Banjir di Jakarta
Respons Ketua Fraksi PDIP DPRD DKI Sikapi Soal Viralnya Kembali Petisi Copot Anies Baswedan
Petisi pencopotan Anies Baswedan sebagai Gubernur DKI Jakarta kembali viral di tengah bencana banjir yang melanda ibu kota.
Penulis:
Danang Triatmojo
Editor:
Adi Suhendi
Laporan wartawan tribunnews.com, Danang Triatmojo
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Petisi pencopotan Anies Baswedan sebagai Gubernur DKI Jakarta kembali viral di tengah bencana banjir yang melanda ibu kota.
Padahal petisi pada laman change.org itu dibuat sejak satu tahun lalu.
Lama tak terpantau, kini petisi itu sudah ditandatangani 204.346 terhitung pukul 18.38 WIB dan terus meningkat.
Menanggapi fenomena ini, Ketua Fraksi PDIP DPRD DKI Gembong Warsono menyebut jumlah tanda tangan pada petisi adalah cermin aspirasi nyata masyarakat yang perlu dihargai.
Baca: Menteri PUPR Basuki Hadimuljono: Mau Naturalisasi atau Normalisasi, Ya Kerjakan Jangan Tidak
Sebab kata dia, mereka tidak terafiliasi dengan kepentingan politik mana pun.
Melainkan murni dampak dari kenyamanan masyarakat terganggu karena banjir yang mengepung ibu kota beberapa hari kemarin.
"Itu kan aspirasi, aspirasi dari masyarakat yang terlepas dari kepentingan politik. Ini aspirasi yang sama sekali tidak ditunggangi oleh kepentingan politik, semata-mata hanya kepentingan mereka yang kenyamanannya terganggu. Saya kira kita hargai sikap itu," kata Gembong Warsono kepada Tribunnews.com, Jumat (3/1/2020).
Baca: Hatinya Bergejolak Lihat Nasib Korban Banjir, Dokter Muda Ini Lakukan Aksi Nyata Ketimbang Nyinyir
Bahkan katanya, aspirasi masyarakat yang dituangkan dalam petisi perlu direspons Anies Baswedan selaku pihak tertuduh.
Apalagi pertimbangan fraksi PDIP, program kerja mantan Mendikbud itu tidak berfokus pada pengentasan masalah banjir.
Padahal banjir jadi persoalan paling dasar di Jakarta.
"Selama ini kan memang pak Anies tidak fokus soal banjir. Sejak awal selalu kita katakan kalau banjir bisa kita antisipasi. Bisa kita minimalisir," ujarnya.
"Itu sikap masyarakat yang secara bijak perlu direspons oleh gubernur," ungkapnya.
Baca: Blak-blakan Tolak Pendapat Menteri PUPR, Pakar Hidrodinamika Justru Dukung Kebijakan Anies Baswedan
Diketahui petisi permintaan pencopotan Anies dari jabatannya pertama kali diiniasiasi oleh Opini Kamu sejak tahun lalu dan ditujukan kepada Presiden Joko Widodo (Jokowi) serta Menteri Dalam Negeri (Mendagri).
Dalam keterangannya, akun Opini Kamu menulis, kondisi DKI Jakarta semakin memburuk setelah era kepemimpinan Anies Baswedan.
Anies, tulis akun tersebut, dirasa gagal memimpin Jakarta.
Baca: Saat Anies Baswedan Bantah Pendapat Presiden Jokowi Soal Sampah jadi Penyebab Banjir Jakarta
Sebut saja APBD DKI Jakarta pada 2018 yang membengkak termasuk gaji anggota Tim Gubernur untuk Percepatan Pembangunan (TGUPP) yang mencapai puluhan juta per orang.
Opini Kamu juga menyinggung soal banjir yang kembali muncul, PKL yang berada di badan trotoar, sampah menumpuk, hingga diskotik yang ditutup buka kembali.
