Bacaan Doa
Doa Istinja', Langkah Bersuci dengan Air, Batu, Daun, Kayu, dan Tisu
Doa istinja' dibaca ketika seorang muslim bersuci dengan air, batu, daun, kayu, atau benda keras lainnya. Dapat juga bersuci dengan tisu yang bersih.
Penulis:
Yunita Rahmayanti
Editor:
Nuryanti
TRIBUNNEWS.COM - Umat Islam dianjurkan untuk selalu menjaga kebersihan, salah satunya dengan beristinja'.
Istilah istinja' dalam ilmu Fiqh artinya membersihkan najis yang keluar dari qubul atau dubur menggunakan air atau benda yang bersih dan suci.
Dalam Al Quran disebutkan bahwa Allah menyukai hamba-Nya yang bersih.
"Dan Allah sangat menyukai hamba-hamba-Nya yang bersih." (QS. Al Baqarah ayat 2)
Jika tidak ada atau tidak menemukan air, seorang muslim dapat bersuci dengan menggunakan benda lain yang bersih dan suci, seperti batu yang kering.
Ada pun istinja' dilakukan dengan tidak kurang dari tiga batu dan tidak menggunakan kotoran binatang atau pun tulang.
Selain batu, seorang muslim dapat beristinja' dengan menggunakan daun, kayu, benda keras lainnya, atau tisu yang bersih dan suci.
Doa beristinja' disebutkan oleh Kumpulan Do'a Sehari-hari yang diterbitkan Kementerian Agama tahun 2013.
Doa Istinja'
اللَّهُمَّ حَصِّنْ فَرْجِيْ مِنَ الْفَوَاحِشِ وَطَهِّرْ قَلْبِيْ مِنَ النِّفَاقِ
Allahumma hassin farji min al-fawaahisyi wa thahhir qalbii minan nifaaq
Artinya: “Ya Allah bersihkan farjiku dari keburukan dan bersihkan hatiku dari nifaq (kemunafikan).”
Baca juga: Doa Keluar WC/Kamar Mandi yang Dianjurkan Rasulullah, Mudal Dihafalkan
Doa Masuk WC/Toilet
بِسْمِ اللهِ اَللَّهُمَّ إِنِّيْ أَعُوْذُ بِكَ مِنَ الْخُبُثِ وَالْخَبَائِثِ
Bismillahi Allahumma inni a'udzu bika minal khubutsi wal khabaitsi
Artinya: “Dengan nama Allah. Ya Allah, sesungguhnya aku berlindung kepadaMu dari godaan setan laki-laki dan perempuan”
Doa Keluar WC/Toilet
الْحَمْدُ لِلَّهِ الَّذِي أَذْهَبَ عَنِّي الْأَذَى وَعَافَانِي
Alhamdulillahilladzi adzhaba 'anni al-adza wa 'aafani
Artinya: “Segala puji bagi Allah yang telah menghilangkan penyakit dariku dan menyehatkanku.”
Hadis tentang Istinja'
Dalam ajaran Islam, kebersihan merupakan salah satu hal penting yang harus selalu dijaga.
Sejumlah hadis meriwayatkan ajaran Rasulullah yang mengajarkan tentang kebersihan diri.
Dalam salah satu hadis disebutkan bahwa air seni/air kencing dapat mendatangkan siksa kubur.
Hadis tersebut disebutkan dalam Tesis berjudul Pengetahuan dan Pengalaman Thaharah Siswa dalam Menjaga Kebersihan dan Kesehatan pada Pembelajaran Fiqih Era Pandemi Covid-19 di MI Plus Al Muhajirin Depok Jaya oleh Nur Ainun Nasution, mahasiswa Magister Pendidikan Agama Islam (Konsentrasi Fiqih) di Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, Universitas Islam Negeri Jakarta tahun 2021.
Dari ibnu Abbas radhiyallahu'anhu dia berkata : Nabi shallallahu „alaihi wasallam pernah keluar dari satu kebun yang ada di Madinah, lalu beliau mendengar suara dua orang yang sedang disiksa di kuburnya. Setelah itu beliau bersabda : Tidaklah keduanya disiksa karena dosa besar, salah satu darinya adalah tidak bersuci dari kencingnya sedangkan yang lain selalu mengadu domba. (H.R Bukhari)
Rasulullah melarang umatnya untuk bersuci dengan menghadap ke arah kiblat.
