Pilpres 2024
Ucapan 'Ndasmu Etik' Prabowo Diduga Dialamatkan ke Anies, Pengamat Soroti Sikap Hingga Kontrol Emosi
Ucapan Prabowo Subianto 'Ndasmu Etik' dalam sambutan Rakornas Partai Gerindra mendapat respons dari sejumlah pihak termasuk Anies Baswedan dan Ganjar.
Editor:
Adi Suhendi
"Makanya saya berikan pesan kepada warga untuk kita pakai kalimat-kalimat yang tentu saja dibuka saja, kalimat bagus, tidak black campaign, tapi negatif campaign boleh," jelasnya.
Lebih lanjut, Ganjar mengatakan, baiknya yang dilakukan adalah beradu data.
Khususnya, jika ada ketidakpercayaan terhadap fakta ataupun data tertentu.
"Umpama tidak percaya pada skor masing masing, tidak percaya pada fakta dan data boleh, tampilkan biarkan data beradu," ucapnya.
Sebab, menurutnya, publik akan melihat masing-masing karakter dari kandidat capres-cawapres, selama proses kampanye ini berjalan.
Juru bicara pasangan calon Ganjar-Mahfud, Michael Victor Sianipar, menilai tidak pantas persoalan etika dijadikan bahan bercandaan bahkan umpatan.
“Etika adalah standar moralitas kepemimpinan yang mendasar. Pemimpin bangsa adalah teladan bagi orang banyak. Kalau yang di atas menganggap remeh etika, maka yang di bawah juga akan ikut. Bangsa yang kehilangan etika akan kehilangan landasan kehidupan yang beradab,” kata Michael, Sabtu (16/12/2023).
Michael meyakini umpatan yang dilontarkan Prabowo adalah ekspresi spontan.
Prabowo dianggap masih frustrai dengan jalannya debat capres kemarin.
“Biasanya, kalimat spontan seperti itulah jendela karakter seseorang yang sebenarnya. Mungkin Pak Prabowo masih frustrasi dan baper karena kesulitan menjawab dengan tegas pertanyaan seputar etika yang dilontarkan lawan debatnya kemarin,” ujar Michael.
Politisi muda Partai Perindo ini juga berharap agar pemimpin Indonesia ke depan harus bisa menerima pertanyaan dan kritik dengan baik.
“Bayangkan bagaimana jadinya kalau seorang pemimpin tidak tahan dikritik dan tidak biasa berdebat sehat? Jangan sampai pemimpin Indonesia nantinya seorang yang anti-kritik, yang berhari-hari tidak melupakan orang yang mengkritisinya, bahkan dibawa tidur pun masih terngiang-ngiang,” kata Michael.
Michael menyarankan agar capres Prabowo move on dari performa debat kemarin dan fokus menyiapkan diri untuk debat berikutnya.
“Saran saya, janganlah terlalu lama frustrasi terhadap isu etika yang ditanyakan kemarin. Pak Prabowo perlu move on dan persiapkan diri, supaya debat berikutnya bisa menjawab pertanyaan lebih tegas dan lebih baik lagi,” kata Michael.
Dialamatkan Kepada Anies Hingga Sikap dan Emosi Prabowo Disorot
Sejumlah pengamat pun memberikan pandangannya terhadap pernyataan Prabowo Subianto tersebut.
Soal moralitas hingga kontrol emosi menjadi sorotan dalam pernyataan 'Ndasmu Étik'.
Direktur eksekutif Lingkar Madani (LIMA) Ray Rangkuti menilai, pernyataan "ndasmu etik" yang dilontarkan Prabowo Subianto diduga dialamatkan kepada Anies Baswedan.
"Sikap tidak ksatria. Sebab, membantah pernyataan Anies di luar forum yang disediakan. Dalam hal ini adalah forum debat. Mengolok-olok personal, bukan argumen, di belakang panggung memperlihatkan sikap tidak satria itu," kata Ray kepada wartawan, Minggu (17/12/2023).
Dia pun menyayangkan Prabowo berbicara "etik ndasmu", sosok yang disebut-sebut punya peluang menang Pilpres 2024.
