Malaikat Munkar Nakir, Siksa Kubur, dan Dosa-dosa yang Menjadi Penyebabnya
Malaikat Munkar Nakir bertugas untuk menanyai setiap orang di alam kubur. Orang yang zalim dan tidak beriman akan mendapat siksa kubur menurut hadis.
TRIBUNNEWS.COM - Kematian bukanlah akhir dari segalanya, melainkan awal dari perjalanan menuju kehidupan akhirat.
Dalam ajaran Islam, setiap manusia yang telah meninggal akan menghadapi alam kubur — tempat pertama setelah dunia.
Di sanalah dua malaikat, Munkar dan Nakir, akan datang untuk menanyai setiap hamba tentang keimanan dan amal perbuatannya di dunia.
Dalam Al-Qur'an disebutkan bahwa kehidupan dunia hanyalah sementara dan kehidupan akhiratlah yang kekal.
"Hai kaumku sesungguhnya kehidupan dunia ini hanyalah kesenangan (sementara) dan sesungguhnya akhirat itulah negeri yang kekal." (QS. Al-Mu'min: 39)
Bagi mereka yang beriman, maka akan mendapat balasan surga, sedangkan mereka yang zalim akan mendapat siksa kubur.
Bahkan, sebelum mereka berada di alam kubur, orang-orang zalim merasakan sakitnya sakaratul maut ketika nyawa dicabut.
"(Alangkah ngerinya) sekiranya engkau melihat pada waktu orang-orang zalim (berada) dalam kesakitan sakratul maut sedang para malaikat memukul dengan tangannya (sambil berkata): ‘Keluarkanlah nyawamu'." (QS. Al-An'âm: 93)
Bagi hamba-Nya yang bertakwa, maka ia tidak akan merasakan sakit ketika sakaratul maut.
"Wahai jiwa yang tenang! Kembalilah kepada Tuhanmu dengan hati yang ridha dan diridhai-Nya. Maka masuklah ke dalam golongan hamba-hamba-Ku dan masuklah ke dalam surga-Ku." (QS. Al-Fajr: 27-30)
Siksa kubur yang disebutkan dalam beberapa hadis di antaranya dipukul dengan palu-palu besi hingga ia berteriak keras, diperlihatkan neraka jahanam, dan disempitkan kuburnya hingga tulang rusuknya saling bersilangan.
Baca juga: 7 Dampak Maksiat Menurut Ibnul Qayyim, Bisa Hilangkan Ilmu dan Rezeki
Dalam skripsi Relasi Surat Al-Mulk dengan Pembebasan dari Siksa Kubur oleh Anik Sugiarti, mahasiswi UIN Walisongo Semarang (2017), dijelaskan beberapa hadis tentang siksa kubur.
Hadis tentang Munkar Nakir dan Siksa Kubur
Dalam ajaran Islam, setiap orang yang meninggal akan mendapatkan balasan atas perbuatannya selama hidup di dunia saat berada di alam kubur hingga datangnya hari kiamat.
Setelah jenazah dikuburkan dan para pengantar pulang, malaikat Munkar dan Nakir akan datang untuk menanyainya di dalam kubur.
Hal ini dijelaskan dalam sebuah hadis bahwa mereka yang beriman akan mendapatkan kenikmatan di dalam kubur dan bagi mereka yang kufur akan mendapatkan siksa kubur.