"Sudah saatnya Presiden Joko Widodo dan Menteri Dalam Negeri memanggil dan MENCOPOT Anies Baswedan dari jabatannya sebagai Gubernur DKI Jakarta! Jangan ditunda lagi!" tulis petisi tersebut.
Dokter muda lakukan aksi nyata bantu korban banjir Jakarta
Jumat (3/1/2020) pukul 13.07 WIB, terlihat dari kejauhan seseorang berjalan kaki dari arah gerbang masuk halaman Balai Kota DKI Jakarta, di Jalan Medan Merdeka Selatan, Jakarta Pusat.
Kedua tangannya sibuk menenteng dua plastik besar dan satu tas berisi bungkusan-bungkusan salah satu toko retail.
Dia berjalan mengarah ke sebuah posko bantuan logistik bencana banjir yang berdiri di halaman Gedung Balai Kota.
Baca: 3 Hal yang Akan Dikerjakan Kemen-PUPR untuk Atasi Banjir di Jakarta, Jalankan Sesuai Arahan Presiden
Sambil berjalan menuju posko, ia sempat berhenti beberapa saat untuk mengubah posisi genggaman jinjingannya.
Ditemui Tribunnews.com di lokasi, ia mengenalkan diri sebagai Freddy Ferdian.

Freddy ternyata seorang dokter umum berusia 30 tahun yang hendak menyalurkan bantuan atas nama pribadi ke posko bantuan logistik.
Namun, ia harus menunggu beberapa saat di depan posko karena tak ada satupun petugas di lokasi.
Baca: 50 Truk Ayam Potong Asal Ciamis Tujuan Jakarta 2 Hari Tertahan di Bekasi Karena Banjir
Pintu tirai posko juga masih tertutup rapat.
Setelah 15 menit berselang, dua orang staf BPBD DKI berpakaian oranye menghampiri.
Kemudian Freddy menyampaikan maksud dan tujuannya kepada kedua staf tersebut.
"Saya mau memberikan bantuan, pak," ucap Freddy dengan logat khas Jawa.
Tiga kantung yang dijinjingan berisi dua karung beras merah masing-masing 2 kg, 1 buah bantal, 1 buah bedcover, 90 pis popok bayi, dan 39 pis popok dewasa.
Baca: Update Genangan Banjir di Jabodetabek, Sejumlah Wilayah Mulai Surut, Pantau Lewat Situs Ini
Freddy yang tinggal di kawasan Pramuka, Jakarta Timur ini sengaja datang ke posko logistik Balai Kota untuk menyalurkan bantuan kepada warga yang tinggal sementara di pengungsian.
"Banyak orang-orang lihat berita terus mungkin nyalahin Gubernurnya. Mereka enggak bergerak tapi hanya nyinyir di media sosial," kata Freddy kepada Tribunnews.com.
Dia sadar, sikap nyinyir yang ditonjolkan publik di media sosial hanya sia-sia.
Nyinyir tak akan mengubah kondisi Jakarta.
Baca: Anies Baswedan Tak Kunjung Susul Ridwan Kamil & Wahidin Tetapkan Status Tanggap Darurat Bencana
Nyinyir juga tidak bisa memenuhi kebutuhan warga di pengungsian.
Freddy yang beragama nasrani ini senang rumahnya tidak kena banjir.
Tapi hatinya bergejolak ketika melihat pemberitaan di media, banyak rumah tertutup air, alat-alat rumah tangga hingga kendaraan rusak.
Belasan ribu warga harus mengungsi.
"Waktu aku lihat berita itu, saya tergerak hatinya, kita sesama masyarakat harus melakukan suatu aksi tindakan kasih yang nyata."
"Melihat berita ada banjir, aku enggak kena, aku happy, aku selamat, aku bersyukur pada Tuhan. Tapi apa sih dampak yang kamu lakukan untuk masyarakat, wujud kasih apa yang diberikan kepada masyarakat. Itu seolah bersuara di hatiku," tutur dia.
