hari itu melaksanakan shalat 4 rakaat, pada setiap rakaat setelah membaca surah al-Fātihah membaca surah innā a’ṭaināk al-Kauthar (al-Kauthar) sebanyak 17 kali, al-Ikhlās 5 kali, dan al-Mu’awwidhatain (al-Falaq dan an-Nās) masing-masing satu kali, dan setelah salam berdoa meminta perlindungan Allah Ṣubhānahu wa Ta’ālā. Maka dengan kemurahan-Nya akan menjaga orang-orang tersebut dari setiap bala yang diturunkan-Nya pada hari itu, dan tidak ada satu bala pun yang akan mendekatinya hingga akhir tahun."

Pelaksanaan Rabu Wekasan dengan berdoa pada dasarnya diperbolehkan, asal diniatkan pada ibadah biasa dan tidak menganggapnya wajib atau karena yakin ada kesialan khusus pada bulan Safar.

Dalam buku Doa Harian Pengetuk Pintu Langit karya H. Hamdan Hamedan, disebutkan doa Rabu Wekasan.

Doa Rabu Wekasan

اَللَّهُمَّ ادْفَعْ عَنَّا الْغَلَاءَ وَالْبَلَاءِ وَالْوَبَاءِ وَالْفَحْشَاءِ وَالْمُنْكَرَ وَالسُّيُوفَ الْمُخْتَلِفَةَ وَالشَّدَائِدَ وَالْمِحَنَ مَا ظَهَرَ مِنْهَا وَمَا بَطَنَ مِنْ بَلَدِنَا هَذَا خَاصَّةً وَمِنْ بُلْدَانِ الْمُسْلِمِينَ عَامَّةً إِنَّكَ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيرٌ

Allaahummadfa' 'annal ghalaa-a, wal balaa-a, wal wabaa-a, wal fahsyaa-a, wal munkara, was-suyuufal mukhtalifata, wasy-syadaa-ida, wal mihana maa zhahara minhaa, wa maa baathana min baladinaa haadzaa khaassatan, wa min buldaanil muslimiina 'aammatan, innaka 'alaa kulli syai'in qadiir.

Artinya: "Ya Allah, hindarkanlah kami dari malapetaka, bala, dan bencana; kekejian, kemungkaran, berbagai macam sengketa, kekejaman dan peperangan, yang tampak maupun yang tersembunyi di negeri kami khususnya dan di negeri kaum muslimin umumnya. Sesungguhnya Engkau Maha Berkuasa atas segala sesuatu."

Dalam buku Panduan Shalat Sunnah Lengkap karya KH Muhammad Sholikhin, doa Rabu Wekasan dibaca setelah Al-Fatihah, Ayat Kursi, dan Al-Ikhlas.

Surah Al-Fātiḥah

بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَٰنِ الرَّحِيمِ

Artinya: “Dengan nama Allah Yang Maha Pengasih, Maha Penyayang.”

الْحَمْدُ لِلَّهِ رَبِّ الْعَالَمِينَ

Artinya: “Segala puji bagi Allah, Tuhan seluruh alam.”

الرَّحْمَٰنِ الرَّحِيمِ

Artinya: “Yang Maha Pengasih, Maha Penyayang.”

مَالِكِ يَوْمِ الدِّينِ

Artinya: “Pemilik hari pembalasan.”

إِيَّاكَ نَعْبُدُ وَإِيَّاكَ نَسْتَعِينُ

Artinya: “Hanya kepada-Mu kami menyembah dan hanya kepada-Mu kami memohon pertolongan.”

اهْدِنَا الصِّرَاطَ الْمُسْتَقِيمَ

Artinya: “Tunjukilah kami jalan yang lurus.”

صِرَاطَ الَّذِينَ أَنْعَمْتَ عَلَيْهِمْ غَيْرِ الْمَغْضُوبِ عَلَيْهِمْ وَلَا الضَّالِّينَ

Artinya: “(Yaitu) jalan orang-orang yang telah Engkau beri nikmat kepada mereka; bukan jalan mereka yang dimurkai, dan bukan pula jalan mereka yang sesat.”

