Senin, 29 September 2025

Pilpres 2024

Wawancara Khusus dengan Sekjen Gelora Mahfudz Siddiq: Jokowi Titip Prabowo Lanjutkan Rekonsiliasi

Mahfudz menuturkan Presiden Jokowi selalu mengartikulasikan posisi Indonesia di G20 yang sangat kuat

Penulis: Reynas Abdila
TRIBUNNEWS/LENDY RAMADHAN
Sekjen Partai Gelombang Rakyat (Gelora) Indonesia Mahfudz Siddiq saat diwawancarai secara khusus oleh Direktur Pemberitaan Tribun Network Febby Mahendra Putra di Studio Tribunnews, Jakarta, Selasa (31/10/2023). Dalam wawancaranya, Mahfudz Siddiq memaparkan mengenai respons positif kelompok muda ketika Wali Kota Solo Gibran Rakabuming Raka didukung sebagai bakal calon wakil presiden mendampingi bakal calon presiden Prabowo Subianto. TRIBUNNEWS/LENDY RAMADHAN 

Dalam pertemuan pembicaraan kami dengan Pak Jokowi setelah lebaran 2023 kalau tidak salah sekitar bulan Mei. Saat itu ada satu ide yang kami sampaikan dan direspon positif. Bahwa untuk 2024 untuk melanjutkan rekonsiliasi dan konsolidasi elite kami mengusulkan koalisi besar pemerintah ini dilanjutkan.

Di situ masih ada NasDem, masih ada PKB itu. Saat itu karena koalisi besar ini banyak partai.

Kami mengusulkan koalisi besar ini backbone 2 partai itu namanya PDIP dan Gerindra. Nah kan waktu itu Pak Jokowi juga mulai sering mengapa mengendorse sosok Ganjar Pranowo, kalau kita bicara Gerindra tidak ada orang lain sekarang ini kan kecuali Pak Prabowo.

Sehingga memang dalam pikiran kami ketika PDIP dan Gerindra ini sebagai backbone maka dua partai ini dan Pak Jokowi nantinya yang akan membuat formula siapa figurnya. Apakah tetap Pak Ganjar, Pak Prabowo atau ada opsi yang lain.

Itu ide awalnya begitu. Tapi ada situasi lain tiba-tiba NasDem keluar. Saat ini ada dinamika elite yang tidak pernah kita kalkulasi sebelumnya tapi itu semacam mengubah lapangan permainan dan mengubah konfigurasi dalam permaianan.

Sehingga kemudian dalam proses berikutnya ketika Pak Prabowo menjadi figur yang oleh Pak Jokowi dianggap “lebih bisa mewakili legacy” maka harus didampingi siapa. Kami waktu itu ada dua opsi Prabowo-Ganjar atau Prabowo-Puan.

Itu kami munculkan di dalam diskusi.

Baca juga: Gibran Dipersilakan Pindah ke Golkar, Anak Jokowi Klaim Masih Jadi Kader PDIP

Responsnya positif dengan adanya usulan itu?

Pak Jokowi mendorong Pak Prabowo untuk membuka komunikasi itu dengan PDIP. Cuma kan saya tidak tahu persis ya lebih dari ungkapan yang muncul.

Kelihafannya kondisi politik di antara petinggi petinggi ini diantara mereka menemui jalan buntu. Maka mulai dibuat alternatif jalan lain formasi lain dan ketika formasi lain akhirnya akan muncul nama lain.

Ada nama Muhaimin dari PKB, Golkar memunculkan Pak Airlangga sebagai partai besar ya pastilah itu. Ada Erick Thohir di dorong betul oleh PAN. Tapi kan ada kebuntuan seperti yang ceritakan karena saling mengisi satu sama lain.

Pak Jokowi menceritakan hal itu juga bagaimana sulitnya saling mengunci satu sama lain dan dalam situasi seperti itulah ketika memang ide awal backbone dua pimpinan bisa berjalan lalu skenario kedua tidak bisa jalan karena saling ngunci disitulah muncul nama Gibran.

Gibran ini tidak muncul di awal, dia muncul di akhir sekali.

Sekarang ini publik selain membahas MK juga mempertanyakan netralitas Pak Jokowi? Menurut Anda di mana Presiden harus menempatkan dirinya?

Saya kira kita bicara realitas politik dulu ya. Pemilu Pilpres dan Pileg ini kan tidak terjadi di dalam ruang kosong kekuasaan.

Halaman
1234
Rekomendasi untuk Anda

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
About Us Help Privacy Policy Terms of Use Contact Us Pedoman Media Siber Redaksi Info iklan