Dari Anas bin Malik dari Nabi saw., Beliau bersabda: “Jika seorang hamba telah dimasukkan ke liang kuburnya dan orang-orang yang menguburkan telah kembali pulang sehingga dia bisa mendengar suara langkah sandal mereka, dia didatangi oleh dua malaikat yang lantas mendudukkannya. Kedua malaikat itu bertanya, “Apa yang dahulu kamu katakan tentang orang ini (yaitu Muhammad saw.)? Dia menjawab “Aku bersaksi bahwa dia adalah hamba Allah dan Rasul-Nya.” Maka dikatakan kepadanya, “Lihatlah kepada tempatmu di neraka! Allah telah menggantinya dengan sebuah tempat di surga”. Maka dia bisa melihat kedua tempat tersebut. Adapun Orang-orang kafir atau munafik, dia akan menjawab, “Aku tidak tahu. Saya hanya mengucapkan apa yang diucapkan orang-orang.” Maka dikatakan kepadanya, “Engkau tidak tahu dan tidak mau membaca (ayat-ayat Allah).” Lalu dia dipukul dengan sebuah palu besar yang terbuat dari besi dengan sekali pukulan di antara kedua telinganya (mukanya). Akibatnya dia memekik kesakitan. Suara pekikannya didengar oleh seluruh makhluk, selain manusia dan jin”. (HR. Bukhari)
Dalam riwayat Ahmad, menyebutkan tambahan pada hadis tersebut yaitu "Orang mukmin -"maka orang mukmin itu bisa melihat kedua tempat tersebut. Tempatnya di alam kubur diluaskan sejauh tujuh puluh hasta dan dipenuhi dengan warna hijau yang segar hingga hari kebangkitan. Orang kafir, munafik -"Maka orang kafir itu memekik kesakitan. Suara pekikannya bisa didengar oleh seluruh makhluk yang berada di dekat kuburnya, kecuali manusia dan jin. Kuburnya akan menjepitnya sehingga tulang-tulangnya akan remuk redam.")
Rasulullah dalam satu riwayat menjelaskan bahwa manusia tidak dapat mendengar siksa kubur.
Dari Anas bin Malik ra. Rasulullah bersabda: "Seandainya kalian tidak saling menguburkan, tentulah aku akan berdoa kepada Allah agar memperdengarkan kepada kalian siksa kubur yang aku dengar." (HR. Ahmad)
Siksa kubur juga dijelaskan dalam Al-Qur'an Surat Ghafir ayat 45-46 yang artinya: "Maka Allah memeliharanya dari kejahatan tipu daya mereka dan Fir'aun beserta kaumnya dikepung oleh azab yang amat buruk. Kepada mereka dinampakkan neraka pada pagi dan perang dan pada hari terjadinya kiamat. (Dikatakan kepada malaikat): "Masukkanlah Fir'aun dan kaumnya ke dalam azab yang sangat keras."
Kedatangan malaikat penanya di alam kubur disebutkan dalam riwayat lain dan orang yang masih hidup dianjurkan untuk mendoakan si mayit.
Telah bercerita kepada kami Ibrahim ibn Musa al-Razi'u, telah bercerita kepada kami Hisyam, dari 'Abdillah ibn Buhair ibn Raisan dari Hani' Maula 'Utsman dari Utsman bin Affan r.a., bahwasanya Nabi SAW jika selesai menguburkan seseorang, beliau berdiri sejenak, lalu berkata: “Mintalah ampun untuk saudaramu ini, dan mintalah kepada Allah SWT. keteguhan (untuk mayit) karena sekarang ia sedang ditanya." (HR. Abu Daud)
Perbuatan itu disebut talqin mayit, yaitu mengingatkan kalimat syahadat) kepada orang yang baru dimakamkan, serta keyakinan mayit masih dapat mendengar ucapan orang yang berada di dekat kuburnya — meski tidak bisa menjawab dengan lisan.
Talqin mayit juga dijelaskan dalam skripsi Analisis Talqin Menurut Tokoh Muhammadiyah dan Tokoh Nahdlatul Ulama di Kabupaten Banyumas oleh Maulana Subhan, mahasiswa UIN Prof. KH. Saifuddin Zuhri Purwokerto (2024).
