Virus Corona
Luhut Tanya Anies, Kenapa Masih Banyak Warga yang ke Jakarta Saat PSBB
"Pak Gubernur DKI Anies bicara sama saya, jadi kami koordinasikan baik-baik saja (terkait PSBB ini)," ujar Luhut.
Penulis:
Fitri Wulandari
Editor:
Hasanudin Aco
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi, Luhut Binsar Pandjaitan sempat bertanya kepada Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan kenapa masih banyaknya warga dari kota-kota pinggiran yang memasuki Jakarta meksi Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) sudah diberlakukan di ibu kota.
Pernyataan tersebut ia sampaikan dalam video conference bersama awak media, Selasa (14/4/2020).
"Pak Gubernur DKI Anies bicara sama saya, jadi kami koordinasikan baik-baik saja (terkait PSBB ini)," ujar Luhut.
Luhut yang juga menjabat sebagai Menteri Perhubungan (Menhub) ad interim itu mencontohkan masih banyak warga luar Jakarta yang menggunakan KRL datang ke ibu kota di tengah situasi pandemi corona.
"Mengenai KRL ini, saya bilang 'Pak Anies, tolong juga dilihat kenapa masih banyak orang yang ke Jakarta?" kata Luhut.
Baca: Gara-gara Pasien Berbohong, 76 Staf Medis RSUD Purwodadi Harus Jalani Rapid Test
Saat ini pemerintah pusat memang tengah menerapkan kebijakan PSBB, begitu pula pemerintah daerah yang mulai memberlakukan sistem ini untuk menekan angka penyebaran virus corona.
Aturan KRL
Gubernur Jawa Barat, Ridwan Kamil, hari ini memantau langsung pelaksanan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) di kawasan Cilodong, Kota Depok.
Ditemui awak media dalam kesempatan tersebut, ia menyampaikan pihaknya berencana akan menghentikan sementara operasional kereta rel listrik (KRL).
Usulan tersebut disampaikan para pimpinan daerah seperti Kota Depok, Bogor, dan Bekasi, agar pelaksanaan PSBB di wilayah itu bisa berjalan secara maksimal.
"Hasil kajian, mungkin akan mulai dilakukan pada tanggal 18 April 2020 mendatang, bareng dengan PSBB Tangerang," ucap Ridwan Kamil yang mengaku telah berkoordinasi dengan pihak PT Kereta Commuter Indonesia (KCI), Rabu (15/4/2020).
Meski rencana dan usulan tersebut sudah disampaikan, pria yang akrab disapa Kang Emil ini menuturkan keputusan akhir tetap ada di tangan PT KCI.
Kang Emil menjelaskan, akan tidak sinkron bila penghentian operasi KRL dihentikan saat ini sementara daerah Tangerang belum menerapkan PSBB.
"Kalau sekarang dilakukan tapi Tangerang belum PSBB, nanti nggak sinkron lagi. Nanti kita lihat hasil evaluasi. Bukan dari saya, dari KCI," pungkasnya.
Tanggapan KCI
Sementara itu, PT Kereta Commuter Indonesia (KCI) angkat bicara terkait adanya usulan pemberhentian sementara operasional kereta rel listrik (KRL).
Manager External Relations KCI Adli Hakim menyebut usulan tersebut masih dalam tahap pembahasan.
Hal ini disamapaikan Adli dalam program Metro Siang yang dikutip dari YouTube Metrotvnews, Rabu (15/4/2020).
"Jadi usulan tersebut dapat kami sampaikan hingga sekarang masih dalam pembahasan tentu dari pemangku kepentingan yang terkait," ujar Adli melalui sambungan telepon.
"Yakni baik itu pemerintah di level kementerian mapupun di pemerintah daerah," imbuhnya.
Lebih lanjut Adli menegaskan selama usulan itu masih dibahas, KCI masih menyediakan layananan bagi pengguna KRL sesuai jadwal yang sudah ditentukan.

