Kamis, 28 Agustus 2025

Pilpres 2024

Strategi 3 Capres Gaet Suara Gen Z dan Milenial di Pilpres 2024: Gemoy hingga One Piece

Mayoritas pemilih di Pilpres 2024 ini didominasi oleh kalangan milenial dan Gen Z.

Editor: Hasanudin Aco
Kolase Foto: Tribun Meda/TikTok/X
Anies perlihatkan bendera One Piece, Prabowo dalam karakter gemoy, dan Ganjar memperlihatkan Three finger salute, salam tiga jari ala The Hunger Games. Tiga strategi mendekat pemilih Gen Z. 

Salah satunya menggunakan audio ‘gwenchana’ yang kerap kali dibarengi dengan video orang menangis tersedu-sedu.

Dalam video tersebut, ia dan calon wakilnya, Muhaimin Iskandar, berdiri di atas kerumumnan massa dan terlihat ceria namun ‘menahan rasa sakit’.

Baca juga: Jargon Gemoy dan Joget Dikritik, TKN: Itu Orang Bahagia, Kalau Orang Marah Mulu Berarti Frustasi

Adapula sebuah unggahan TikTok yang paling banyak ditonton yaitu video yang memperlihatkan Anies ‘bermain selepet sarung’ bersama Muhaimin saat berkunjung ke pesantren.

Muhaimin tengah menjelaskan ‘tiga fungsi sarung’ dalam santri, sebelum menyelepet Anies sambil tertawa iseng.

Muncul pula foto Muhaimin Iskandar menonton langsung konser grup musik Coldplay di GBK Jakarta beberapa waktu lalu.

Menurut peneliti BRIN, Nina Andriana, citra yang ingin dibangun tim Anies adalah citra yang identik dengan intelektualitas yang membumi dan juga tidak ketinggalan zaman.

“Packaging intelektual yang berpikir secara teratur berdasarkan pengalaman, itu yang saya baca, branding itu yang sedang dibangun oleh timnya Pak Anies,” kata Nina dikutip dari BBC Indonesia.

Anies Baswedan Jadi Bagian dari Nakama One Piece
Anies Baswedan Jadi Bagian dari Nakama One Piece (Tribun Madura)

Berdasarkan data dalam Meta Ad Library, iklan-iklan media sosial yang berasal dari akun-akun yang terafiliasi dengan Anies ataupun Anies-Muhaimin (Amin), di antaranya Unboxing Anies, Aksi Tanggap Anies dan Suara Anies, membutuhkan biaya Rp1,05 miliar.

Juru bicara Anies Baswedan, Angga Putra Fidrian, mengaku bahwa akun-akun tersebut merupakan media sosial yang dibuat oleh para relawan pendukung Anies, bukan tim kampanye.

“Sejauh ini dari tim kampanye memang belum investasi ke media sosial, itu hitungannya kalau sebulan itu sebelum kampanye terbentuk. Tapi memang justru kita mendorong orang-orang massa organik untuk munculkan konten sendiri,” jelasnya.

Melainkan, kata Angga, saat ini tim kampanye masih memfokuskan anggaran mereka pada media konvensional seperti papan iklan, baliho, iklan TV dan liputan media arus utama untuk mempromosikan pasangan Anies-Muhaimin.

Sebab, menurut dia, banyak masyarakat di daerah yang belum terjangkau media sosial. Sehingga, sesuatu yang viral di media sosial atau menerima banyak dukungan dari netizen, tidak menjamin kemenangan suara.

Meski begitu, ia mengatakan bahwa media sosial menjadi sarana yang penting untuk dipertimbangkan dalam masa kampanye menuju Pilpres 2024. Hanya saja, hal itu belum menjadi fokus utama.

Hafsah L Khairunnisa, seorang Gen Z pendukung Anies, mengatakan ia menyukai cara Anies berbicara di hadapan umum dan citra yang sudah dibentuk juga menurutnya cocok dengan generasi muda sekarang.

“Kalau calon yang lain banyak yang mencari sensasi, antara jadi lucu atau lugu. Tapi kalau menurutku Anies itu lucu juga, kekinian tapi tidak melupakan bahwa dia punya peran dan profil yang harus dihargai,” ujar Hafsah.

Halaman
1234
Berita Terkait

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
About Us Help Privacy Policy Terms of Use Contact Us Pedoman Media Siber Redaksi Info iklan