Rasulullah SAW bersabda, “Sesungguhnya aku bagi kalian laksana seorang ayah. Maka jika salah seorang dari kalian pergi buang air, hendaklah dia tidak menghadap Kiblat dan jangan pula membelakanginya, dan hendaklah dia beristinja’ dengan menggunakan tiga batu...” (HR Imam Asy-Syafi'i)
Dalam hadis lain dari Aisyah r.a, disebutkan Rasulullah bersabda, "Jika salah seorang di antara kalian pergi buang hajat, maka hendaklah dia membawa tiga batu yang dia pergunakan untuk bersuci dengannya, sebab hal ini dibolehkan." (HR. Abu Dawud)
Telah menceritakan kepada kami Musaddad bin Musarhad, telah menceritakan kepada kami Abu Mu'awiyah dari al A'masy dari Ibrahim dari Abdurrahman bin Yazid dari Salman dia berkata, dikatakan kepadanya, "Sungguh Nabi kalian telah mengajarkan kepada kalian segala sesuatu hingga urusan buang hajat?" Salman menjawab, "Benar, beliau صلى الله عليه وسلم telah melarang kami menghadap kiblat pada saat buang air besar atau buang air kecil, agar kami tidak beristinja dengan tangan kanan, agar salah seorang dari kami tidak beristinja dengan kurang dari tiga batu, atau beristinja dengan kotoran binatang atau tulang." (HR. Sunan Abu Daud)
Dalam beristinja' dengan selain air, Rasulullah menganjurkan untuk mengusap qubul atau dubur sebanyak tiga kali dengan benda yang digunakan beristinja'.
"Barangsiapa beristijmār (bersuci dengan batu atau benda sejenis) maka ganjilkanlah bilangannya. Siapa yang melakukannya maka telah berbuat ihsan. Namun, bila tidak maka tidak ada keberatan." (HR. Abu Daud no. 35, dinilai hasan oleh sebagian ulama hadis)
Alat untuk Istinja'
Istinja' dapat dilakukan dengan menggunakan air, batu atau benda keras, serta tisu yang bersih dan suci.
Air merupakan benda cair yang paling dianjurkan untuk beristinja'.
Air dianggap dapat membersihkan secara menyeluruh dan mensucikan bagian yang terkena najis.
Jika tidak ada air, seorang muslim juga dapat beristinja' dengan menggunakan batu, daun, kayu atau benda keras.
Namun, harus dipastikan terlebih dahulu benda tersebut tidak mengandung najis, tidak basah, dan tidak merupakan makanan atau benda yang dihormati.
Benda lain yang dapat digunakan untuk beristinja' yaitu tisu yang bersih dan suci.
Cara Beristinja'
Dalam buku Istinja dan Adab Buang Hajat oleh Nor Kandir, yang diterbitkan oleh Pustaka Syabab tahun 2024, dijelaskan bahwa seorang muslim yang ingin membersihkan najis dengan beristinja' sebaiknya menggunakan tangan kiri.
Rasulullah mencontohkan kepada umatnya bahwa tangan kanan digunakan untuk hal-hal mulia.
Dari Aisyah radhiyallahu ‘anha, berkata “Saya melihat bahwa tangan kanan Rasulullah ﷺ digunakan untuk bersuci dan makan, sedangkan tangan kirinya digunakan untuk buang hajat dan urusan yang kotor.” (HR. Abu Dawud no. 33)
Ada pun jumlah basuhan saat beristinja' tidak ada batasannya, namun seorang muslim yang beristinja' harus memastikan kotoran benar-benar bersih.
Jika beristinja' dengan benda keras atau selain air, minimal harus mengusap qubul atau dubur dengan benda tersebut sebanyak tiga kali.
Adab Buang Hajat dan Istinja'
Ada sejumlah adab yang sebaiknya dipatuhi oleh seorang muslim ketika buang hajat dan beristinja' agar tidak mengganggu orang lain dan tidak mendatangkan keburukan.
1. Tidak membawa segala hal yang mengandung asma Allah
Dalam Islam, seorang muslim sebaiknya tidak membawa benda dengan nama Allah ketika sedang beristinja', kecuali jika khawatir benda tersebut hilang jika ditinggalkan.