"Selama masa pembahasan ini memang kami sebagai operator di Kereta Commuter Indonesia mengoperasikan KRL Jabodetabek masih seusai dengan jadwal PSBB di DKI Jakarta," kata Adli.
Kendati demikian Adli menuturkan pihaknya juga belum memutuskan terkait skema penghentian jika usulan tersebut disetujui.
"Ya kalau kami belum bisa bicara sampai kesana (skema penghentian) karena masih dalam tahap pembahasan," ujarnya.
"Yang pasti sebagai operator kami mengikuti, karena upaya pembatasan untuk mencegah corona ini kan upaya bersama, jadi tidak mungkin kami memutuskan sendiri," imbuhnya.
Mengingat lanjut Adli ada banyak sekali pihak-pihak terkait yang harus juga dikonsultasikan untuk mengambil kebijakan tersebut.
Sebagai informasi pemberhentian sementara operasional KRL ini diusulkan oleh lima kepala daerah tingkat kota dan kabupaten di Bogor, Depok, dan Bekasi.
Baca: Hari Pertama PSBB Bogor, Depok, dan Bekasi, 5 Kepala Daerah Minta KRL Dihentikan
Pemberhentian sementara ini dimaksudkan agar penerapan PSBB di Bogor, Depok, Bekasi bisa dapat efektif dalam memutus mata rantai penyebaran virus corona (Covid-19).
Usulan tersebut dibuat secara kolektif dan disampaikan kepada Menteri Perhubungan, Gubernur DKI Jakarta, dan Gubernur Jawa Barat.
Usulan tersebut merespons masih padatnya penumpang KRL.
Para kepala daerah khawatir warganya tertular virus corona dalam perjalanan, lalu membawa virus ke rumah.
Wakil Wali Kota Bekasi Tri Adhianto menyebut terdapat dua usulan skenario yang diminta kepada PT KCI terkait pengoptimalan penerapan PSBB.
Skenario pertama, aktivitas transportasi KRL diberhentikan sementara.
Baca: Komisi IX Menyayangkan Masih Ada Penumpukan Penumpang KRL saat PSBB
Baca: Perjuangan Penumpang Naik KRL Selama Masa PSBB, Rela Antri sejak Pukul 05.00 WIB
Sementara skenario kedua yakni pengurangan jadwal kereta api.
“Jadi permintaannya sama apa yang disampaikan dengan Wakil Wali Kota Bogor, yakni permintaan pertama adalah pemberhentian aktivitas KRL, skenario kedua pengurangan jadwal kereta api,” kata Tri yang dikutip dari Kompas.com.
Sementara itu, sebelumnya Kepala Bagian Humas Badan Pengelola Transportasi Jabodetabek (BPTJ) Kemenhub Budi Rahardjo mengatakan mengungkapkan operasional KRL akan normal setidaknya hingga 17 April 2020.
Pihaknya belum membuat keputusan soal permohonan penghentian sementara operasional KRL selama PSBB di Bodebek yang telah diajukan para kepala daerah di wilayah itu.
Baca: Stasiun Mulai Padat, Pangdam Jaya Ingatkan Masyarakat Patuhi Pembatasan Kuota Penumpang KRL
"Belum ada keputusan. Namun sampai tanggal 17 (April) dipastikan KRL masih beroperasi," kata Budi Rahardjo, yang dikutip dari Kompas.com.
Menurut penuturannya operasional KRL pada Rabu (15/4/2020) sama seperti operasional KRL pada hari-hari sebelumnya.
Kendati demikian akan ada pengurangan waktu operasional KRL mulai Kamis (16/4/2020.
"Untuk tanggal 16-17, ada sedikit pengurangan jadwal. Kalau tidak salah, pagi mulai jam 05.00 dari luar Jakarta (Bodetabek), sedangkan sore berakhir sampai jam 18.00 WIB dari Jakarta," ungkap Budi. (*)
(Tribun Jakarta/Tribunnews.com/Isnaya, Kompas.com/Fika Nurul Ulya/Cynthia Lova)