Desainer Indonesia Bersinar di Kuala Lumpur Lewat Busana dan Budaya
Nonita Respati dan Savirra Lavinia curi perhatian karena pendekatan kreatif kuat di Nusantara Runway, Kuala Lumpur.
TRIBUNNEWS.COM. JAKARTA - Desainer Nonita Respati dan Savirra Lavinia tampil di panggung internasional.
Keduanya mencuri perhatian karena pendekatan kreatif yang kuat, personal, dan berkarakter ketika karya mereka dipresentasikan di Nusantara Runway, Kuala Lumpur.
Bagi mereka panggung tersebut bukan hanya etalase fashion, melainkan momen untuk menegaskan identitas kreatif mereka sebagai desainer yang terus mendorong ragam ekspresi mode Indonesia.
“Purana selalu berfokus untuk menerjemahkan kekayaan warisan Indonesia ke dalam karya seni yang dapat dikenakan," ujar Nonita Respirati kepada awak media, Selasa (18/11/2025).
Baca juga: Sebut Ivan Gunawan Berhati Mulia, Uci Flowdea Akui Tercoret dari Daftar Followers sang Desainer
"Koleksi Gardenia melanjutkan tradisi tersebut, dan kami sangat senang dapat menghadirkan pandangan menyeluruh tentang kreativitas Indonesia di Kuala Lumpur,” ujar Nonita.
Koleksi Gardenia memang menjadi representasi paling jelas dari filosofi desain Nonita.
Ia memainkan siluet mengalir dengan warna-warna lembut seperti butter dan lavender, sambil menyisipkan elemen flora Indonesia yang sarat makna.
Dari Bunga Pukulempat yang melambangkan kesabaran, hingga Kenanga sebagai simbol cinta dan kemurnian semua ia rangkai sebagai bahasa visual khas Purana.
Namun babak terbaru Nonita datang lewat peluncuran koleksi Musim Semi-Panas 2026 bertajuk Tripipelago karya yang menghadirkan transformasi signifikan dari interpretasi warisan tropis Indonesia.
"Tropilelago adalah ekspresi kuat dari visi ini, menangkap kekayaan keindahan alam kepulauan kita,” jelas Nonita.
Masuknya Maritza Putri sebagai Lead Designer Purana menjadi perhatian lain yang menonjol dari presentasi ini.
Ia membawa pendekatan yang lebih eksperimental terhadap tema alam dalam designnya.
“Untuk Tropipelago fokus saya adalah menyelami lebih dalam konsep ‘birds of paradise’ (cendrawasih) dan ‘Jungle Jewel’ (Permata Hutan)," ungkap Maritza.
"Kami mengeksplorasi bagaimana motif-motif alam yang rumit ini dapat diterjemahkan ke dalam siluet modern dan fungsional,” katanya.
Bagi Maritza, tantangannya adalah menjembatani dua nilai estetika tropis yang kaya detail dan kebutuhan fungsional pemakai modern.
Di sisi lain, Savirra Lavinia dari Fuguku tampil dengan suara yang tegas tentang etika desain.
Koleksi ready to wear terbarunya kembali membawa nilai keberlanjutan, baik dalam pemilihan material maupun konsep pemberdayaan perempuan.
“Kami ingin membuktikan bahwa keindahan dan tanggung jawab bisa berjalan berdampingan," kat Savirra.
"Menampilkan lini ready-to-wear kami bersama aksesori berkesadaran di Kuala Lumpur adalah langkah besar dalam menyampaikan kisah kami tentang masa depan fesyen Indonesia,” ujarnya.
Ia menggabungkan busana kasual seperti velvet sweater dan straight pants dengan aksesori yang dirancang menggunakan proses lebih ramah lingkungan.
Tas-tas seperti Boxy Bag dan Fugukai tampil sebagai pernyataan artistik sekaligus sosial.
Bagi mereka Nonita, Maritza, dan Savirra tampil di Kuala Lumpur bukan sekadar soal eksposur luar negeri.
Panggung ini menjadi refleksi perjalanan artistik mereka sebagai perancang mode yang terus mencari bahasa kreatif baru.
(Tribunnews.com/ Bayu Indra Permana)
| ASEAN Fashion Festival 2025, Jakarta Jadi Panggung Talenta Muda Asia Tenggara |
|
|---|
| Raih Penghargaan dari Unesco, Desainer Era Soekamto: Melestarikan Batik Itu Tanggung Jawab Bersama |
|
|---|
| Cara Unik Perkenalkan Jamu Sebagai Warisan Budaya Lewat Fashion, Libatkan Desainer Ichwan Thoha |
|
|---|
| Desainer Hengki Kawilarang Meninggal karena Komplikasi Penyakit, Sebut Badan Sehat Harta Termahal |
|
|---|
| Syahrini Kenang Percakapan dengan Hengki Kawilarang di Telepon, Bicara dari Hati ke Hati |
|
|---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.