Kamis, 21 Agustus 2025

Hadapi MEA, RS Lokal Siap Bersaing dengan Asing

Akmal Taher, mengungkapkan kualitas Rumah Sakit (RS) tidak akan kalah dengan milik asing saat ini.

Penulis: Adiatmaputra Fajar Pratama
Editor: Sanusi
TRIBUN JABAR/GANI KURNIAWAN
Sejumlah mahasiswa Fakultas Kedokteran Gigi (FKG) Unpad mengajak Menteri Agraria dan Tata Ruang Ferry Mursyidan Baldan yang tengah menghadiri acara Kantor Pertanahan Nasional untuk mengenakan ribbon bergambar bibir dalam kampanye bertajuk Smile Motion 2015 di arena Car Free Day (CFD) Dago, Jalan Ir H Djuanda, Kota Bandung, Minggu (24/5). Dalam kampanye tersebut, mereka mengajak kepada masyarakat penderita bibir sumbing untuk operasi gtaris di Rumah Sakit Gigi dan Mulut (RSGM), Jalan Sekeloa Selatan I, dan Rumah Sakit Hasan Sadikin (RSHS), Kota Bandung, dari mulai Mei 2015 hingga waktu tidak terhingga. TRIBUN JABAR/GANI KURNIAWAN 

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Masyarakat Ekonomi Asean (MEA) 2015 akan dilaksanakan dalam hitungan bulan. Untuk menghadapi itu tenaga kerja di dalam negeri harus mendapat peningkatan dan pengakuan agar bisa bersaing dengan tenaga asing lainnya.

Dari sisi kedokteran, Direktur Jendral Bina Upaya Kesehatan Kementerian Kesehatan (Kemenkes), Akmal Taher, mengungkapkan kualitas Rumah Sakit (RS) tidak akan kalah dengan milik asing saat ini.

Hal yang paling penting adalah kualifikasi dan sertifikasi yang akan diberikan untuk RS dan meningkatkan pelayanan.

"Nggak kalah, yang penting ini kualifikasi sama atau nggak, tidak ada rugi atau untung," ujar Akmal, Selasa (26/5/2015).

Melalui Komisi Akreditasi Rumah Sakit (KARS) membantu rumah sakit untuk meningkatkan mutu pelayanan dan keselamatan pasien melalui akreditasi.

KARS pun telah melakukan pelantikan 147 orang surveyor dalam rangka mempersiapkan kecukupan surveyor menghadapi tugas melakukan akreditasi pada rumah sakit di seluruh Indonesia.

"Ini merupakan keseriusan dan dedikasi tim kami berinovasi meningkatkan kesadaran rumah sakit di Indonesia, untuk memberikan pelayanan kesehatan terbaik melalui akreditasi," ungkap Ketua Eksekutif KARS Sutoto.

Dengan adanya pengakuan dari ISQua KARS pun sadar untuk menjadi badan akreditasi berkelas dunia yang independen. Dari total 2.415 unit RS di Indonesia, KARS masih banyak harus memberikan banyak akreditasi.

"Tentunya tugas kami masih panjang untuk mengedukasi dan menyakinkan mereka untuk mengurus akreditasi," jelas Sutoto.

Saat ini KARS telah menyediakan sejumlah 304 orang surveyor yang siap untuk melakukan akreditasi pada 2015 rumah sakit di seluruh Indonesia.

Berita Terkait
AA

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
About Us Help Privacy Policy Terms of Use Contact Us Pedoman Media Siber Redaksi Info iklan