Dari Anas beliau bersabda: Jika Rasulullah Saw masuk WC, beliau melepas cincinnya (cincin yang berukiran Muhammad). Abu Isa berkata hadis ini derajatnya hasan gharib. (H.R Tirmidzi)
2. Menjauh dan tertutup dari orang lain
Ketika sedang buang air kecil/besar dan beristinja', sebaiknya menjauh dari orang lain serta berada di tempat tertutup.
Tujuannya supaya tidak terdengar suara atau tercium baunya.
Telah menceritakan kepada kami Yahya bin Sulaim dari Ibnu Khutsaim dari Yunus bin Khabbab dari Ya'la bin Murrah berkata: Jika Nabi shallallahu'alaihi wasallam ingin buang hajat, beliau selalu pergi menjauh. (H.R Ibnu Majah)
3. Berdoa ketika sebelum dan setelah buang hajat
Rasulullah mengajarkan kepada umatnya agar selalu berdoa ketika sebelum dan setelah buang hajat untuk memohon perlindungan Allah.
Dari Anas bin Mālik (radhiyallāhu ‘anhu) disebutkan “Rasulullah shallallahu'alaihi wasallam apabila masuk tempat buang hajat, maka beliau membaca “ALLOHUMMA INNI A'UUDZU BIKA MINAL KHUBUTSI WALKHOBA'ITS” (Ya Allah sesungguhnya aku berlindung kepadamu dari setan laki-laki dan setan perempuan)." (HR Muslim)
4. Tidak berbicara
Ketika sedang buang hajat, seorang muslim sebaiknya menahan diri untuk tidak berbicara sama sekali, baik itu dzikir atau lainnya.
Namun, hal ini diperbolehkan karena sesuatu yang penting seperti meminta seseorang di luar toilet untuk mengambilkan sesuatu untuk menghilangkan najis.
Dari ibnu Umar dia berkata pernah ada seorang laki-laki melewati Nabi shallallahu'alaihi wasallam ketika beliau sedang buang air kecil lalu laki-laki itu mengucapkan salam kepada beliau namun beliau tidak menjawab salamnya. (HR Abu Daud)
5. Tidak menghadap kiblat
Seperti yang disebutkan sebelumnya, seorang muslim sebaiknya tidak menghadap ke arah kiblat ketika sedang buang hajat, kecuali berada di dalam bangunan atau di balik dinding.
Dari Abu Ayyub Al-Anshari dia berkata, Rasulullah Saw bersabda: "Jika salah seorang diantara kamu jongkok untuk menunaikan hajatnya maka janganlah menghadap kiblat dan jangan pula membelakanginya." (HR Bukhari)
6. Menghindari buang air dengan mengarahkan langsung ke lubang
Dalam sebuah hadis disebutkan bahwa Rasulullah menganjurkan kepada umatnya untuk menghindari agar tidak kencing ke dalam lubang.
Dari Qatadah, dari Abdullah bin Sarjis bahwasanya Rasulullah shallallahu'alaihi wasallam melarang kencing di lubang. Mereka bertanya kepada Qatadah, "Apa yang membuat kencing di lubang dilarang ?" Dia menjawab. "Dikatakan bahwa ia adalah tempat tinggal jin." (HR Abu Dawud)
7. Mencari tempat lunak dan menghindari permukaan benda keras untuk kencing
Rasulullah mengajarkan kepada umatnya untuk tidak kencing di atas permukaan yang keras dan lebih baik mencari tempat yang lunak.
Hal ini bertujuan mencegah cipratan najis dari air kencing.
Dari Abu Musa, Abdullah menulis surat kepada Abu Musa dalam rangka menanyakan kepadanya tentang beberapa hal. Maka Abu Musa menulis surat kepadanya sebagai jawaban, “Sesungguhnya saya pernah bersama Rasulullah shallallahu'alaihi wasallam pada suatu hari, lalu beliau ingin buang air kecil maka beliau mendatangi tempat yang bertanah lunak di bagian bawah dinding kemudian beliau shallallahu'alaihi wasallam bersabda : Apabila salah seorang dari kalian hendak buang air kecil, maka hendaklah dia mencari tempat yang bertanah lunak untuk kencingnya." (HR Abu Daud)
(Tribunnews.com/Yunita Rahmayanti)
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.