Dari Abu Umamah r.a., telah bercerita kepada kami Abu 'Uqail Anas ibn Salim alKhaulani, bercerita kepada kami Muhammad ibn Ibrahim ibn al- 'Ula'i al-Hamsi, bercerita kepada kami 'Isma'il ibn 'Iyasy, bercerita kepada kami 'Abdullah ibn Muhammad al-Qursi dari Yahya bin Abi Katsir dari Sa'id bin 'Abdillah al-Awdi, berkata: “Aku menyaksikan Abu Umamah, ketika itu beliau dalam keadaan nazza" (menjelang kematiannya) beliau berkata: Apabila aku wafat maka hendaklah urus aku sebagaimana yang diperintahkan Nabi Saw., dalam mengurus orang kita yang meninggal, Rasul SAW telah memerintahkan kita dengan sabdanya: “Jika ada yang wafat salah satu di antara kalian, ratakanlah tanah di atas kuburannya, kemudian salah seorang berdiri di atas kepala kuburannya lalu berkata: wahai fulan bin fulanah, sesungguhnya ia mendengar akan tetapi tidak menjawab. Kemudian berkata: wahai fulan bin fulan, dia kemudian duduk. Lalu dia berkata: wahai fulan bin fulan”. Sesungguhnya mayit itu berkata: berikanlah kami petunjuk. akan tetapi kalian tidak juga merasakan. Kemudian dia berkata: katakanlah apa yang kau katakan ketika keluar dari dunia; yakni Syahadat (bersaksi) bahwasanya tidak ada tuhan selain Allah dan Nabi Muhammad adalah Rasulullah. Dan engkau ridha dengan Islam sebagai agama, Ridha kepada Muhammad sebagai Nabi, kepada Alquran sebagai petunjuk/imam, dan sesungguhnya Munkar dan Nakir menuntut kepada setiap orang, lalu berkata: “Pergilah dari kami, kami tidak duduk untuk orang yang sudah ditalqin-kan hujjah-nya. Maka Allah-lah yang menjadi hujjah-nya”. Kemudian Rasul SAW ditanya: “bagaimana jika kita tidak tahu nama ibunya?”, beliau SAW menjawab: dinasabkan ke hawa‟, wahai fulan bin hawa‟". (HR al-Tabrani)
Sebagian ulama hadis menganggap hadis talqin mayit sebagai hadis dhaif (lemah) karena sanadnya mengandung perawi yang tidak kuat.
Namun, banyak ulama fiqih dan tasawuf dari kalangan Syafi’iyyah dan Malikiyyah tetap menganjurkan talqin mayit berdasarkan hadis ini dan amalan para sahabat.
Talqin mayit disebutkan dalam hadis lain, bahwa Rasulullah menganjurkan untuk mengingatkan dan menuntun orang yang akan meninggal dunia dengan membaca kalimat tauhid.
Dari Abu Said al-Khudri, disampaikan oleh Yahya bin 'Umarah berkata “Aku mendengar Abu Sa'id Al-Khudri berkata, “Rasulullah SAW bersabda: ajarilah/tuntunlah orang yang hampir meninggal dengan bacaan “laailaaha illallah." (HR Muslim)
Hal yang Mendatangkan Siksa Kubur
Dalam Kitab al-Ruh oleh Ibn al-Qayyim al-Jawziyyah, seorang ulama besar Islam, beliau menyebutkan hal-hal yang mendatangkan siksa kubur.
Rasulullah pernah menjelaskan bahwa dua hal yang dapat mendatangkan siksa kubur yaitu namimah (adu domba) dan tidak bersuci setelah buang air kecil atau ia terkena cipratan air kencing.
Dari Ibnu Abbas radhiyallahu ‘anhuma, ia berkata: Rasulullah melewati dua kuburan, lalu beliau bersabda: “Sesungguhnya kedua penghuni kubur ini sedang disiksa. Mereka disiksa bukan karena dosa besar (menurut pandangan manusia). Salah satunya disiksa karena tidak bersuci dari air kencingnya, sedangkan yang lain disiksa karena suka mengadu domba.” (HR. al-Bukhari dan Muslim)
Mengutip kitab Sahih Al-Bukhari, Ibn al-Qayyim al-Jawziyyah menuliskan siksa yang ditimpakan pada seseorang di alam kubur.
Di antaranya orang yang dipukul dengan batu karena berat melaksanakan sholat, orang yang memakan daging busuk dan kotor karena zina, orang yang memakan riba dan perutnya menggelembung sangat besar, orang yang memakan harta anak yatim dan menyuapkan bara api ke mulutnya, dll.
Selain itu, ada banyak penyebab yang mendatangkan siksa kubur, di antaranya:
- Mengadu domba, berdusta, dan mengghibah.
- Memberikan kesaksian palsu.
- Menuduh para wanita yang suci.
- Menyebarkan fitnah.
- Mengajak pada bid'ah.
- Mengatakan tentang Allah dan Rasul-Nya yang tidak dilandasi ilmu pengetahuan.
