Bangunan Peneduh Makam Ini Seharga Rp 3 Miliar, Lokasinya di TPU Petamburan, Jakarta Barat
Konon mausoleum dari Oen Giok Khouw alias OG Khouw di TPu Petamburan ini adalah yang termegah di Asia Tenggara.
Editor:
Choirul Arifin
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Mausoleum atau pelindung makam yang disebut-sebut termegah di Asia Tenggara ternyata ada di TPU Petamburan.
Pembangunannya menelan dana sekitar Rp 3 miliar pada tahun 1927. Jumlah yang fantastis pada masa itu, bahkan juga di masa kini untuk sebuah bangunan pelindung makam.
Konon mausoleum dari Oen Giok Khouw alias OG Khouw di TPu Petamburan ini adalah yang termegah di Asia Tenggara.
"Marga Khouw ini dulu di zaman Hindia Belanda adalah keluarga keturunan Tionghoa yang populer. OG Khouw adalah orang kaya pada zamannya. Khouw lahir di Batavia. Meski keturunan Tionghoa, Khouw tak dapat berbahasa mandarin dan banyak tinggal di Eropa," jelas Ketua Komunitas Love Our Heritage, Adjie ditemui di Taman Pemakaman Umum Petamburan dalam acara Jakarta Food Traveler, Minggu (21/5/2017).
Tak banyak catatan sejarah yang mencatat tentang OG Khouw. Menurut Adjie, dirinya hanya dapat menemukan dua kalimat yang menuliskan tentang OG Khouw.
Namun disebutkan jika pria yang lahir tanggal 13 Maret 1874 ini adalah pebisnis ulung yang bekerja di bidang perdagangan umum.
Bisnis Khouw cukup beragam dan ia terkenal dermawan. Selain membangun rumah sakit dan sekolah di Jakarta, Khouw pernah menyumbang dana untuk Palang Merah Belanda dengan jumlah fantastis hingga membuat orang Belanda kaget.
"Karena itu juga Khouw dinaturalisasi menjadi warga negara Belanda dan diangkat langsung oleh Ratu Wilhelmina untuk menjadi perwakilan orang Tionghoa di Hindia Belanda," kata Adjie.
OG Khouw meninggal di Swiss pada tanggal 1 Juli 1927, jenazahnya dikremasi di Swiss, kemudian sang istri membawa pulang abunya. Namun abu OG Khouw tak langsung dikubur.
Sang istri, Lim Sha Nio membangun sebuah makam megah di Batavia, tepatnya di Petamburan yang kini menjadi Taman Pemakaman Umum.
Lim menghabiskan dana 200.000 gulden atau setara Rp 3 miliar. Jumlah tersebut terbilang sangat fantastis pada zaman itu.
Lim menggunakan jasa arsitek G Marcina, mendatangkan langsung batu marmer dari Italia, menghiasi makam dengan patung pahatan dari bongkahan marmer besar, dan merencanakan komplek pemakanan untuk keluarga Khouw.
Bahkan kubur Khouw memilih ruang bawah tanah sebagai tempat penyimpanan abu, tempat peristirahatan terakhir OG Khouw dan Lim Sha Nio.
Tulisan ini dipublikasi di Kompas.com dengan judul :'Wah, Pelindung Makam Termegah di Asia Tenggara Ada di Jakarta'.