Senin, 18 Agustus 2025

Harga Minyak Goreng

Pengusaha Warteg Siap Naikan Harga Makanan atau Kurangi Porsi karena Harga Minyak Goreng Masih Mahal

Sejumlah pengusaha Warung Tegal (Warteg) mengeluhkan masih tingginya harga minyak goreng.

Editor: Wahyu Aji
Tribunnews/JEPRIMA
Seorang warga saat menikmati makan siang di Warung Tegal (Warteg) Ellya, Cilandak Timur, Pasar Minggu, Jakarta Selatan, Senin (20/7/2020). Menurut pemilik Warteg Ellya, sejak dimulainya penerapan PSBB transisi, unit usahanya telah melakukan penerapan protokol kesehatan pencegahan penyebaran COVID-19 seperti pembatasan jarak fisik, menyediakan area cuci tangan, mewajibkan pengunjung untuk menggunakan masker, serta penggunaan pelindung wajah dan sarung tangan untuk pelayan. Tribunnews/Jeprima 

Laporan Wartawan TribunJakarta.com, Bima Putra

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Sejumlah pengusaha Warung Tegal (Warteg) mengeluhkan masih tingginya harga minyak goreng.

Mereka khawatir, hal ini berdampak dengan kenaikan harga tempe, tahu.

Ketua Komunitas Warteg Nusantara (Kowantara), Mukroni mengatakan hingga kini masih banyak pengusaha Warteg yang belum merasakan kebijakan minyak goreng satu harga Rp 14 ribu per liter.

Meski sejak 19 Januari 2022 lalu pemerintah menetapkan harga eceran tertinggi (HET) minyak goreng kemasan Rp 14 ribu per liter, nyatanya hingga kini harga di pasar tradisional masih mahal.

Hal ini dirasakan betul anggota Kowantara di daerah penyangga Jakarta seperti Bogor, Depok, Bekasi, dan Tangerang yang pasar tradisional di wilayahnya masih menjual minyak goreng lebih dari HET.

"Tidak merata, di Jakarta Selatan istilahnya turun. Tapi banyak di daerah lain, misalnya daerah pinggirannya agak susah," kata Mukroni saat dikonfirmasi di Jakarta Timur, Sabtu (12/2/2022).

Baca juga: Sebabkan Inflasi, Wakil Ketua DPD RI Sarankan Masyarakat Kurangi konsumsi Minyak Goreng Sawit

Dia mencontohkan harga minyak goreng kemasan di pasar tradisional daerah penyangga Jakarta yang masih berkisar Rp 20 ribu per liter, hal ini dirasa sangat memberatkan pengusaha Warteg.

Para pengusaha Warteg mengeluhkan ketersediaan minyak goreng kemasan di pasar tradisional yang belum merata hingga ke seluruh pasar tradisional, bahkan di Bodetabek.

"Di daerah pinggiran seperti Bogor, Depok, Tangerang itu agak susah. Ini mohon pemerintah untuk meratakan ya, jangan hanya mudah di Jakarta tapi juga di daerah lain juga susah," ujarnya.

Mukroni menuturkan para pengusaha Warteg semakin kalut karena Kementerian Perdagangan menyatakan harga tahu dan tempe yang diperkirakan naik dalam beberapa bulan ke depan.

Baca juga: Survei YLKI: Banyak Toko Belum Jual Minyak Subsidi, Pasokan dari Distributor Tersendat

Ini menyusul harga global kedelai bahan baku utama tempe dan tahu yang sekarang sedang mengalami kenaikan, sementara produksi tempe dan tahu bergantung pada kedelai impor.

Mereka kalut karena tempe dan tahu termasuk makanan olahan yang seakan sudah wajib tersedia di Warteg, sementara pemasukan mereka hingga kini belum sepenuhnya pulih dari dampak pandemi Covid-19.

"Ya kondisi kita (pemasukan Warteg) kan belum pulih ya, masyarakat karena masih kena pandemi Covid-19 ya. Terus kalau harga-harga naik kan kami mau menaikkan juga agak repot," ujarnya.

Menurutnya bila minyak goreng masih mahal sementara harga tempe dan tahu naik maka sekitar 10 ribu pengusaha Warteg anggota Kowantara bakal menaikkan harga makan.

Halaman
12
Sumber: TribunJakarta
Berita Terkait
AA

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
About Us Help Privacy Policy Terms of Use Contact Us Pedoman Media Siber Redaksi Info iklan