Fenomena Burnout hingga Upaya Pulihkan Emosi dan Tekanan Psikologis di Dunia Kerja
Fenomena burnout disebut sebagai “penyakit korporasi” masa kini yang mengancam keseimbangan hidup para pekerja.
"Kami ingin teknik ini menjadi bagian dari budaya kerja agar tercipta lingkungan yang lebih sehat, tenang, dan produktif dan metode ini bukan sekadar aktivitas pelatihan, melainkan bagian dari transformasi budaya kerja yang berorientasi pada kesejahteraan mental dan emosional karyawan," katanya.
Salah satu peserta pelatihan, Monalisa Masitoh, mengaku awalnya tertarik ikut karena membaca poster yang menyinggung soal trauma dan fobia.
“Awalnya saya skeptis, tapi setelah mencoba, saya benar-benar merasa lebih tenang. Saya belajar menghadapi ketakutan, bukan menghindarinya,” ujarnya.
Dari sisi kemanusiaan, Anita Ratna Faoziyah, Ketua Yayasan Rintisan Amal Bunda, menegaskan pentingnya perhatian terhadap kesehatan mental karyawan sejak dini.
“Pendampingan di tahap awal bisa mencegah gangguan mental yang lebih kompleks di masa depan. Kami juga berencana menghadirkan fasilitas klinik kesehatan dan layanan dental bagi karyawan serta masyarakat,” katanya.
Anita menambahkan, kesehatan mental di tempat kerja harus menjadi fondasi budaya perusahaan, bukan sekadar kampanye sesaat.
“Lingkungan kerja yang sehat secara psikologis akan melahirkan karyawan yang lebih produktif, kreatif, dan berdaya empati tinggi,” tegasnya.
| Talkshow OASE 1 Agustus 2025: Work-Life Balance dalam Kacamata Islam |
|
|---|
| Mengenal Burnout, Kondisi Mental yang Dialami Diplomat Arya Daru Sebelum Meninggal |
|
|---|
| Nirina Zubir Sempat Merasa Tidak Pantas Lagi Jadi Artis Gara-gara Naik 7 Kilogram Selama Rehat |
|
|---|
| Cerita Nirina Zubir Berusaha Bangkit Lagi Usai Dua Bulan Rehat karena Burnout |
|
|---|
| Caca Tengker Makin Rajin Olahraga Setelah Burnout |
|
|---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.