- Berbicara semaunya tanpa aturan.
- Memakan riba, baik orang yang mengambil riba, pemberinya, penulisnya, maupun saksi-saksinya.
- Mengambil harta anak yatim.
- Memakan uang suap.
- Mengambil harta saudaranya sesama Muslim secara tidak benar atau mengambil harta Ahli Dzimmah.
- Minum minuman yang memabukkan.
- Berzina dan homoseks.
- Mencuri dan menipu.
- Menumpuk barang.
- Melakukan hal-hal yang dibenci Allah.
- Menggugurkan hal-hal yang diwajibkan Allah.
- Mengganggu dan menyakiti orang-orang muslim.
- Mencari-cari aib saudara seiman.
- Orang yang berhukum tidak sesuai syariat Allah.
- Memberikan fatwa yang bertentangan dengan syariat Allah.
- Menolong perbuatan dosa dan permusuhan.
- Membunuh jiwa yang diharamkan Allah.
- Menggugurkan hak-hak asma Allah dan sifat-sifat-Nya.
- Mengingkari asma Allah dan sifat-sifat-Nya.
- Mendahulukan pendapat dan jalan pikiran sendiri daripada Sunnah Rasulullah.
- Menangis meratap saat keluarganya meninggal dan orang yang mendengarkan/mendiamkan hal itu.
- Mendendangkan lagu-lagu yang diharamkan Allah dan Rasul-Nya serta orang yang mendengarnya.
- Mendirikan masjid di atas makam dan menyalakan pelita di sana.
- Berbuat curang ketika menimbang barang, dengan cara meminta tambahan jika ia menginginkan barang yang ditimbang dan mengurangi timbangannya jika ia memberikannya kepada orang lain.
- Bertindak semena-mena, sombong, membanggakan diri, dan pamer. Mengolok-olok dan mencerca orang-orang salaf.
- Mendatangi dukun, peramal, dan ahli nujum lalu bertanya ini dan itu serta memercayainya.
- Membantu orang-orang zalim yang menjual akhiratnya dengan dunia.
- Tidak peduli jika diingatkan agar takut kepada Allah karena kedurhakaan yang dilakukannya dan langsung bereaksi jika diingatkan agar takut kepada manusia yang memang menakutkan.
- Mendapatkan petunjuk Allah dan Rasul-Nya, tetapi tidak mengikutinya dan tidak peduli.
- Menerima apa pun yang disampaikan orang yang mendapatkan persangkaan baiknya, tidak peduli apakah yang disampaikannya itu benar atau salah dan sama sekali tidak menentangnya.
- Mendengar bacaan al-Qur'an dan hatinya sama sekali tidak terketuk oleh kandungannya atau bahkan merasa risih oleh bacaan itu. Sebaliknya, jika ia mendengar omongan setan, nyanyian, dan lagu-lagu, ia langsung bangkit menyimaknya.
- Bersumpah palsu atas nama Allah dan berdusta.
- Bangga dengan kedurhakaan yang dilakukan dan memperbanyak serta menyebarkannya ke teman-temannya atau melakukan kedurhakaan secara terang-terangan.
- Mengucapkan kata-kata kotor dan jorok serta umpatan dan hinaan, yang mencerminkan akhlak buruk.
- Menunda shalat hingga akhir waktu dan tidak berzikir kepada Allah, kecuali sedikit.
- Tidak membayar zakat mal dengan kesadaran dan keikhlasan.
- Tidak menunaikan haji meskipun sudah mampu.
- Tidak memenuhi hak meskipun sanggup melaksanakannya.
- Tidak peduli dari mana harta yang diperoleh, dari yang halal atau dari yang haram.
- Tidak menyambung tali persaudaraan, tidak mengasihi orang miskin, janda, anak yatim, dan hewan piaraan, tidak pula menganjurkan orang lain untuk mengasihi orang miskin.
Selain itu, Ibn al-Qayyim al-Jawziyyah menulis bahwa masih banyak rincian lain, yang masing-masing tergantung dari sedikit dan banyaknya, kecil dan besarnya perbuatan dosa.
(Tribunnews.com/Yunita Rahmayanti)
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.