"Tentu sangat disayangkan sikap atau perilaku seperti ini muncul dari seorang calon presiden yang disebut-sebut lembaga survei sebagai calon pemenang bahkan dalam satu putaran," ujar Ray.
Namun, Ray mengaku tidak terkejut Prabowo berbicara etik ndasmu, karena sebagian politikus di Indonesia memang tidak memahami atau memandang penting moralitas dalam demokrasi.
"Saya tidak terlalu terkejut akan hal ini. Bahwa sebagian politisi kita tidak memahami atau memandang penting moralitas dalam demokrasi. Bagi mereka, hal itu barang asing, ide yang terlalu sulit dipahami," ucapnya.
Dia mengatakan, sebagian politikus melihat demokrasi sebagai seperangkat aturan, bukan norma.
Kubu ini yang disebut kemudian penganut paham demokrasi minimalis.
"Penganut paham demokrasi minimalis itu hanya kenal boleh atau tidak. Bukan baik atau buruk. Maka, jika hukum menyatakan boleh, mereka akan melakukannya dan sebaliknya, bahkan ketika hukum boleh itu tidak menunjang kebaikan bagi republik," ungkap Ray.
Ray menjelaskan, penganut paham demokrasi minimalis umumnya hanya berpikir tentang dirinya.
"Apa yang baik baginya, bukan apa yang baik bagi kepentingan publik. Kata publik itu mereka pahami sebatas bagian dari kepentingan mereka itu. Bukan entitas otonom yang menjadi lahan bagi individu untuk berbuat baik. Dalam bahasa lain, publik lah yang melebur untuk dirinya bukan sebaliknya," katanya.
Terpisah, Analis politik yang juga Direktur Eksekutif Indonesia Political Opinion (IPO), Dedi Kurnia Syah mengatakan, pernyataan Prabowo Subianto soal "ndasmu etik" sangat memprihatinkan.
"Sindiran Prabowo terkait pertanyaan Anies Baswedan dalam debat hingga memunculkan ucapan 'ndasmu' ini saya kira sangat memprihatinkan," kata Dedi kepada wartawan, Sabtu (16/12/2023).
Menurut Dedi, pernyataan 'ndasmu etik' yang beredar melalui video itu menunjukan Prabowo tak layak dipilih di Pilpres 2024.
Sebab, kata dia, sudah banyak rangkaian Prabowo menunjukkan blunder.
"Prabowo bahkan dengan banyak rangkaian ekspresi sikap layak untuk masuk dalam kategori tokoh untuk seharusnya dihindari untuk dipilih," ujarnya.
Dedi menganggap, dari berbagai blunder tersebut menunjukkan Prabowo beda dengan gaya politik Presiden Joko Widodo (Jokowi).
"Kalau beberapa waktu lalu Prabowo berupaya menjadi atau meratifikasi Jokowi, saya kira sifat dan ucapan Prabowo sangat jauh sekali dengan apa yang ditunjukan Jokowi selama ini," ucapnya.
Menurutnya, Prabowo bukan sekali melontarkan dan mengekspresikan sikap yang kurang pantas.
Andaipun itu candaan, tetap tidak tepat dilakukan Prabowo.
"Prabowo memiliki masalah tata kelola emosi, pemilih bisa semakin khawatir dengan cara memimpin Prabowo jika demikian," ungkap Dedi.
Dedi menjelaskan, dengan adanya hal itu semua, Prabowo dianggap berpotensi gagal menggaet suara mayoritas di Pulau Jawa.
Sebaliknya, hal tersebut bisa menguntungkan secara elektoral ke kompetitornya capres nomor urut 3, Ganjar Pranowo dan capres nomor 1, Anies Baswedan.
"Bahkan imbasnya Prabowo bukan tidak mungkin bisa gagal mendapatkan suara mayoritas di Pulau Jawa dan ini bisa saja menjadi pertarungan antara Anies Baswedan dan Ganjar Pranowo," katanya.
"Meskipun dalam berbagai skema pemilih Prabowo itu relevansinya dengan pemilih Ganjar. Sehingga Prabowo mendapatkan penilaian buruk besar kemungkinan elektabilitas Ganjar bisa meningkat," ujarnya. (tribunnews.com/ Igman/ fersin/ Ibriza/ umam)
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.