Minggu, 7 September 2025

Gubernur Baru Jakarta

Penjelasan Ketua Tim Pemenangan Anies-Sandi Soal Kata Pribumi

Menurut Politikus Partai Keadilan Sejahtera (PKS), penyebutan pribumi ditujukan bukan pada etnis tertentu.

Editor: Johnson Simanjuntak
TRIBUNNEWS/IRWAN RISMAWAN
Gubernur DKI Jakarta terpilih Anies Baswedan menyapa warga saat tiba di Masjid Sunda Kelapa, Jakarta, Senin (16/10/2017). Pasangan Gubernur dan Wakil Gubernur terpilih tersebut melakukan doa bersama pendukungnya sebelum melaksanakan pelantikan di Istana Negara. TRIBUNNEWS/IRWAN RISMAWAN 

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Ketua Tim Pemenangan Anies Baswedan dan Sandiaga Uno, Mardani Ali Sera angkat suara menjelaskan maksud di balik kata Pribumi dalam pidato Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan di Balai Kota, Senin (16/10/2017).

Menurut Politikus Partai Keadilan Sejahtera (PKS), penyebutan pribumi ditujukan bukan pada etnis tertentu.

"Tapi pada perilaku pengusaha yang elitis dan hanya mengambil kepentingan sendiri," ujar Mardani kepada Tribunnews.com, Selasa (17/10/2017).

Selain itu Mardani menjelaskan, penggunaan kata Pribumi dipakai dalam konteks ekonomi memang ada kesenjangan.

Dan itu, imbuh Mardani, bagian dari komitmen Anies-Sandi membangun mereka yang di akar rumput.

Secara keseluruhan isi pidato, tegas dia, pidato Anies sangat menyatukan.

Baca: Polisi: Penyebar Ujaran Kebencian di Media Sosial, Anti Sosial di Dunia Nyata

Menurutnya, yang disatukan bukan hanya budaya tapi juga semua karakter bangsa diikat dengan Pancasila.

Sementara itu Anies Baswedan menjelaskan, kata " pribumi" yang dia sampaikan dalam pidato politiknya terkait dengan masa penjajahan Belanda di Indonesia, termasuk Jakarta.

Dia tidak merujuk penggunaan kata tersebut di era sekarang.

"Oh, istilah itu (pribumi) digunakan untuk konteks pada era penjajahan karena saya menulisnya juga pada era penjajahan dulu," ujar Anies di Balai Kota DKI Jakarta, Jalan Medan Merdeka Selatan, Selasa (17/10/2017).

Anies mengatakan, Jakarta adalah kota yang paling merasakan penjajahan Belanda di Indonesia. Sebab, penjajahan itu terjadi di Ibu Kota.

"Yang lihat Belanda jarak dekat siapa? Jakarta. Coba kita di pelosok-pelosok itu, tahu ada Belanda, tapi lihat depan mata? Enggak. Yang lihat depan mata itu kita yang di kota Jakarta," kata Anies.

Ketika ditanya mengenai adanya Undang-undang dan Instruksi Presiden yang melarang penggunaan kata " Pribumi", Anies menjawab "sudah ya..."

Pada saat menyampaikan pidato politik, Senin (16/10/2017) malam, Anies menceritakan sejarah panjang Republik Indonesia yang terjadi di Jakarta, seperti Sumpah Pemuda, perumusan garis besar Republik Indonesia, hingga proklamasi kemerdekaan.

Anies mengatakan, setiap sudut di Jakarta menyimpan sejarah, sejak era Sunda Kelapa, Jayakarta, Batavia, hingga Jakarta yang merupakan kisah pergerakan peradaban manusia.

Halaman
12
Berita Terkait
AA

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
About Us Help Privacy Policy Terms of Use Contact Us Pedoman Media Siber Redaksi Info iklan