Ayat Kursi (QS. Al-Baqarah: 255)

اللَّهُ لَا إِلَٰهَ إِلَّا هُوَ الْحَيُّ الْقَيُّومُ ۚ لَا تَأْخُذُهُ سِنَةٌ وَلَا نَوْمٌ ۚ لَهُ مَا فِي السَّمَاوَاتِ وَمَا فِي الْأَرْضِ ۗ مَنْ ذَا الَّذِي يَشْفَعُ عِنْدَهُ إِلَّا بِإِذْنِهِ ۚ يَعْلَمُ مَا بَيْنَ أَيْدِيهِمْ وَمَا خَلْفَهُمْ ۖ وَلَا يُحِيطُونَ بِشَيْءٍ مِنْ عِلْمِهِ إِلَّا بِمَا شَاءَ ۚ وَسِعَ كُرْسِيُّهُ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضَ ۖ وَلَا يَئُودُهُ حِفْظُهُمَا ۚ وَهُوَ الْعَلِيُّ الْعَظِيمُ

Artinya: “Allah, tidak ada Tuhan (yang berhak disembah) melainkan Dia, Yang Hidup kekal lagi terus-menerus mengurus (makhluk-Nya). Dia tidak mengantuk dan tidak tidur. Milik-Nya apa yang ada di langit dan apa yang ada di bumi. Tidak ada yang dapat memberi syafaat di sisi-Nya tanpa izin-Nya. Dia mengetahui apa yang di hadapan mereka dan apa yang di belakang mereka. Dan mereka tidak mengetahui apa pun dari ilmu-Nya kecuali apa yang Dia kehendaki. Kursi-Nya meliputi langit dan bumi. Dan Dia tidak merasa berat memelihara keduanya. Dan Dia Maha Tinggi lagi Maha Besar.”

Surah Al-Ikhlāṣ

قُلْ هُوَ اللَّهُ أَحَدٌ

Artinya: “Katakanlah (Muhammad), Dialah Allah, Yang Maha Esa.”

اللَّهُ الصَّمَدُ

Artinya: “Allah tempat meminta segala sesuatu.”

لَمْ يَلِدْ وَلَمْ يُولَدْ

Artinya: “Dia tidak beranak dan tidak pula diperanakkan.”

وَلَمْ يَكُنْ لَهُ كُفُوًا أَحَدٌ

Artinya: “Dan tidak ada sesuatu pun yang setara dengan Dia.”

Doa Mohon Perlindungan

Dalam sejumlah hadis disebutkan doa-doa untuk memohon perlindungan Allah agar terhindar dari segala marabahaya, penyakit dan keburukan di dunia.

1. Doa berlindung dari penyakit berbahaya

اللَّهُمَّ إِنِّي أَعُوذُ بِكَ مِنَ الْبَرَصِ وَالْجُنُونِ وَالْجُذَامِ، وَمِنْ سَيِّئِ الْأَسْقَامِ

Allahumma innī a‘ūdzu bika minal-barashi wal-junūni wal-judzāmi, wa min sayyi’il-asqām.

Artinya: “Ya Allah, aku berlindung kepada-Mu dari penyakit belang, gila, kusta, dan dari segala penyakit yang buruk.” (HR. Abu Dawud no. 1554, an-Nasa’i no. 5473, Ahmad 3/192)

2. Doa memohon keselamatan (al-‘afiyah)

اللَّهُمَّ إِنِّي أَسْأَلُكَ الْعَفْوَ وَالْعَافِيَةَ فِي دِينِي وَدُنْيَايَ وَأَهْلِي وَمَالِي

Allahumma innī as’aluka al-‘afwa wal-‘āfiyata fī dīnī wa dunyāya wa ahli wa mālī.

Artinya: “Ya Allah, aku memohon ampunan dan keselamatan dalam agamaku, duniaku, keluargaku, dan hartaku.” (HR. Abu Dawud no. 5074, Ibn Majah no. 3871)

3. Doa perlindungan dari segala keburukan

بِسْمِ اللَّهِ الَّذِي لاَ يَضُرُّ مَعَ اسْمِهِ شَىْءٌ فِي الأَرْضِ وَلاَ فِي السَّمَاءِ وَهُوَ السَّمِيعُ الْعَلِيمُ

Bismillāhilladzī lā yadhurru ma‘asmihi syai’un fil-ardhi wa lā fis-samā’i wa huwa as-samī‘ul-‘alīm.

Artinya: “Dengan nama Allah, yang bersama nama-Nya tidak ada sesuatu pun yang dapat menimbulkan mudarat di bumi maupun di langit. Dia Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui.” (HR. Abu Dawud no. 5088, at-Tirmidzi no. 3388, Ibn Majah no. 3869)

(Tribunnews.com/Yunita Rahmayanti)

Sumber: TribunSolo.com
Berita Terkait

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
About Us Help Privacy Policy Terms of Use Contact Us Pedoman Media Siber Redaksi Info iklan