Freddy yang sedang menyelesaikan gelar dokter spesialisnya ini mengungkap motivasi untuk membantu sesama yang mungkin banyak orang menganggapnya klise.
"Motivasi saya mungkin klise, saya umat nasrani kemarin habis merayakan Natal identik dengan kasih. Banyak diantara kita umat kristiani merayakan Natal, aku bersuka cita merayakan hari besarku."
"Tapi mereka tidak menunjukan kasihnya benar-benar kepada sesama mereka. Tahun baru kan berdekatan dengan momen Natal, ketika ada saudara kita sesama manusia tertimpa bencana kenapa enggak kita coba bantu daripada sekedar kita mengkritik sesuatu yang tidak bisa kita ubah."
"Gubernurnya mungkin sedang berusaha dengan cara lain, kita aksi apa sih yang bisa kita coba lakukan," katanya.
Jumlah pengungsi berkurang
Jumlah pengungsi yang wilayahnya terdampak banjir makin berkurang.
Berdasarkan data dari Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) DKI Jakarta, pada Jumat (3/1) total pengungsi tercatat tinggal 12.491 jiwa dari semula 31 ribu.
"Jumlah pengungsi DKI Jakarta sudah berkurang dari sebelumnya sekitar 31 ribu menjadi 12.491 jiwa," kata Kepala Pusat Data dan Informasi Kebencanaan (Kapusdatin) BPBD DKI Jakarta M. Ridwan kepada wartawan, Jumat (3/1/2020).
Baca: DPR Minta Gubernur DKI Kebut Normalisasi Sungai
Secara total, 23 kecamatan, 53 kelurahan, 199 Rukun Warga (RW), dan 545 Rukun Tetangga (RT) terdampak genangan air pasca guyuran hujan yang melanda ibu kota sejak Selasa (31/12) hingga Rabu (1/1) siang.
Sebanyak 2.614 kepala keluarga, yang terdiri dari 12.491 jiwa terpaksa harus mengungsi karena air merendam wilayah rumah mereka. Pemerintah menyiapkan 84 lokasi pengungsian untuk mereka tinggal sementara.
Baca: Cegah Anak-anak Korban Banjir di Jakarta Trauma, Kemensos Beri Bantuan Psikososial di Pengungsian
Adapun jumlah pengungsi terbanyak berada di wilayah Jakarta Timur dengan 5.412 jiwa.
Untuk lebih jelasnya, berikut rincian jumlah pengungsi di lima wilayah kota administrasi Jakarta.
1. Jakarta Pusat
3 Kecamatan
3 Kelurahan
19 RW
51 RT
Ketinggian air awal 120 cm
Saat ini 30 cm
Jumlah kepala keluarga 330
Jumlah jiwa 1700 orang
Lokasi pengungsi 10
2. Jakarta Utara
2 Kecamatan
5 Kelurahan
25 RW
44 RT
Ketinggian air 100 cm
Ketinggian air saat ini 50 cm
Jumlah kepala keluarga 20
Jumlah jiwa 571
10 lokasi pengungsian
3. Jakarta Barat
6 Kecamatan
18 Kelurahan
77 RW
221 RT
Ketinggian air 2 m
Saat ini 70 cm
Jumlah kepala keluarga 625
Jumlah jiwa 1.554
4. Jakarta Selatan
6 Kecamatan
12 Kelurahan
31 RW
55 RT
Ketinggian air 200 cm
Ketinggian air saat ini 60 cm
Jumlah kepala keluarga 504
Jumlah jiwa 3.254
25 lokasi pengungsian
5. Jakarta Timur
6 Kecamatan
14 Kelurahan
47 RW
174 RT
Ketinggian air 310 cm
Ketinggian air saat ini 70 cm
Jumlah kepala keluarga 1.165
Jumlah jiwa 5.412
34 lokasi pengungsian.