Demo Sopir Bus, Loket Terminal AKAP Lebak Bulus Tutup
para calon penumpang yang terlihat datang mengaku mengeluh karena tidak bisa membeli tiket akibat seluruh Loket PO AKAP ditutup
Editor:
Hendra Gunawan
Laporan Reporter Wartakotalive.com, Dwi Rizki
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA -- Penutupan Terminal Terminal Antar Kota Antar Provinsi (AKAP) Lebak Bulus tidak hanya dikecewakan oleh para pegawai, sopir ataupun pengelola Perusahaan Otobus (PO) saja, tetapi para calon penumpang yang terlihat datang mengaku mengeluh karena tidak bisa membeli tiket akibat seluruh Loket PO AKAP ditutup.
Seperti halnya Mila (35) warga RT 06/02 cipete Selatan, Cilandak, Jakarta Selatan. Dirinya yang datang pada kali keduanya mengaku kecewa karena tidak bisa membeli tiket. Akibatnya seorang anaknya, Dendy wahyu Andika (15) siswa SMK Kaliabu Magelang, Jawa Tengah tidak masuk sekolah pada hari ini, hari ini, Senin (6/1/2013).
"Karena demo sekarang, nggak jadi berangkat, anak saya juga nggak masuk sekolah hari ini, soalnya dari kemarin nggak boleh beli, katanya suruh besok," jelasnya.
Dirinya pun menyampaikan penolakannya terhadap penutupan sekaligus pemindahan Terminal AKAP ke beberapa terminal di wilayah DKI Jakarta, antara lain Terminal Kampung Rambutan, Kalideres, dan Pulogadung. Karena dinilainya, lokasi Terminal AKAP Lebak Bulus saat ini sangat strategis, khususnya bagi penumpang dari wilayah sekitar Jakarta Selatan, Tangerang Selatan, ataupun Depok.
"Nggak setuju banget, nggak banget deh pokoknya kalau Terminal ditutup untuk dipindah. Soalnya kalau disini sudah praktis, dari seluruh wilayah di Jakarta Selatan, yang paling dekat ya di sini," jelasnya.
Seperti diberitakan sebelumnya, aksi unjuk rasa atas penolakan Terminal Antar Kota Antar Provinsi (AKAP) yang dilakukan para pegawai, sopir ataupun pengelola Perusahaan Otobus (PO) sudah berlangsung sejak hari Minggu (5/1/2013) kemarin mulai dari sekira pukul 20.00 WIB hingga siang ini, Senin (6/1/2013).
Dalam orasinya terlihat jelas kalau seluruh pendemo menolak adanya penutupan terminal AKAP dan relokasi yang bukan merupakan solusi. (Dwi Rizki)